Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bagaimana Kita Memahami Filosofi "Eling lan Waspodo"?

18 Mei 2023   11:13 Diperbarui: 18 Mei 2023   11:30 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa maksudnya eling lan waspada ? Eling ( ingat ) berarti kita harus ingat bahwa tujuan sejati kita adalah Allah maka segala perilaku kita harus dalam rangka ibadah ke Allah tetapi dalam praktik perjalannya seringkali ujian, halangan dan cobaan datang sehingga kita lupa tujuan sejati kita. Maka kita harus terus Waspodo ( waspada ) setiap perjalannya. Dihitung. Dirumus. Difikirkan. Berhati -- hati dalam melangkah. Agar selalu ingat tujuan sejati.

Analoginya seperti kita mengenderai sepeda. Kita harus fokus kemana tujuan kita bersepeda. Jangan sampai ditengah jalan kita nyasar atau terlena sehingga lupa tujuan, serta jangan lupa di jalan banyak ranjau kita harus waspada terus menerus. Andaikan kita kepleset dan jatuh tentu kita harus bangkit dan melanjutkan perjalanan. Jangan malah sedih dan merengek berkepanjangan.

Jika di tengah jalan kita melakukan dosa atau khilaf maka segeralah bertaubat dan melangkah lagi. Kita bukan malaikat yang bersih. Kita juga bukan hewan yang tidak berakal. Kita adalah manusia. Kita punya potensi untuk salah dan kita juga harus siap berbenah jika salah.  Bukankah saat  kita jatuh dari sepeda dan kaki lecet-lecet kita segera beranjak untuk mencari obat ? Demikian juga saat kita berdosa segera mencari obat dari perilaku dosa kita yakni bertaubat dan melakukan perbuatan baik.

Semoga saja filosofi eling lan waspodo menjadi bekal kita dalam melangkah agar kita tidak tersesat dan tidak kena ranjau atau terjatuh di perjalanan kehidupan. Dan tampaknya waspada adalah kata yang paling mendekati makna dari "taqwa" sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Hurairah.

Suatu ketika, Abu Hurairah ditanya oleh seseorang, "Wahai Abu Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?" Abu Hurairah tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan ilustrasi.

"Pernahkah kau melewati suatu jalan dan kau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya?" Orang itu menjawab, "Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur." Abu Hurairah cepat berkata, "Itulah dia takwa!"

Dari pernyataan Abu Hurairah sudah bisa kita pastikan bahwa gambaran itu adalah waspada. Mari kita waspada dari segala perilaku dosa. Waspada menjaga waktu. Waspada menjaga ibadah -- ibadah yang mahdhoh maupun ghoiru mahdhoh. Waspada sepanjang hidup. Sambil terus menerus ingat tujuan sejatinya kita hidup. Fokus ke tujuan berbekal kewaspadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun