Mohon tunggu...
Asian African Reading Club
Asian African Reading Club Mohon Tunggu... lainnya -

Asian African Reading Club berdiri di Bandung, tanggal 15 Agustus 2009. Bertempat di Museum Konperensi Asia Afrika, Jl. Asia Afrika 65 Bandung. Sebuah komunitas yang hendak memaknai spirit Bandung dan nilai-nilai konperensi Asia Afrika 1955 untuk diaktualisasikan dalam konteks kekinian, termasuk mengkaji potensi sosial budaya bangsa-bangsa Asia Afrika. Komunitas ini memiliki visi sebagai kelompok referensi bagi tumbuhkembangnya nilai-nilai Konperensi Asia Afrika. Adapun nilai termaksud, diantaranya adalah niat baik, kerjasama, kesetaraan, dan hidup berdampingan dengan damai (peaceful co-existence). Aktivitas yang dilakukan meliputi : - Tadarusan Buku (Diskusi) Setiap Hari Rabu bertempat di Ruang Audiovisual Museum Asia Afrika, setiap pukul 5 sore sampai 8 malam. - Penerbitan Buku - Napak Tilas - Musik dan Sastra. Kontak Kami di no: - 085871211106/ - 085722638505

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PADA SEBUAH DISKUSI KECIL, PENUH VARIASI, BERAGAM SUARA, DI SATU TEMPAT YANG PERNAH BERKOBAR API REVOLUSI ITU

2 Maret 2013   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:28 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada sebuah kajian diskusi, setidak-tidaknya kita belajar memahami orang lain, selain membaca materi yang ada. Kita pun dapat belajar mendengar orang berpendapat, menyaksikan silang pendapat antar satu orang dengan yang lainnya, menyimak pertanyaan yang tersampaikan, mengetahui jawaban yang terbit dari mulut sang pakar. Kita pun diupayakan terbiasa dengan iklim seperti itu, bersuara, berpendapat, siap dengan keberbagaian opini, siaga dengan tantangan yang menghadang dan tetap menganggap setiap orang adalah sama, diperlakukan sama, dibuat manusiawi, semanusia-manusianya, tanpa perlu mengagung-agungkan apa yang termiliki itu, berkaitan teknis kebahasaan, luasanya pengetahuan, keindahan berucap, jembarnya referensi atau tentang tingkah-laku yang berlebihan pada retorika.

Saya menduga bahwa dengan berkumpul, bersuara, berpendapat, dan membunyikan hal-hal yang terasa di dada, entah mengganggu, entah menggelisahkan, atau malah membuat hati bungah, pada waktu yang telah ditentukan bersama, disertai pembahas yang mumpuni di bidangnya, pembahasan yang teratur jua runut, pada tempat yang juga menyenangkan, kendati topik pembicaraan berat dan sulit dipahami, namun dengan kebersamaan, berdialog, bertukar pikiran, saling meminjamkan rasa, menegukan pendapat, hingga satu sama lain saling kenal mengenal, itulah barangkali yang mesti diperoleh dengan semangat terhebat. Dari hanya sekadar adu pendapat, adu cantik, adu manis, adu senjata dan kekuatan yang cenderung tampilkan arogansi dan hanya jago berwacana saja.

Pasti ada gunanya kajian-kajian itu, walau takterlau dihadiri banyak orang, sebab jumlah yang hadir bukanlah ukuran kesuksesan sebuah acara. Justeru dengan pertemuan seperti diskusi itu, kita dapat melatih menerima rangsangan, memberikan reaksi yang tepat, mengakrabkan diri dengan persoalan-persoalan dunia yang sedang berkecamuk, mencerap informasi dan manfaat lainnya yang dapat dirasakan oleh masing-masing individu yang kebetulan bergiat di dalamnya. Entah dirasakan langsung manfaatnya, atau mungkin dirasakan kelak di kemudian hari. Semacam upaya pengembangan karakter diri, supaya terampil bersikap dan berkomunikasi.

Apatah lagi, bila kajian itu mengambil tempat di sebuah ruang publik bernuansa kesejarahan yang kental, sebut saja, Museum. Seumpama Anda mengamati atau pernah berkunjung dalam satu Museum, lalu ruang publik tiba-tiba menjadi ramai dengan perbincangan dan perdebatan berdasar tema diskusi yang telah ditetapkan, itulah ikhtiar yang mengharapkan bahwa kita memang butuh ruang pelepasan, sebagaiman oase di luasnya padang gurun itu. Bukankah persoalan sosial menumpuk, menggunung,  sebagaian merasa terasa terasing, sisanya mungkin terluka, dan selebihnya malah membusuk karena himpitan persoalan yang terus menindih, hingga kita semua membutuhkan banyak tenaga untuk bergerak, dan Museum beserta kegiatan di dalamnya kiranya mampu menjadi ruang olah sukma dan pikir kita, menghimpun tenaga sejenak saja, untuk kembali beraktivitas seperti yang selalu diharapkan bersama.

Lagi dan lagi kritik dianggap metode yang dianggap menyulitkan seseorang untuk berkembang lebih maju lagi. Untuk itu, saya menolak dengan tegas. Kritik ada baiknya diterapkan secara tepat, dan ditempatkan dalam hati sanubari masing-masing dalam rangka menguatkan perubahan sosial dan perbaikan nasib diri. Tanpa perlu menelanjangi seseorang, merusak nama baiknya, serta menyiksa lahir batinnya.  Mulailah saat ini untuk kembali lagi membaca secara intens, mengkritisi dengan jeli, memberikan komentar padat, bahasan dan saran yang akurat, agar pembaca dan siapapun yang terlibat di dalamnya dapat memperoleh manfaat yang ada.

Pada bagian terakhir ini, saya ingin mengutip tulisan yang sangat bernas dari Putu Wijaya (1996): Kritik adalah doping pada kehidupan dan perkembangan manusia. Kritik adalah vitamin, dalam masa yang panjang kritik adalah stimulasi, kritik takakan menyebabkan kematian satu cabang kehidupan, justru bisa melejitkan kreatifitas seseorang, siapa saja, lembaga apapun, sehingga kalau kritik tidak ada, kembang-kempis atau terlambat, banyak hal yang ditanggung dalam kelangsungan kehidupan kita.

Bandung, Februari 2013

Adew Habtsa. Bergiat di Asian African Reading Club-Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun