Mohon tunggu...
Hieronimus Aand Andrean
Hieronimus Aand Andrean Mohon Tunggu... -

Belajar jurnalisme, mengejar idealisme!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media “Tradisional”, Riwayatmu Kini

5 April 2014   05:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:03 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring berkembangnya jaman kebutuhan pokok manusia juga mulai berkembang dan bertambah. Pada awal abad 21-an ini, manusia mengalami perubahan yang drastis dalam pemenuhan akan kebutuhan berita dan informasi. Dimana manusia masuk dalam fase “gila teknologi”, kita semua didunia ini berlomba-lomba mengkonsumsi informasi atau berita secara cepat dan praktis tentunya. Diawal abad ini kehadiran handphone seakan menggeser kebutuhan pokok lainnya.Mungkin contohnya, kita mulai lebih memilih membeli pulsa dari pada memilih menu santap malam yang sedap. Contoh lainnya, kita lebih memilih membeli handphone smart paling mutakhir daripada membeli baju, atau sandang lainnya. Jadi, mungkin dalam buku paket ekonomi dasar kita bisa menambahkan handphone dalam klasifikasi kebutuhan pokok yang bersifat primer.

Pola manusia dalam memandang handphone mulai berubah. Dahulu handphone digunakan untuk komunikasi dan sebatas telepon atau sms saja, namun kini berkat handphone kita bisa menjelajah dunia. Jenis pun mulai banyak, tidak hanya handphone yang canggih namun  gadet-gadet lain siap membantu memanjakan imajinasi kita. Pasca kelahirnya, internet mampu menyedot perhatian seluruh penduduk dunia. Mungkin anda lebih pintar dalam mendeskripsikan apa itu internet daripada saya. Intinya, manusia dalam zaman modern adalah kecenderunganmanusiatergantung pada kecepatan akses internet baik menerima maupun men-share informasi yang dianggap penting. Tak jarang kita merasa sudah cukup sosialis ketika berada dikehidupan dunia maya.

Internet memang membawa kita dalam realitas kehidupan yang berbeda, karena mampu mendobrak batas ruang maupun waktu. Batas privasi maupun publik dan batas etis serta kurang etis. Maka tidak heran internet membuat konsumennya kecanduaan. Jadi dalam awal pembahasan ini saya ingin mengajak pembaca untuk menyamakan pandangan bahwa kehadiran internet sangat penting dalam prespektif manusia modern.

Nah situs jejaring sosial, menjadi contoh dimana internet mulai merambah dalam kehidupan pribadi dan praktek silaturahmi. Dilihat dari perkembangannya, kita bisa melihat bahwa situs jejaring sosial pun mengalami perubahan fungsi.  Bisa dimulai dari Friendster yang dulu sangat popular dengan sistem pertemannya. Kemudian disusul oleh kemunculan Facebook yang menawarkan tampilan yang lebih menarik daripada Friendster. Facebook adalah salah satu jejaring sosial yang bisa digunakan untuk membagikan informasi dan foto kepada teman kita. Dalam perkembangannya Facebook juga dimanfaatkan untuk membagikan berita dan informasi. Twitter pun menjadi paling luar biasa manfaatnya. Ketika kita sebagai user, jejaring sosial Twitter bisa digunakan untuk saling tukar-menukar informasi. Pengguna juga seakan bisa menjadi “wartawan” dengan menggabarkan kejadian-kejadian sekeliling mereka. Banyak kantor berita yang akhirnya memiliki akun twitter dengan tujuan ingin lebih dekat dan cepat dalam memberikan informasi kepada publik.

Marshall McLuhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup dalam suatu `desa global'. Pernyataan McLuhan ini mengacu pada perkembangan media komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia untuk dapat berhubungan dengan hampir setiap sudut dunia.

TRADISIONAL VS ONLINE

Namun dalam jurnalisme kehadiran internet telah mampu menciptakan tradisi baru yang biasa disebut jurnalisme online, media online atau new media. Jurnalisme pada dasarnya  diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita kepada khalayak atau masyarakat luas. Oleh karena itu, jurnalisme tidak bisa terlepas dengan kehadiran media. Media merupakan alat jurnalisme untuk hadir kedalam tengah-temgah masyarakat. Kegiatan jurnalisme pada intinya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas informasi. Media yang digunakan dapat berupa media cetak dan media elektronik. Namun internet juga dipandang sebagai media yang menyediakan berbagai informasi maupun berita dan sifatnya interaktif.

Internet sebagai media interaktif maksudnya, pembaca dan media berhasil menciptakan interaksi atau feedback secara langsung maupun tidak langsung. Jurnalisme online menggunakan kekuatan internet dalam penyebaraanya. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa keunggulan internet yang paling mutlak yaitu kecepatannya. Bagaimana peristiwa penting di dunia beberapa menit yang lalu bisa dengan mudah disebarkan keseluruh penjuru dunia. Ya, jurnalisme online bisa menggabungkan 3 tahap sekaligus, yaitu pengumpulan, produksi dan mem-publish dalam waktu yang relatif bersamaan.

Hal ini membuat pembaca mampu memberikan feedback atas pemberitaan secara realtime. Namun pembaca juga dapat terlibat dalam suatau proses pembuatan berita. Inilah yang disebut sebagai jurnalisme warga atau citizen journalism, dua kata ini mungkin yang akhir-akhir ini sering kita dengar. Ya intinya dari jurnalisme warga adalah masyarakat bisa sebagai pengumpul berita dan mem-publishnya layaknya seorang wartawan. Jurnalisme warga semakin berkembang pada era internet ini. Masyarakat modern sangat memanfaatkan keberadaan internet untuk menunjang kegiatan atau tujuannya. Tak terkecuali dalam kegiatan jurnalistik.

