Mohon tunggu...
Aan
Aan Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA AKHRI DI JURUSAN BAHASA DAN SENI

Menulis ilmiah, menulis prosa, menulis puisi, main teater, suka tidur dan diskusi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kepribadian yang Melarikan Diri

15 Juli 2023   06:19 Diperbarui: 15 Juli 2023   06:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Manusia yang unggul bukan manusia dengan kepribadian yang hanya terlihat beken semata? Jelas bukan demikan. Hemat saya, dewasa ini begitu banyak fenomena sosial yang hanya memerlukan pengakuan yang disematkan kepada dirinya atas orang lain, seakan capaian pengkuan orang lain adalah suatu kebahagiaan dan kecintaan terhadap diri sendiri. Ini menimbulkan masalah. 

Berapa banyak mahasiswa yang tidak percaya terhadap kemampuannya sendiri dan harus selalunya minta bantuan kepada orang lain, misalkan dalam mengerjakan tugas? Berapa banyak para pekerja yang selalu membandingan dirinya dengan pekerja lain? Mengenai capaian dan penghasilan misalnya. Berapa banyak orang-orang yang merasa tidak betah dengan cara pandanganya sendiri, pola pikirnya sendiri, kemampuannya sendiri, bahkan merembes sampai pada gaya dan pola hidupnya sendiri? Fenomena ini sering kita jumpai di sekitar kita. Atau barangkali, malah itu yang terjadi sekarang pada diri kamu?

Melarikan Diri Ke Kepribadian Yang Lain

Oleh Aan

Sewaktu kita kecil kita pasti punya yang namanya cita-cita. Misalkan mau jadi dokter, guru, astronot, polisi, tentara dan seterusnya. Mengapa itu bisa terjadi? Sebab secara tidak langsung kita menyukai profesi tersebut dengan motif yang berbeda-beda. Misalkan ingin cepat kaya dan sukses, mengankat derajat orang tua, ingin terlihat keren, supaya mencerahkan masa depan dan lain sebagainya. Namun bercita-cita demikian -sewaktu kecil- bukan proses melarikan diri pada kepribadian yang lain. Tentu saja tidak. Pertanyaanya; bagaimanakah yang dikatakan melarikan diri ke kepribadian yang lain itu? Apakah itu keliru?

Insecure

Kata ini barangkali sudah tidak asing di telinga banyak orang, walau kadang disalah artikan. Seperti yang telah dikatakan pada tulisan di awal yang sedikitnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ada ditengah-tengah realitas sosial. Mengapa fenomena demikian bisa terjadi? Menurut saya, tidak sedikit dari kita atau bisa jadi kamu yang menganggap kemampuanmu tidak seberapa dari orang lain. Padahal itu adalah bentuk perendahan terhadap diri sendiri dan banyak orang-orang yang gemar sekali berlindung dibalik kata Insecure. Sebenarnya wajar-wajar saja kalau kita sewaktu-waktu kurang percaya diri, itu kadang dibutuhkan. Namun, bukan berarti kita seolah dilema dengan pemikiran kita sendiri yang kadang kalau bisa diukur barangkali pola pikirnya yang dangkal.

Perlu kita ketahui pola pikir itu biasanya lebih cenderung dipengaruhi oleh kebiasaan, tetapi kebiasaan belum tentu dipengaruhi oleh pola pikir. Contohnya adalah, mengapa sewaktu kita kuliah atau sekolah dulu pasti ada satu, dua, tiga orang kawan kita yang public speaking  mereka kita anggap keren, bisa saja kebiasaan dia suka membaca atau suka terhadap tantangan atau hal-hal baru, orangnya tidak begitu pemalu, tidak segan untuk bertanya. Contoh yang lain, kita punya teman yang kalau memberikan sudut pandang atau sebuah konsep bahkan solusi, itu sangat objektif dan mudah kita terima. Akan tetapi, diwaktu yang lain dia juga punya kebiasaan berkata kasar bahkan mungkin agak ringan tangan. Ini membuktikan bahwa yang seharusnya dibenahi adalah pola pikir, bukan sekadar gaya hidup atau bahkan seolah-olah kita mau menjadi seperti orang lain. Pemikiran seperti ini sangat keliru.

Role model

Kamu mungkin punya seseorang yang kamu kagumi? Atau seseorang yang kamu anggap bisa jadi teladan? Atau seseorang yang padanya kamu bisa belajar? Atau seseorang yang kamu jadikan teladan dalam hidupmu? Kebanyakan kita pasti akan mangatakan "iya", salah satu buktinya adalah jika saat ini kamu ingin mempunyai pasangan atau jodoh suatu saat nanti -istri atau suami- pasti keinginanmu  tidak jauh dari bagaimana karakter dan perilaku kasih-sayang seorang ibu atau bagaimana sikap ketegasan dari seorang ayah. Sebenarnya kalau kamu mengalami hal demikian, itu adalah hal yang sehat. Sebab menandakan keluarga yang demikian boleh dikatakan berhasil membentuk sedikitnya pola pikir, bagaimana seharusnya dan apa yang akan dilakukan di masa yang nanti.

Bagaimana kalau ada pengandaian yang berkebalikan dengan pengandaian diatas? Mari kita ajukan kemungkinan pertanyaan lain. Seperti bagaimana jadinya kalau ada orang yang tidak mendapatkan kasih-sayang sang ibu atau kehangatan dari si ayah? Atau bahkan mendapati rumah tangga yang pisah (bercerai)? Jawabannya adalah banyak kemungkinan yang akan terjadi. Salah satunya, boleh jadi mereka yang mengalami hal tersebut akan mencari "role model" lain, yang tidak pada kedua orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun