Mohon tunggu...
Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum
Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum Mohon Tunggu... -

Seorang gadis yang bernama: \r\n\r\n- "Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum" atau "AAPP"\r\n\r\n- Menyukai hal-hal yang berkaitan dengan seni, budaya, IPTEK, sosial, komunikasi, anak-anak, dan semacamnya. \r\n\r\n- Mahasiswi sekaligus Public Relation.\r\n\r\n- Ada yang bisa menambahkan tentang saya lagi?\r\n\r\n\r\n*****\r\n\r\n\r\n\r\nhttp://aapp17.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perjalanan RUBIK-ku I

17 September 2010   07:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:11 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan RUBIK-ku I

by Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum on Wednesday, August 25, 2010 at 10:51am Selasa, 10 Agustus 2010 kemarin seusai shalat Tarawih di MASK, saya dan teman saya (sebut saja *Mawar*) menuju daerah Cikini yang kebetulan tidak jauh dari daerah rumah saya, untuk makan bersama. Sesampainya di Cikini saya bercanda-canda dan membuat ulah-ulah kecil yang membuat teman saya terbahak-bahak. Ya bukan hal yang 'tidak biasa'. Bahkan untuk memilih tempat makan-pun, kebanyakan tertawanya. Saat hendak memilih beberapa tempat makan, teman saya itu menyerahkan pilihan pada saya (pasrah). Alhasil, saya menunjuk salah satu tempat makan yang tidak terlalu banyak dikunjungi orang. Menurut saya, lebih baik makan di tempat yang tidak terlalu banyak pengunjungnya karena belum tentu rezeki tempat makan itu sama beruntungnya dengan tenpat makan yang ramai pengunjungnya. Ya hitung-hitung berbagi rezeki kepada sesama dengan kritis berpikir perbandingan pula. Saat saya memutuskan untuk makan di tempat makan "A", saya iseng mengusili teman saya itu dengan mengatakan bahwa tempat makan itu adalah milik teman kita juga (karena nama tempat makan dan nama teman kita itu sama). Ya sebut saja namanya "A". Diambil dari "A"nonim. Dan teman saya itu hampir percaya. Karena saya tidak kuat menahan tawa, akhirnya terlepas juga tawa saya. "Hahahahaha.. itu hanya namanya saja yang sama tahu..." Dan saat masuk ke tempat makan itu... YA TUHAN, BENAR ADA TEMAN KAMI DISITU!!! Spontan kami pun tertawa dan tidak mempedulikan pelayan (dengan tampang polos mungkin berpikir ini 2 makhluk di depan saya sedang apa dan darimana dikirim kemari) yang menawarkan menu-nya. Ada menu untuk berhenti tertawa? Teman kami menyapa kami dan mengajak makan satu meja. Tentu saja kami tidak berani menjelaskan mengapa kami tertawa cekikikan dan terbahak-bahak tadi. Inti yang bisa saya simpulkan di sini adalah ternyata kekuatan pikiran saat saya mengucapkan bahwa tempat makan itu adalah milik teman kami itu, ya walaupun memang bukan milik teman kami (yang pada akhirnya kami bertemu teman kami itu di saat yang sama dan tempat yang sama) tetapi ada instinct atau sebuah kekuatan entah itu yang membuat saya dapat berpikir untuk mengucapkan hal demikian atau karena alam berputar di sekitar kita. Entahlah. Kaget saja bisa begitu kejadiannya. Apalagi teman kami itu handal di beberapa hal, sehingga saat bertemu dia di tempat makan itu, kami mengobrolkan hal-hal yang berkaitan kesuksesan dia dalam bidangnya. Singkat cerita setelah selesai makan dan mengobrol, teman kami itu pulang lebih dulu. Saya dan teman saya meneruskan mengobrol. Hal yang kita bahas banyak. Salah satunya seberapa untung pedagang kaki lima dalam jualannya setiap hari. Berapa banyak mereka harus menyetor hasil ke penguasa daerah setempat (baca: preman), berapa banyak mereka memberi uang dan makan kepada keluarga mereka, bagaimana lelah mereka, seberapa jauh dari lokasi bekerja ke tempat tinggal mereka, dan semacamnya. Dan terlebih lagi, adakah yang peduli terhadap kehidupan mereka? Ketika kau hanya menghadap satu sisi, kau tak kan tahu apa yang terjadi di sisi lain. Menolehlah, dan kau akan tahu apa arti hidup sebenarnya. - Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum - Jujur saya paling tidak tega (saya juga sensitif untuk hal-hal serupa, tidak jarang sampai menitikkan air mata, bukan air mancur yang jelas) melihat orang-orang yang sudah sepuh tetapi masih bekerja untuk dirinya sendiri bahkan keluarganya. Terkadang saya sampai membeli barang yang mereka jual (walaupun saya tidak membutuhkan bahkan tidak minat sekalipun) hanya untuk mengrangi sedikit beban mereka. Tidak jarang pula saya mengajak mengobrol mereka. Ya sedikit-sedikit mendengarkan keluh peluh mereka. Saya malu untuk berpikir bagaimana bisa seorang yang sudah sepuh (tua renta) begitu masih semangatnya membawa barang dagangannya (yang bahkan untuk tahun 2010 ini barang semacam itu tidak laku di pasaran / kalangan anak-anak. mungkin juga akan dicemooh orang dan disepelekan) dengan kayu dan plastik untuk menutupi barang dagangannya jikalau hujan mendadak, dari rumahnya yang tentunya jauh dan beralaskan sandal jepit berkeliling hingga daerah orang sambil menahan lapas dan dahaga. Sementara saya? yang lebih muda? Masih saja terkadang mengeluh tugas kuliah dan kerjaan kantoran. Alhamdulillah, Allah SWT tidak perlu menguji saya untuk sampai harus menjadi pedagang seperti yang saya paparkan di atas. Dan ternyata tidak ada alasan untuk saya tidak bersyukur. Terima kasih ya Allah... Terima kasih untuk beberapa orang Bapak dan Ibu yang pernah mengobrol dengan saya di jalanan, yang pernah memaparkan kerasnya kehidupan tapi itu semua indah karena hanyalah TANTANGAN untuk menghiasi hidup kita dan bukanlah sebuah PENDERITAAN, secara tidak langsung kalian telah menjadi  inspirasi dan motivator saya. :) * * * Saya dan teman saya meninggalkan tempat makan itu - Pukul 22.00 WIB. Suatu tempat yang bisa meningkatkan inspirasi dan semangat saya untuk menulis, Sabtu, 21 Agustus 2010 (dan besok teman saya itu si "Mawar" akan ber-ulang tahun) - Anggita Aninditya Prameswari Prabaningrum -

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun