Mohon tunggu...
Hieronimus Aand Andrean
Hieronimus Aand Andrean Mohon Tunggu... -

Belajar jurnalisme, mengejar idealisme!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Sedang Banyak “Setan” Sliweran di Sleman

26 November 2014   01:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:51 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan pendek:

Terhitung dari hari ini hingga dua bulan kebelakang seakan sedang banyak “setan” sliweran dalam sepak bola Sleman. Tak henti-hentinya berbagai masalah menghantui ranah olahraga sepak bola kebanggan publik Sembada.

Kita mulai dari tragedi pengeroyokan bus suporter PSCS Cilacap. Minggu sore tertanggal 12 Oktober 2014, skuad PSS Sleman berhasil membawa kabar gembira dari tanah Papua. Elja yang konon katanya dikutuk tak pernah menang dilaga tandang kembali sirna. Poin maksimal menjadi jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan oleh Sleman Fans. Letak Wamena yang secara geografis jauh membuat tak semuanya Sleman Fans bisa hadir dalam lawatannya kali ini.

Euphoria kemenangan ternyata diartikan berbeda oleh beberapa kawan Sleman Fans. Beberapa orang terlibat penghadangan dan pengerusakan bus suporter PSCS Cilacap di sekitaran Bandara Adi Sucipto. Satu orang suporter PSCS Cilacap dikabarkan meninggal. Tak semestinya sepak bola berdampak seperti ini. Berkabung, tak usah disuruh. Euphoria kemenangan mendadak berubah menjadi suasana layatan.

Ini pelajaran yang sangat berharga, bagaimana sepak bola mengajari kita tentang sejatinya euphoria dan rasa saling menghargai bisa berdampingan. Kedua hal ini sering luput terjadi dalam sepak bola tanah air. Beberapa orang yang terlibat dikabarkan terus dicari dan yang tak terlibat terus mendoakan yang terbaik dan semakin mawas diri. Doa tulus untukmu korban yang meninggal. Sampaikan pesan untuk Tuhan tentang kondisi sepak bola saat ini.

Selanjutnya adalah tragedi dengan sebutan sepak bola “gajah”, saya kebetulan menyaksikan langsung pertandingan ini dengan melewati penjagaan super ketat. Sebab, mengawal adalah sebuah kebanggan. Pertandingan yang dilaksanakan didalam komplek AAU ini ternyata pertandingan “bersejarah”. Namun apa yang akan saya dukung! Hanya pisuhan yang keluar.. duh gusti.

Sejak menit-menit awal kedua tim yang berada dilapangan sudah memeragakan penghilangan paksa hakekat sepak bola. Saya tidak ahli bermain bola, namun setahu saya jika sudah berada diarea lawan seharunya bola ditendang ke mana?? Bukan ditendang ke belakang lagi. Alhasil terjadilah tragedi gol bunuh diri. Tak bisa dipungkiri, tak bisa dilawan. Di bawah sana ada orang yang lebih memiliki kepentingan, sepertinya. Setidaknya sedikit bangga, poin tiga berhasil dibawa bukan kalah karena hasil memasukan sendiri.

Pasca pertandingan wartawan riuh diruang press conference. Jelas 5 W + 1 H yang para pewarta cari, kalau saya mencari gambar ini. Tulisan yang berada didepan stadion milik AAU. Jawaban sempurna atas kejadian sore tadi. Tertulis "RAIH PRESTASI DENGAN SPORTIFITAS"



Benar saja hukuman dari Komdis, turun dengan deras. Isunya PSS Sleman didiskualifikasi dan beberapa perangkat tim dijatuhi hukuman. Seperti pergantian musim kemarau panjang ke fase musim penghujan. Debit air sungguh luar biasa, disertai petir yang semakin membuat suasana semakin sepi dan takut. Dalam hantaman hujan dan sambaran petir, ada tangis, ada juga yang saling meneguhkan, bergandengan tangan dan menambal bocor di sana-sini. Ada yang teriak tak sanggup dan ada juga yang teriak mengenai ketidakadilan.

Suara itu berubah menjadi spanduk dukungan di seantero Sleman. Lihat! Luar biasa kawan, luar biasa! Doa untuk kalian para perangkat tim PSS Sleman yang bekerja diranah sepak bola. Pelajaran yang seharusnya sangat berharga bagi manajemen, kasihan pemain, asisten pelatih, pelatih dan yang telah bekerja untuk tim, Hilang sudah….

Belum juga reda hujan deras itu. Timbul ke permukaan mengenai pembahasan merger dengan Pusam. Entah apa yang sedang dipikirkan manajemen. Memang kita menginginkan PSS Sleman berada di kasta tertinggi tapi tidak dengan coba-coba hapus history. Merger sejatinya adalah blunder. Apa kata pendahulu-pendahulu PSS Sleman yang telah berjuang dan kini sudah diliang lahat? Jangan sampai mereka teriak dari kuburnya, jangan sampai.

Runtutan kejadian terus menimpa tim kebanggan publik Sembada. Setan! Mengapa banyak “setan” sliweran mengelilingi PSS Sleman. SAVEPSSSLEMAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun