Jika kita tengok tentang perintah untuk "Puasa Ramadhan" itu dikhususkan kepada orang yang beriman. ( Q.S. Al Baqarah : 183 ). Siapapun saja yang mempercayai Allah  ( beriman kepada Allah )  meskipun misalnya ibadahnya masih bolong- bolong, masih maksiat dll tetap harus berpuasa.  Dan semoga puasa yang akan dilakukannya itu menjadi ikhtiar untuk berbenah diri. Jadi tidak alasan untuk tidak berpuasa ( kecuali yang dibolehkan syariat misalnya sakit, perjalanan jauh ) karena perintah ini untuk orang yang beriman walaupun imannya sekecil biji sawi.
Perintah "Puasa Ramadhan" yang dikhususkan untuk orang beriman juga mengindikasikan bahwa orang beriman itu spesial karena perintahnya bukan untuk seluruh manusia. Kekhususan ini bagi orang yang beriman mestinya membuat bahagia dan senang.
Analoginya begini. Misalnya ada orangtua yang menyuruh anaknya minum obat. Si anak tahu bahwa perintah ini untuknya dan si anak paham bahwa perintah untuk minum obat goalnya pasti buat kebaikan dan kesembuhan dirinya maka ketika si anak mendengar perintah itu tentu ia semangat dan bahagia walau dalam prakteknya mungkin ia harus merasakan pahit. Artinya jika kita melihat perintah puasa itu dari Allah mestinya samina wa athona.
Kita patuh dan nurut dengan Allah sebab pasti semua perintah Allah mengandung kebaikan buat manusia.
"Puasa Ramadhan" yang dikhususkan untuk orang beriman  mengindikasikan bahwa sebagai orang beriman mestinya kita sadar bahwa perintah ini hanya untuk yang beriman sehingga ketika ada orang yang tidak berpuasa atau warung- warung yang masih buka. Kita tidak perlu marah dan menuding-nuding perilaku mereka sebab perintah ini memang khusus untuk yang beriman. Mestinya yang dilakukan kita itu mendoakan mereka dan memberi logika puasa yang baik buat mereka. Misalnya puasa itu seperti obat. Puasa itu menyehatkan. Puasa itu memberi ketenangan. Dsb sehingga orang yang awalnya kontra dengan puasa akhirnya sadar bahwa puasa ternyata juga sebagai obat penyembuh bagi manusia. Hanya orang yang bodoh yang dikasih obat untuk sembuh malah tidak mau. Hanya orang bodoh yang diajak bahagia dan sehat malah tidak mau.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H