Mohon tunggu...
Aang Sofyan
Aang Sofyan Mohon Tunggu... -

aku adalah seorang pencari kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sufyan Santri Super Santai

27 Mei 2012   04:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:44 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Matahari terbit bersinar dengan cerah menyapaku memulai hariku. Aku bergegas pulang setelah menyelesaikan shalat isyraq dua rakaat, semoga Tuhan memberikanku keberkahan dihari ini. Rumahku agak dekat dari mesjid, sehingga tidak lama aku sudah sampai dipintu rumah mengucapkan salam, terdengar dari dalam rumah isteriku tercinta menjawab salam dengan mesra membuatku cepat-cepat ingin menciumnya. Dia membukakan pintu, tersenyum padaku, lesung pipit diwajahnya membuatku ingin selalu menatapnya. Sudah seminggu aku menikah, semoga Tuhan memberkahi pernikahanku dengan menjadikannya keluarga yang dipenuhi dengan sakinah mawadah dan diliputi rahmah.

Aku terlahir dalam keadaan suci, tanpa setitik dosapun1. Keluargaku termasuk kalangan berilmu dikampungku, ayahku meskipun tidak disebut ustad namun sering disuruh memimpin acara-acara keagamaan yang diadakan masyarakat. Ibuku juga aktif di pengajian majelis ta’lim yang diadakan setiap hari sabtu. Dia adalah pahlawan bagi hidupku, motivasi-motivasinya membuatku lebih semangat dalam menjalani kehidupan ini. Saat aku masuk SMA, aku berkenalan dengan beberapa teman baru, ibuku berpesan agar memilih teman yang apabila kamu bersamanya akan semakin bertambah mengingat Tuhan dan jangan berteman dengan orang yang menjauhkanmu dari-Nya. Tampaknya nasihat ibuku dihiraukan begitu saja olehku atau mungkin aku melupakannya, sehingga aku terjerumus kedalam lembah kegelapan.

---

Kursi disisiku kosong tidak ditempati. Aku duduk sendirian meskipun bukan dibangku terakhir. Teman sekelasku berjumlah tigapuluh delapan ditambah denganku menjadi tigapuluh sembilan, awalnya masuk berjumlah empat puluh tapi seorang siswa memundurkan diri merubah niatnya dan bermaksud ingin masuk ke pesantren. Aku tidak habis pikir, zaman sekarang masih ada orang yang ingin masuk kepesantren, tapi itu pikiranku dulu. Semoga saja Tuhan memaafkan kesu’uzhonanku dulu. Hari pertama sekolah aku berkenalan dengan Randi, Edo dan Chandra. sekolahku agak jauh dari rumahku, tiap hari aku naik angkot, meski tempat tinggalku bukan termasuk kawasan kota, tapi tidak kampung-kampung amat, sehingga banyak angkot yang lalu lalang dijalanan yang melintasi tempat tinggalku.

“Ri, besok sekolah kita ngadain acara study tour, kamu mau ikut gax,,,,? Randi membuyarkan lamunanku tentang kecantikan Bu Dewi, guru fisika dikelasku, kecantikan alami, kesederhanaandan yang paling aku sukai adalah keramahannya padaku. Setiap aku berpapasan dengannya senyumnya mengembang bagai bunga mawar di taman surgawi.

“aahh kamu,,, Ran,,,, ngagetin aja,,,!!!!”

“lagi ngelamunin siapa sihh,,, pasti si Rike ya,,,!”

“hahaa,,, sigadis kampungan itu,,,,” jawabku sinis sembari melecehkan, temanku yang satu ini selalu mengejekku dengan memasangkan aku dengan si Rike gadis lugu yang tempat tinggalnya sedaerah denganku, dia pendatang baru, jagi aku belum begitu mengenalnya.

“besok kita akan ke borobudur, kamu harus ikut ya, gue si Edo dan si Chandra udah nyiapin segalanya buat keperluan kita berempat,,”

“oke,, sip”

Sekolahku tiap tahunnya selalu mengadakan acara study tour kebeberapa tempat yang ada hubungannya dengan pelajaran, tahun kemarin kedaerah banten, propinsi pecahan jawa barat itu kurang lebih lima hari baru selesai mengunjungi beberapa tempat yang ada kaitannya dengan pelajaran sekolah. Tahun sekarang akan keliling Yogyakarta dan sekitarnya, rencananya ada beberapa tempat yang akan dikunjungi seperti borobudur, keraton, musium dirgantara, musium biologi dan tentunya belanja di malioboro. Tapi seperti biasa aku bersama teman-temanku naik mobil si Chandra, tidak bersama rombongan bis sekolah.

---

“ gua mabok cuy,,, mantap,,,,,gua serasa terbang kesurga,,,” Edo berjalan sempoyongan, berkata-kata terdengar kurang jelas sambil memegang sebotol minuman keras.

“Ran, Edo, Chandra whey,,,,,! Nyadar lo semua,,,,,,,! Aku berteriak-teriak menyadarkan ketiga temanku, tak setetespun masuk ketenggorokanku minuman keras yang mereka bawa malam itu. Imanku selalu terjaga ketika mereka bertiga pesta minuman keras meski mereka memaksaku untuk meminumnya, terutama si Edo, “Tak ada gunanya hidup kalo gax pernah menyobanya tau,,,” kata-kata itulah yang sering keluar dari mulutnya ketika memaksaku untuk meminumnya, aku hanya terdiam, dan akan segera bergegas masuk kedalam mobil kalau mereka akan memulai meminumnya.

Matahari bersinar menembus kaca mobil terasa panas dikulitku membangunkan tidurku, kulihat jam yang ada didalam mobil ternyata sudah pukul sembilan pagi, ketiga temanku masih tertidur pulas diatas rumput tanpa alas tidur, bangun siang tidak membuatku kaget karena sudah terbiasa dihari minggu ketika sekolah libur aku sengaja bangun sampai sangat siang, setelah berteman dengan ketiganya aku jadi berani meninggalkan shalat sekali-kali, meski sebelumnya dulu aku sangat rajin shalat bahkan selalu berjamaah diawal waktu walaupun dalam keadaan hujan dishubuh hari yang dingin menusuk tulang sum-sum aku tetap hadir dishaf awal, sehingga ustad Fasath sang Imam Masjid selalu membicarakanku dihadapan ayahku. Sabda Nabi SAW selalu benar karena dibimbing oleh wahyu dari-Nya, bahwa kualitas agama seseorang itu tergantung kualitas agama temannya. Aku terlena dalam kelalaian bersama ketiga temanku.

1hal ini sesuai dengan hadits nabi saw.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun