Mohon tunggu...
Bung AaNnDriee
Bung AaNnDriee Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gemerlap Cahaya, Jakarta di Malam Hari

26 Mei 2015   08:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta sore ini memang terlihat ramai sekali, pamandangan khas jakarta (macet maksudnye..!) pun sudah terlihat disepanjang jalan yang saya lalui. Stasiun tanjung barat tempat dimana saya akan melanjutkan perjalanan pulang saya sudah penuh sekali dengan para penumpang, setelah membeli karcis saya mencari tempat yang nyaman untuk bisa rehat sejenak setelah seharian bekerja. Stasiun ini memang terletak persis disisi jalan raya yang menghubungkan antara jakarta dengan depok, bahkan dari tempat saya duduk, terlihat jelas sekali sorot lampu mobil dan nyaring suara klakson, seandainya saja suara klakson itu di pandu oleh seorang dirigen musik,tentunya akan merdu terdengar suara klakson yang bersautan tak jelas nadanya itu, hanya menggamberkan emosi dari para pengendaranya saja. Sekilas saya layangkan pandangan saya tuk mengamati para penumpang yang ada di stasiun ini. Terlihat sekali mereka sedang mengalami kondisi yang sama dengan saya yaitu 4L (Lelah, Letih, Lemah & Lesu), ada seorang bapak bapak dengan penampilannya yang lusuh sambil menghirup batang rokoknya, tapi matanya tertuju pada seorang wanita cantik yang ada diseberang sana, ada juga pasangan anak muda, entah mereka pacaran atau tidak tapi sedang bercanda dengan riangnya. Ada juga seorang pedagang koran yang masih dengan lantang dan semangat kembali menawarkan koran yang dijajakannya, karena sudah malam dengan harga miring tentunya. Ada juga seorang pemuda yang masih saja iseng memperhatikan setiap penghuni stasiun dengan segala gerak geriknya sambil berharap ada hikmah yang bisa didapatkannya dari apa yang sedang dilakukannya itu, dan pemuda itu adalah saya...hehehe.

“perhatikan jalur dua, sebentar lagi akan masuk kereta ekonomi jurusan jakarta kota, kepada para penumpangnya harap mempersiapkan diri”.kata penjaga stasiun melalui pengeras suara, alhamdulillah akhirnya datang juga kereta jemputanku. Setelah sekitar beberapa detik kemudian kereta melanjutkan perjalanannya lagi, wahh...suasana didalam gerbong kereta ternyata ramai sekali, tadinya saya berharap bisa duduk sambil melanjutkan istirahat saya, tapi rupanya harapan hanyalah tinggal harapan..., dan kini kereta mulai memasuki stasiun pasar minggu, setelah berhenti sejenak kemudian kereta melaju kembali dengan kecepetan tinggi. Huh...sempat juga kaki ini mendesak untuk bisa duduk sejenak, setelah berpikir kreatif, akhirnya aku memilih duduk di pintu sisi kiri kereta aja ah...(kalo sisi kanan biasanya untuk naik turun penumpang), sambil beralaskan sobekan kertas koran yang sudah menjadi sampah, akhirnya bisa duduk juga sambil berpegangan pada besi yang ada di kananku. Dari dalam kereta ini dan hari yang sudah beranjak malam, aku masih bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah jakarta di malam hari, dengan kerlip cahaya lampu dari rumah rumah serta lampu penerang jalan, terlihat sekali kesibukan sebagian besar orang dalam beraktivitas di malam ini, sekilas kulirik jam tanganku, ternyata sudah pukul tujuh malam, setelah dari stasiun manggarai maka jalur kereta akan berada diatas ketinggian, masih dengan posisiku duduk di pintu kereta yang sedang melaju ini, tapi kini pemandangan yang terhampar dihadapanku adalah suasana malam jakarta dengan kemegahan bangunannya yang tinggi menjulang, suatu pemandangan yang mungkin hanya dimiliki oleh jakarta saja, baru kali ini saya menyadari betapa indahnya kota jakarta dimalam hari, pekatnya malam seakan akan semakin mempertegas gedung gedung yang biasanya nampak kokoh di siang hari, bahkan kini semakin mempercantik diri dengan hiasan lampu lampu yang melekat di setiap sisinya, mungkin dulunya para arsitek dari gedung-gedung tersebut sudah mendesain begitu rupa agar bangunan yang dibuatnya juga nampak indah di malam hari. subhannalah..., kini saya seperti sedang melihat suatu peradaban yang sangat menakjubkan, (melongo seperti orang kampung yang baru pertama kali ke kota). Diatas langit jakarta bintang bersinar dengan begitu indahnya, dan dibawahnya sinar lampu dari setiap gedung pun makin menambah gemerlap kota ini dimalam hari.Sungguh sebuah diorama dari keperkasaan serta keangkuhan suatu makhluk yang bernama manusia kini sedang ditampilkan dihadapanku,bagaimana tidak angkuh, entah sudah berapa juta ton pasir yang diharus dikeruk dari suatu bukit atau pulau hanya untuk membangun gedung sebanyak itu, entah juga sudah berapa juta semen yang harus disediakan hanya untuk membangun gedung tersebut, belum lagi banyaknya kaca yang harus disediakan, belum lagi entah berapa banyak airmata yang harus dibayar karena rumahnya harus digusur hanya karena akan dibangun sebuah gedung. Yang pasti kini saya seperti sedang melihat suatu ruang maya dari kotaku, ya...suatu sisi lain yang selama ini luput dari penglihatanku, jika bukan karena kini saya sedang berada di kereta ini, mungkin saya belum bisa menyadari akan keindahan pemandangan ini, dan kini kereta sedang berhenti ketika akan memasuki stasiun gambir, sehingga saya bisa lebih lama menikmati pemandangan ini dan saya hanya bisa terkesima menyaksikan ini semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun