Mohon tunggu...
Aang Koswara
Aang Koswara Mohon Tunggu... -

yuk terus belajar ...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Viktualienmark, Munich

31 Mei 2010   16:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyambung dari coretan sebelumnya yang berjudul City Branding a la Muenchen yang menggambarkan tentang bagaimana Kota Muenchen membangun merk kotanya, saya mencoba menggambarkan sedikit pengalaman atas apa yang saya amati mengenai sisi kehidupan di Kota Muenchen, salah satu kota di Eropa di samping Paris, Milan, dan London yang penuh dengan kemajuan modernisasi dengan pajangan produk - produk bermerk global, akan tetapi Pemerintah Kota nya tidak lantas melupakan warisan pendahulunya, yaitu pasar tradisional yang berada di tengah kota, cukup ditempuh dengan jalan kaki karena jaraknya tidak jauh dari pusat kota Marientplatz yang terkenal dengan sebutan Viktualienmark. [caption id="attachment_154575" align="aligncenter" width="300" caption="Viktualienmark. Foto: dok pribadi"][/caption] Viktualienmark ini merupakan kompleks pasar tradisional tersendiri dan merupakan salah satu heritage Kota Muenchen. Layaknya pasar tradisional, aneka macam buah - buahan segar, sayuran, daging segar, madu, keju yang berasal dari belahan Eropa, bunga, tempat makan, sampai dengan aneka mainan tradisional terdapat dalam pasar ini. Bahkan buah-buahan khas tropis juga bisa ditemukan di sini, seperti manggis, nanas, sayur - sayuran, dan durian yang diimpor langsung dari Thailand. Di samping itu, di kompleks pasar ini juga seringkali dijadikan tempat untuk berbagai penyelenggaraan kegiatan, terutama menjelang Oktoberfest dalam tiap tahunnya. [caption id="attachment_154576" align="aligncenter" width="300" caption="Manggis. Foto: dok pribadi"][/caption] Sebelah Viktualienmark terdapat sebuah tempat yang bernama "Schrannenhalle", dibangun pada masa Raja Maximilian I yang arsiteknya mengacu pada model Perancis. Schrannenhalle merupakan sebuah hall yang panjangnya kurang lebih 430 m yang sempat hancur pada Tahun 1932. Schrannenhalle yang baru dibangun tanpa menghilangkan identitas aslinya pada Bulan September 2005. Di dalamnya terdapat pasar, toko - toko, rumah makan, tempat penyelenggaraan budaya, dan ruang pertemuan yang biasa digunakan baik untuk kalangan muda dan orang tua. [caption id="attachment_154826" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana makan siang di Viktualienmark. Foto: dok pribadi"][/caption] Kombinasi pasar tradisional ini tampak kontras dengan pembangunan toko - toko di sekitar Marientplatz yang menawarkan produk - produk bermerk global. Akan tetapi keberadaan pasar tradisional tetap dilestarikan, penataannya yang disesuaikan dengan konsep pembangunan dan perencanaan kota dengan tetap menjaga identitas aslinya. Meskipun konsepnya seperti warung tenda, seperti pedagang kaki lima di Indonesia, kebersihan dan keasrian tetap dijaga sehingga tetap menarik bagi pengunjung baik warga sekitar maupun turis mancanegara. Pemerintah Kota Muenchen khususnya menangkap jeli keberadaan pedagang ini sebagai suatu aset berharga yang menunjang Kota Muenchen sebagai salah objek wisata dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun