Mohon tunggu...
Arif R.A Kurniawan
Arif R.A Kurniawan Mohon Tunggu... -

Jaka tingkirnya Jawatimur Mahasiwa Ilmu Komunikasi UIN Sunan kalijaga.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ada Angklung di Malioboro

6 Januari 2013   18:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 1431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada yang menarik tatakala mendengar nama Daerah Istimewa Yogyakarta, selain dari sisi historis kota ini Istimewa namun dalam aspek kekinian kota ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat ditinjau dari berbagai aspek, dari aspek pendidikan misalnya, Yogyakarta terkenal dengan sebutan kota pendidikan karena didalamnya terdapat berbagai macam Universitas ternama yang notabenya selalu menjadi bahan pertimbangan bagi para lulusan sekolah menengah untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka tak heran jika berkunjung ke Yogyakarta akan bertemu dengan mahasiswa/i dari berbagai macam daerah, oleh karenanya seringkali Yogyakarta didientikan dengan miniature Indonesia dengan alasan bahwa di Yogyakarta terdapat pendududuk dariberbagai etnis dan suku dengan tujuan beragam pula.

Lain halnya jika meneropong Yogyakarta dari aspek wisata, dalam setiap tahunya Yogyakarta selalu dibanjiri oleh poara wisatawan baik asing maupun domestic, hal ini dikarenakan Yogyakarta mempunyai tempat tempat wisata yang mampu menarik daya tarik wisatawan, seperti Keraton Yogyakarta, Kawasan malioboro, Merapi, dan sederetan pantai yang menawarkan pesona tersendiri bagi setiap wisatawan yang mengunjunginya. Setiap wisata yang ada, punya ciri khas serta daya tarik masing masing, seperti malioboro. Berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti karangan bunga, Malioboro menjadi kembang yang pesonanya mampu menarik wisatawan. Tak hanya sarat kisah dan kenangan, Malioboro juga menjadi surga cinderamata di jantung Kota Jogja.

Angklung dan malioboro

Dalam sebuah cacatan Wikipedia angklung merupakanalat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa sunda di Jawa barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dan tak perlu jauh jauh dating ke Jawa barat untuk mengetahui bagaimana music angklung. Di Yogyakarta tepatnya dikawasan malioboro hampir bisa dipastikan setiap harinya terdapat pengamen angklung yang menghiasi kawasan ini.disepanjang jalan malioboro bisa didapati hampir lebih dari 3 group pengamen angklung yang selalu menghibur para pengunjung. Biasanya para pengamen ini mulai beraksi sekitar pukul 17.00 hingga pukul 21.00 WIB. Selain sebagai ajang untuk mengais rizki para pengamen ini juga sedikit banyak berjasa dalam meramaikan kawasan ini sehingga tak sedikit para pengunjung yang berhenti untuk menikmati alunan music angklung.

Jika diamati dalam menarik pengunjung ada banyak cara yang dilakukan oleh para musisi jalanan ini, diantaranya, jarak antar satu pengamen satu dengan pengamen lainya relative cukup startegis artinya tidak terlalu dekat dan tak terlalu jauh, hal ini dilakukan supaya persaingan antar satu grup dengan grup lainya dapat berjalan dengan sehat. Selain itu jika jarak terlalu dekat maka suara yang dihasilkan kurang bisa dinikmati karena saling berbenturan, lalu dalam hal variasi alat music serta pilihan lagu yang dipilih pun beragam antara satu grup dengan grup lain, ada sebagian grup yang hanya menggunakan sedikitnya 5 personel dengan 5 jenis alat music, adapula yang menggunakan lebih dari 5 alat. Yang paling menonjol ialah group yang menggunakan music pukul (selain angklung) berupa ketepung dan dram mini maka suara yang dihasilkan serta uansanya berbeda. Grup yang menggunakan ketepung sebagai alat pukul inti kebanyakan lagu yang dibawakanpun bernuansa koplo dangdut atau campursari, tapi grup yang menggunakan alat pukul inti dengan drum mini maka lagu yang dibawakan lebih bernuansa lagu lagu pop dsb. Hal lain yang juga menjadi daya tarik ialah seragam yang mereka gunakan, hampir semua grup punya seragam tersendiri baik itu seragam grup maupun sragam dari sponsor, hal ini bertujuan untuk menunjukan satu kesatuan grup yang solid, pengunjung yang menyaksikan pun dapat membedakan antara crew dari grup angklung dengan pengunjung.

Sebisa mungkin mereka para pengamen angklung bersaing secara sehat, maka berbagai inovasipun diluncurkan seperti grup angklung Mahardika yang merupakan salah satu grup angklung yang biasa beraksi, selain dengan music angklung untuk menarik perhatian pengunjung mereka juga menggunakan penari, dalam tarianya dihadapan pengunjung biasadiiringi oleh angklung sehingga hal ini dapat memancing pengunjung yang ada untuk sejenak berhenti dan menyaksikan grupnya beraksi serta bagi pengunjung yang suka berjoget biasanya juga ikut joget bersama dengan penari tersebut, dari situ kemudian tercipta suatu keramaian tersendiri, jadi hiburan yang disajikan tidak hanya dari music tapi njuga darinpenari tersebut. Ataupun dengan cara request lagu, para pengunjung dipersilahkan untuk request lagu kepada group angklung, jika lagu yang diinginkan bisa mereka bawakan maka request tersebut bisa langsung dilayani. Selain penari dan alat music, inovasi yang di lakukan ialah menjemput bola, kalau biasanya para pengamen angklung ini hanya sekedar menaruh kotak diatas kursi kemudian meletakkanya didepannya sebagai wadah bagi pnegunjung yang ingin memberikan apresiasi layaknya pengamen lainya, maka adapula yang menggunakan cara menjemput bola yakni dengan membawa kotak tersebut lalu mendatangi para pengunjung satu persatu, dan tidak menunggu pengunjung yang harus dating kehadapan mereka lalu memberikan uang tapi pengunjung bisa dengan mudah memberikan apresiasi tanpa harus berjalan kekotak tersebut.

Akhirnya, pengamen angklung yang berada di kawasan Malioboro Yogyakarta selain sebagi wujud representasi dari Jogja sebagai kota budaya, juga memberikan hiburan bagi setiap pengunjung malioboro Yogyakarta sebagai kota wisata, sehingga selain terhibur para pengunjung juga akan mempunyai kesan tersendiri setelah berkunjung ke Yogyakarta terlebih saat mengunjungi kawasan malioboro. Berbagai upaya terus dilakukan oleh para musisi angklung untuk menarik minat para pengunjung, dari mulai sragam, alat music, penari, dan upaya lain yang belum sempat tertuang dalam hasil observasi ini. Apresiasi setinggi tingginya setidaknya perlu diberikan kepada mereka para musisi angklung karena sedikit banyak telah berjasa meramaikan kawasan ini serta memberi hiburan bagi para pengunjung kawasan malioboro.

[caption id="attachment_233965" align="aligncenter" width="300" caption="dokumentasi pribadi"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun