Mohon tunggu...
Muhammad Burhanuddin
Muhammad Burhanuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

No Matter

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Harmonisemu TNI-Polri

7 Maret 2013   12:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:10 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1362657596976214249

Melihat kerusuhan yang terjadi antar aparat di Baturaja menyisakan sepenggal kepiluan, TNI-POLRI selaku badan keamanan justru terlibat bentrok. Masyarakat mencoba mengamati dari balik layar apa yang sedang terjadi hingga ratusan Batalyon Armed-15 bersenjata lengkap menyerbu Polres Baturaja. Belum pulih rasa penasaran kita, datang lagi kabar bahwa Markas Polres telah musnah dilalap si jago merah beserta isinya termasuk kendaraan yang berada didalamnya.

Sepertinya tetesan air mata AKBP H Azis Saputra saat menyepakati perdamaian antara TNI-POLRI terkait tewasnya Pratu Heru Oktavianus sebulan yang lalu tidak mampu meluluhkan hati para anggota berseragam doreng ini, hingga akhirnya pihak TNI lebih memilih jalan anarkis dengan menghanguskan bangunan berwarna coklat tersebut. Keputusan seperti itu juga bukan tanpa alasan, kelompok mana yang rela rekan perjuangannya ditembak hingga tewas hanya karena melanggar lalu-lintas. Dan berita seperti ini bukanlah hal yang baru, kedua institusi ini memang kerap memanas pasca pemisahan TNI-POLRI per 1 april 1999. Terakhir, anggota Brimob Polda Gorontalo dan Satuan Yonif 221 Kostrad terlibat rusuh.

Tipikal keras yang dimiliki oleh anggota TNI memang sering muncul manakala eksistensi mereka terancam, belum lagi sifat Polisi yang agak menggemaskan, yang bukan hanya dari penilaian TNI saja, namun juga dari kacamata sipil. Lain halnya jika masyarakat biasa yang menjadi sasaran, mungkin saja tidak terjadi balasan yang berarti, akan tetapi jika hal ini menyangkut jati diri seorang prajurit, maka sedikit banyak akan menimbulkan chaos. Seperti contoh ketika di Solo terjadi penyerbuan yang dilakukan oleh TNI terhadap sekelompok club motor tahun lalu, yang dilatar belakangi oleh kesalahpahaman yang selanjutnya melibatkan anggota Dalmas (Pengendalian Masyarakat) bersenjata lengkap yang berniat ingin melerai kerusuhan tersebut dengan melepaskan tembakan peringatan, namun yang terjadi justru sebaliknya, pihak Dalmas menjadi bulan-bulanan TNI “yang tidak bersenjata”. Dari sini masyarakat menjadi tahu, mana militer sejati dan mana militer karbitan, sebenarnya dilihat dari postur tubuh pun masyarakat sudah bisa memahami tentang hal ini. Lebih dari itu, tindak anarkisme dengan alasan apapun tetap tidak bisa dibenarkan.

Mengenai keharmonisan antara TNI-POLRI memang jauh dari harapan, walaupun berjuta kampanye perdamaian mewarnai kedua institusi tersebut, tetapi dalam prakteknya begitu sulit. Menurut pengamat kepolisian Bambang Widodo, faktor kecemburuan disebut-sebut sebagai penyebab maraknya kerusuhan di kedua tubuh institusi ini. Belum lagi saat ini Polisi memegang peranan penting dalam bidang keamanan, walaupun jatah bidang pertahanan sudah sepenuhnya dilimpahkan pada TNI. Tapi di sisi lain banyak tugas Polisi yang tidak beres, seperti maraknya pungli, dan lagi masalah kesejahteraan tentu hal ini dikuasai oleh Polisi, sedangkan TNI hanya mengandalkan gaji !!!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun