Mohon tunggu...
Aan Huang
Aan Huang Mohon Tunggu... -

Debu-debu kilesha

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku (Kesombonganku) dan Ibu

21 April 2019   01:54 Diperbarui: 21 April 2019   02:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu,
Hitunganku tentang kilogram begitu mahir. Aku terampil menjelaskan kepadamu tentang sistem ekonomi. Kupaksakan engkau untuk mengerti inflasi. Kupaparkan engkau analisa resiko dan keuntungan dari berbagai sistem investasi.  Kucoba membuatmu paham tentang politik dan arah pembangunan bangsa kita. Kau tak bergeming. Tetapi engkau tertawa renyah saat aku bertutur soal dapur. 

Ibu,  mendadak togaku malu kala aku mengira ubi adalah singkong. Saat aku menebak terong ternyata timun. Ketika sesisir pisang ambon kubeli dengan harga dua kali lipat lebih mahal daripada pisang ambon yang sering engkau beli. Waktu engkau memintaku membeli tepung beras, yang kubawa pulang adalah tepung ketan. Namun engkau tersenyum makhlum.  

Ibu, kepada  dosa nan apa kesombonganku kuapikan? 

Jakarta,  19 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun