Tugas 3
Rasa bimbang yang enggan aku ceritakan
Sungguh saat mata terlepas dari pejaman yang terkunci, rasanya air mata membeludak, memenuhi setiap celah yang ada, rasa sesak menekan nekan seakan tak menemukan celah untuk berpaling. Mataku terbelalak lebar, tak mampu menahan laju air mata yang turun kian lebat, sungguh tega sekali kau malam ini, menyelimuti malam ku dengan air mata. Bagaimana aku bisa tersenyum bahkan aku tertawa riang bersama wanita lain, aku memaki, tapi kalian hanya tertawa melihat sejumput kecewa yang begitu besar di raut wajahku.
Aku berlari tapi tak kau hiraukan. Sungguh malam ini aku tak mengenal kau sebagaimana kau yang begitu menyayangiku. Aku ingin sekali meludahi wanita yang bersandar mesra dipundakmu, menarikmu dan mengatakan sungguh aku kecewa. Namun kau seolah tak hiraukan ku dan memilih terus memeluk wanita itu, entah siapa sosok wanita itu yang memeluk mu erat.
Sudah berapa malam kau tunjukan ini padaku, kemesraan bodoh yang membuatku teriris pilu. Aku benci bermimpi jika yang selalu hadir adalah mimpi yang membuatku terisak, sungguh diam diam saat terbangun aku selalu di penuhi gerimis kecil, ada yang lebih hancur mungkin, yaa..saat aku kebingungan berceritakan pada siapa, dan ketika ingin kuceritakan mimpi gelapku padamu, kau enggan untuk mendengar.
Itu sungguh kekecewaan yang nyata, saat dimana kau lebih peduli mendengar cerita-cerita lain dari teman-teman wanitamu atau teman-teman ku, tapi enggan untuk mendengar cerita sendu dari wanita yang kepadanya kau nyatakan cinta.
Try to think twice before you told who maybe would make someone to hurt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H