Mohon tunggu...
Ali Ahmad Nawawi
Ali Ahmad Nawawi Mohon Tunggu... Penulis - Kreator Digital

Stimulate your passion! anawawy.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Penggunaan Kata yang Tepat, Tuhan atau Allah?

20 November 2023   07:47 Diperbarui: 20 November 2023   07:59 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuhan atau Allah?

Dalam beberapa keadaan memang kata "Allah" tidak bisa diganti dengan "Tuhan". Misalnya dalam wiridan. Pakailah "Allah Allah Allah". Akan bahaya sekali jika menggunakan kata "Tuhan": "Tuhan tuhan tuhan tu hantu hantu ..."

Namun dalam konteks dakwah atau akdemis, ini tidak masalah. Termasuk dalam pancasila. Sementara orang yang sok tahu, mengkritik soal pancasila karena menggunakan kata "Tuhan" dalam sila pertama. Mario Teguh pun kerap dikritik karena ia selalu menggunakan kata "Tuhan", bukan "Allah". Demikian pula yang terjadi pada sementara agamawan dan cendekia. Alasan pengkritik itu, kata "Tuhan" masih terlalu umum. Sehingga penggunaan kata "Tuhan" berpotensi pada syirik. 

Justru sebenarnya akidah orang-orang seperti inilah yang harus dibenahi. Karena seolah-olah mereka meyakini ada tuhan lain selain Allah. Padahal yang pertama dalam Islam, yang paling prinsip, yang wajib diyakini, bahkan dalam bahasa Agama disebut dengan "Syahadat/penyaksian", yaitu mengimani bahwa tidak ada tuhan selain Allah.

Awal-awal Alquran diturunkan pun, redaksi yang digunakan, tidak pernah menggunakan kata "Allah". Tapi selalu menggunakan kata "Rabb/Tuhan". Karena sejak semula, nama "Allah" ini sudah sangat populer. Namun orang kafir masih belum bisa menerima, masih ingin penjelasan lagi tentang siapa Tuhan yang dimaksud. Karena tuhan masih terlalu global. Harus lebih spesifik. Lalu, turunlah surat Qulhu yang menjelaskan bahwa Tuhan adalah Allah Yang Maha Esa. Tuhan adalah Allah, Yang kalian ketahui dan kalian yakini sebagai Pencipta langit dan bumi, tempat kalian bergantung dan mengadukan persoalan hidup. Tuhan adalah Allah, Yang tidak memiliki anak. Bagaimana mungkin Dia memiliki anak, sementara Dia tidak memiliki istri? Bagaimana mungkin Dia memiliki istri sementara Dia bukanlah jenis? Tuhan adalah Allah, Yang tidak pernah dilahirkan. Karena setiap yang dilahirkan adalah baru dan bersifat fisik. Sementara Dia Maha Awal. Sementara Dia bukan Dzat yang terdiri dari jisim. Tuhan adalah Allah, Yang tidak sesuatu pun menyerupai-Nya.

Dengan demikian, perdebatan antara "Tuhan" dan "Allah" tidak hanya menjadi masalah linguistik, tetapi juga mencerminkan kompleksitas pemahaman keyakinan dan agama. Perlu adanya upaya untuk memberikan penjelasan yang lebih baik agar pemahaman tentang hakikat Tuhan atau Allah dapat tersampaikan dengan jelas, tanpa menimbulkan kesalahpahaman atau keraguan.

Writer by: Ali Ahmad Nawawi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun