Teror bom yang terjadi di Makassar dan aksi solo shooter seorang perempuan di Mabes Polri yang belakangan diketahui dilakukannya atas nama jihad adalah bentuk kegagalan dalam memahami Islam.Â
Kita mengecam hal itu karena mencoreng wajah Islam dan membunuh nurani kemanusiaan, namun jika ditelisik lebih jauh dibalik aksi ekstrim semacam itu ada pihak atau organisasi yang jauh lebih besar. Yang terselubung. Underground. Yang jauh lebih berbahaya karena sifat kerahasiaan dan sistematisnya mereka.
Saya bisa bilang bahwa organisasi semacam itu layaknya "Khawarij Modern". Mereka sangat tekun dan rajin beribadah (syariat) namun kering kerontang dalam hal hakikat dan makrifat sehingga apa yang dilihatnya bahwa Islam haruslah seperti prasangka mereka. Di luar mereka, bukanlah Islam yang berhak dibunuh dan halal darahnya. Padahal pandangan ekstim dan ekslusif seperti itu jelas bertentangan dengan misi kenabian yakni,
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia". Artinya kehadiran Islam harusnya menjadi rahmat, berkah, kasih sayang dan persaudaraan umat manusia walau berbeda agama sekalipun. Pelajarilah Piagam Madinah niscaya kita akan melihat betapa bijaksana dan humanisnya Nabi Muhammad SAW.
Saya teringat curhatan teman saya yang ia bercerita bahwa kakak dari temannya ada yang pernah ikut aliran yang ekstrim dimana ada doktrin "bunuh kafir", "negara toghut", "pengantin surga" yang mana doktrin itu menjadi propaganda yang mengakar hebat dan membuat dia jadi pemarah, suka mengkafirkan bahkan orangtua sendiri dikafirkan.
Kita faham betul mayoritas yang direkrut kebanyakan adalah pemuda -- pemudi yang mana diumur segitu jiwa idealisme sedang kuat-kuatnya namun mudah disetir. Alhamdulillahnya, dia mempunyai teman yang baik sehingga banyak yang perduli dengannya. Kemudian sadar kembali walau mengalami proses yang panjang mendekam di rumah sakit jiwa beberapa bulan dan di pondokan di pondok pesantren yang jelas sanad keilmuannya.
Pelajaran yang bisa diambil dari hal ini adalah betapa peran orangtua dan teman sangat penting agar tidak terjerumus ke dalam aliran ekstrim radikal. Orangtua dituntut lebih perduli, lebih perhatian, lebih tanggap kepada anak -- anaknya. Demikian juga teman -- teman juga diharapkan sama -- sama saling melindungi dan menjaga.
Efek besar dari kejadian itu adalah tercorengnya citra Islam padahal jika diterka ulang bisa jadi akar dari organisasi ekstrim itu malah diluar Islam. Pembenci Islam. Misalnya saja ISIS di Timur Tengah, setelah dikaji banyak peneliti dan pengamat ternyata dana ISIS justru berasal dari Israel. Jika begini maka ISIS tak ubahnya dimanfaatkan untuk merusak Citra Islam.Â
Maka jalan perlawanan akan hal ini adalah kita harus terus menerus belajar Keislaman. Belajar perbedaan -- perbedaan madzab, Belajar Sirah Nabawiyah dll sehingga goalnya adalah kita melihat sesama muslim layaknya satu tubuh. Dimana ketika ada yang sakit, kitapun merasa sakit. Artinya fenomena ISIS, bom bunuh diri atas nama Islam dan Aksi shooter di Mabes Polri haruslah dirasakan sebagai muslim yang sakit. Dimana kita harus sama -- sama mengobatinya supaya kesembuhan dapat tercapai. Sembuh ukhuwah. Sembuh Kemanusiaan.
Untuk memungkasi tulisan ini saya selipkan kata bijak dari idola gulat saya. Khabib Nurmagomedov.
"Orang Non -- Muslim tidak membaca Al Qur'an, Mereka juga tidak membaca Hadits. Yang mereka baca adalah DIRIMU, maka jadilah cerminan Islam yang baik."