Jurnalisme online sendiri tak serta merta “genre” jurnalisme yang sempurna. Kita sebagai konsumen harus selektif dan pintar dalam memilih berita yang akan dikonsumsi. Terkadang berita online masih banyak yang kurang berbobot dan tidak sesuai dengan fakta dilapangan.  Seharusnya jurnalis menyadari bahwa fakta terbaik bukanlah di balik layar komputer, tetapi mendapatkan atau mengujinya kembali di lapangan (Priyambodo, 2008) Kita harus mampu memilah dan memilih berita yang sesuai dengan kebutuhan. Jangan asal “klik”! Oleh karena itu hendaknya kita harus mengetahui sumber berita yang terpercaya. Hal ini tentunya berkaitan dengan kesadaran kita sebagai pembaca yang memiliki standar bacaan yang relatif bisa dikonsumsi. Jadi ketika kita ingin membaca berita online, kita harus pintar dan punya standar bacaan dahulu.

Jauh sebelum media online lahir, jurnalisme mempunyai tradisi yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Media “tradisional” atau konvesional berupa media cetak maupun elektronik. Media cetak contohnya koran, majalah, tabloid dan lainnya. Sedangkan contoh media elektronik adalah televisi, radio dll. Ya, kini pola konsumsi masyarakat mulai berubah dari media konvesional ke media online. Internet seakan menjadi musuh yang harus diperangi karena lambat laun akan mematikan pasar mereka. Namun realitanya, kini media cetak maupun elektronik tak mau mengambil pusing. Mereka mensiasati fenomena ini dengan membuat situs berita online serupa.

Berbagai cara telah ditempuh, terutama media cetak agar tetap bisa terbit dan tidak ditinggalkan oleh pasar. Ternyata usaha ini masih bisa menangkal “attack” media online. Kita ambil saja situs berita online di Indonesia seperti VIVA news dan detik.com. Situ berita ini bisa dikonsumsi dimana pun dan kapan pun, tapi dengan catatan harus memiliki akses internet tentunya. Fenomena media massa memiliki situs berita online seakan bentuk ketidak-pedean karena pola pasar yang mulai berubah. Namun sebenarnya ini adalah bentuk tanggapan “cerdas” dari tantangan jaman.

Media online bukanlah saingan dari media massa “tradisional”, pasarnya tentu berbeda. Media online merupakan media yang sedang digandrungi oleh masyarakat kini. Media massa cetak juga telah meninggalkan tradisi yang luar biasa. Masih banyak masyarakat yang mempertahankan budaya membaca berita dalam media kertas. Ini hanya perihal wilayah pasar yang akan disasar. Media cetak memang memiliki karakter yang kuat sebagai salah satu karya jurnalisme. Dilihat dari kapasitasnya media tradisional masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Maksudnya, banyak masyarakat masih gemar membaca koran dan sejenisnya. Mereka enggan untuk beranjak ke media online karena masih ada kelemahan disana sini. Ya masih lemah dalam kontrol, kredibilitas dan kualitas. Sebenarnya peran media online juga sangat penting karena kecepatannya dalam menyampaikan informasi.

SELEKTIF DALAM MEMILIH MEDIA

Media online masih banyak yang perlu dirubah. Ini adalah kesempatan jurnalisme untuk kembali merevisi dan menutup celah. Bicara ini, kita juga harus mengingat bahwa jurnalisme adalah produk yang dikonsumsi masyarakat. Setidaknya dalam jurnalisme online tetap menjaga kode etik. Kode etik pada media online memang seharusnya tidak berberda dengan media konvensional atau tradisional. Karakter konvensional juga harus muncul disini. Maksudnya, bagaimana pengemasan informasi atau berita online juga sewajarnya melalui proses cros-chek kembali dan perlu adanya proses editing. Karya jurnalisme merupakan sebuah karya yang akan dikonsumsi oleh publik. Jadi, disini juga harus ada kejujuran yang diberikan dari pembuat ke pembaca. Modal menulis dengan baik dan benar seakan tak cukup untuk menjadi seorang junalis online.

Ya, fenomena berkembangnya situs berita online mulai dirasakan oleh masyarakat. Teknologi informasi memungkinkan media berita dan audiens untuk berhubungan lebih partisipatorik. Di sisi lain, kesempatan masyarakat untuk memiliki medianya sendiri lebih terbuka. Semakin banyak alternatif media yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan mendapatkan kepercayaan. Sedangkan media yang dianggap gagal untuk memenuhi kebutuhannya akan ditinggalkan. Namun ini semua harus berdasarkan pada iklim persaingan yang sehat tentunya.

Nah silahkan untuk menggunakan hak pilih untuk mengkonsumsi media yang sesuai dengan selera. Semoga bermanfaat.

Daftar Pustaka

·Nuruddin.2009.Jurnalisme Masa Kini.Jakarta:Rajagrafindo Persada

·Susanto, Astrid, 1977. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta : Jakarta.

·Effendy, Onong Uchjana, 1987. Komunikasi dan Modernisasi, Alumni : Bandung

·Nurudin. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi Massa. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

·Uni Z. Lubis, Ketua Komisi Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi Wartawan, Dewan Pers dalam Workshop Peningkatan Profesionalisme Wartawan oleh Dewan Pers, dalam rangka Hari Pers Nasional 2012

·http://ethics.journalism.wisc.edu/resources/digital-media-ethics/

·www.ayomenulisfisip.wordpress.com

·www.kompas.com

· Materi perkuliah Jurnalisme Online

1396626968174818588
1396626968174818588

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun