Malang (09/14) Malam di awal juni, Sepasang kekasih dengan balutan romantis di antara lampu hias taman. cahayanya membias di serangkaian teratai kolam yang mengikat tugu kota dengan menjulang ke langit, menantang bintang-bintang sebuah pesan bermakna.Tatapan lelaki dan perempuan dalam sebuah janji ditaman kota sebagai cerita pada kehidupan kelak nanti; Taman Tugu Balaikota Malang saksi bisu perjalannya.
Malam di Taman Tugu Balaikota Malang atau yang dikenal dengan istilah Alun-alun Bunder, Taman Tugu Bunder, Alun-alun tugu, merupakan taman berbentuk bunder mengelilingi sebuah monumen tugu tempat cara menikmati kedamaian dari sebuah tatanan taman di sekelilingnya.
Monumen tugu yang terpancang kokoh di tengah lalu lintas kota di kelilingi oleh kolam dengan kehidupan ikan koki, teratai yang mekar, dan berbagai jenis ikan – ikan kecil di dalamnya. Kolam air ini juga dilengkapi oleh beberapa titik air mancur yang selalu memancarkan air pada pagi dan malam hari. Air mancur ini bertugas menjaga siklus energi dari udara ke dalam kolam air. Tak luput aneka warna cahaya bertebaran silih berganti dari ratusan lampu hias taman dengan di selimuti asap yang bergerak pelan menemani suasana malam di kota Malang.
Pada malam hari di Taman Tugu Kota Malang tak sepi. Lampu hias menerangi monumen tugu dan sederetan lampu taman bekerja menyalai bunga-bunga taman, biasanya saban malam kita temui sepasang kekasih asyik bersendau gurau di bangku taman, anak-anak bermain berkejaran, orang tua rebahan di rerumputan mungkin sekedar melepas penat akan kesibukan kota atau juga keceriaan hari-hari yang tampak pada wajah mereka.
Alkisah berdirinya Taman Tugu Bunder di buat pada masa penjajahan zaman Belanda saat Gubernur Jenderal Pieter Zoen Coen. Awal di bangun taman itu sangat sederhana dengan konsep terbuka tanpa dibatasi pagar yang menghalang. Dahulu taman itu di bangun untuk pelengkap halaman gedung Kegubernuran Hindia Belanda.
Setahun setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1946 masyarakat Malang mendesak untuk merubah struktur pemerintahan daerahnya. Dan monumen Tugu menjadi pertanda peletakan batu pertama yang langsung di lakukan presiden Ir Soekarno orang Indonesia  pertama sebagai pimpinannya, oleh Mr. Soekarno dan A.G. Suroto diresmikanlah Tugu Taman tersebut.
Tahun 1948 terjadi agresi militer Belanda I. Perestiwa itu meluluhlantakan Monumen Tugu. Selang lima tahun kemudian yakni tahun 1953, pemerintah Malang kembali membangun Monumen Tugu dan kembali di resmikan Presiden RI Ir. Soekarno.
Demikian perjalanan indah di malam, dari sebuah Taman Tugu Kota Malang. Semacam tersirat pesan tentang taman Tugu Balaikota dengan seni arsitektur lanskap dari penjabaran kekuatan manusia, alam, dan lingkungan yang merupakan suatu kesatuan yang utuh dari proses perpaduan unsur tradisional dan budaya menghasilkan karya yang penuh dengan rasa kecintaan dan kesetiaan terhadap alam dan budaya bangsa. Sungguh melewatkan malam yang sempurna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H