...
Sore hari menuju malam Maulid, ibu -- ibu sedang sibuk memasak di dapur. Begitupun dengan ibunya Jalayin. Mereka semangat memasak kali ini. Ada yang sedang memasak ayam, memasak ikan, menumis, bikin kue, dsb. Tercium aroma harum dan bau lezat masakan di masing -- masing rumah. Hmmm...
"Aku heran ada aja orang yang kalau acara maulid kok bikin berkat ( makanan ) terkesan kayak gak niat, Bu. Lauk tempe doang. Padahal ini momen istimewa lho. Harusnya bikin masakan paling enak karena kita ingin hormat pada Nabi. Perkara nanti kita dapat berkat yang biasa aja harusnya tidak jadi soal. Yang penting kita niatkan terbaik buat hari istimewa ini." Jalayin berbincang dengan ibunya
"Memang harusnya seperti itu, Yin. Tapi tidak semua orang punya fikiran sepertimu. Husnudzon saja, mungkin mereka bisanya begitu atau mungkin karena mereka tidak faham bahwa memuliakan hari nabi itu keistimewaan yang agung. Andai mereka tahu bahwa Abu Jahal yang kafir saja gara -- gara senang dengan kelahiran Nabi lantas kemudian ia memerdekakan budaknya, oleh Allah ia diringankan siksanya tiap hari senin. Apalagi kita yang mengaku umat Nabi. Pasti kita akan dibela habis-habisan oleh Nabi. Bahkan diterangkan oleh Ulama ada orang yang dari rumah kemudian datang ke acara yang disana dibacakan Maulid Nabi itu seperti mendatangi taman -- taman surga sebab barokahnya senang dan gembira atas kelahiran Nabi. Dan bahwa makanan atau minuman yang disuguhkan di acara maulid itu penuh barokah dan menjadi energi -- energi yang juga barokah yang InsyaAllah menjadi sebab sembuhnya penyakit -- penyakit hati. Jadi apapun yang kita dapat nanti kita syukuri . Kita fokus saja ingin mahabah kepada Nabi."
Jalayin sepakat dengan ucapan ibunya. Ia fokus mahabah saja. Apalagi memang tugas sebagai panitia juga masih banyak. Capek kalau mengurusi urusan orang lain. Sepertinya ia akan begadang malam ini untuk mempersiapkan banyak hal bersama teman -- teman panitia.
...
Hari yang dinantikan datang. Malam acara maulid hadir. Rembulan bersinar terang. Sound berjejer- jejer megah mengeluarkan suara nyanyian sholawat. Diantaranya suluk kanan nabi, Ya imamarusli, Addinulana, Kisah sang Rosul, Huwannur, Ya Rosulalloh, Sholawat Badar, Sholawat Nariyah, Ya Habibal Qolbi, Busyrolana, Isyfa' Lana, dsb menghangatkan malam. Tidak lupa ada pembacaan Maulid Al Barzanji oleh para santri pondok semakin menghangatkan malam. Syahdu.
Para hadirin mulai berdatangan ke Masjid. Dari Bapak-Bapak, ibu-ibu, anak -- anak, para penjual makanan, penjual minuman, penjual pernak pernik, penjual songkok dan segala kebutuhan pakaian islami lainnya. Ramai. Seru. Hangat. Malam hari ini terasa lebih hidup dari malam yang biasanya.
Ustadz Rasyid yang dinantikan datang dan kedatangannya diiringi tabuhan terbang dan nyanyian sholawat. Kemudian Ustadz Rasyid memulai tausyiahnya. Para hadirin menyimak. Ada juga yang tertidur. Sementara anak -- anak sibuk bermain kesana kemari. Sebagian panitia sibuk membagikan hidangan snek.
"Dari Abdillah bin Amr bin Ash RA: "Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW membaca firman Allah di surat Ibrahim: 36 (Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka Sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang). Dan Isa AS berkata sebagaimana yang disebutkan al-Qur'an, al-Maidah : 118 (Jika Engkau menyiksa mereka, Maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana).
Nabi Muhammad SAW mengangkat kedua tangannya seraya berseru : Wahai Allah, Umatku... Umatku... Beliau menangis dan menitikkan air mata. Tidak tega hati beliau pada nasib umatnya.