Tiga dini hari,
telingaku nyeri!
pintu hati yang berdecit memaksa meraih kotak
hijau.
“Noname?”
Dahiku berkenyit.
Aku buka lembar pertama dan seterusnya,
itu buku usang tentang Kamu.
Pikiranku mulai menjelajah waktu, memutar
cuplikan cerita terdahulu,
memproyeksikan Kamu.
Kamu yang selalu merotasikan spektrum, di
bawah timbunan waktu.
Kamu yang akhirnya harus Aku sudahi
memimpikanmu.
Kamu yang masih jadi bagian doaku.
Kabut rindu tumpah, kali ini semakin tebal.
Otakku mendadak sesak!
Pada tiga dini hari,
bolehkah aku datang lagi??
sebrangi jembatan mimpi. Menyelinap diam-diam
dalam mimpimu,
sekedar menyapa dan berucap terima kasih..
Setelah itu?
Tenang saja,
Aku akan pergi secepat air yang terbakar
matahari. :)
Dalam sadar Aku berharap Kamu menahanku,
sayangnya ragu terlanjur menyebar.
Tahukah Kamu?
#PoW #padatigadinihari
[caption id="attachment_165644" align="alignleft" width="300" caption=""][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H