Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bias Kalimat "Memperjuangkan Kepentingan Agama"

12 Maret 2019   08:53 Diperbarui: 12 Maret 2019   11:29 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalimat "mari berjuang untuk agama Islam" dan "mari beramal soleh" harus kita teliti ruang, waktu dan goalnya. Sebab bisa saja orang bilang "berjuang dalam agama Islam" atau berujar "mari beramal soleh" tetapi ternyata dalih untuk kepentingan dirinya sendiri, bisnisnya, golongannya, partai politiknya lalu dengan dalih "pihak itu melawan agama Islam" atau "kamu menolak ajaran Islam karena tidak mau beramal soleh" adalah jurus paling jitu untuk mengalahkan lawannya sebab masyarakat awam yang hanya melihat ucapan tanpa menghayati maknanya jelas akan kalah, terprovokasi dan bersemangat karena membawa nama Agama. 

Artinya orang demikian menjual agamanya demi kepentingan dunianya misalnya melancarkan bisnis, urusan politik, supaya dapat pengikut yang fanatik buta dsb

Oleh karena itu kita jangan mudah mempercayai kata-kata dan kalimat, kita teliti ruang waktu dan goalnya sebab kata dan kalimat hari ini bisa saja bias dan justru malah berbalik makna.

Kita harus jernih dan mau memaknai setiap kalimat dengan lengkap dan semoga kita benar-benar mau memperjaungkan Islam dengan tujuan Ridho Alloh tanpa embel-embel kepentingan dunia apapun itu.

Apalagi sekarang tahun politik siapa saja ( politikus, orator capres, ustadz pendukung capres, timses capres, pendukung capres ) bisa menjatuhkan lawannya dengan dalih ini. Mari waras dan berfikir jernih.

Tetapi poinnya adalah kita menunjukan akhlak seorang muslim yang baik, perkataan yang baik, saling nasihat menasihati, tidak ghibah, tidak memfitnah, tidak mengadudomba sesama muslim, saling menjaga persaudaraan dan persatuan.

Pertanyaan buat masa depan bernegara kita adalah apakah kita tega mewarisi anak cucu kita dengan kebencian sementara para founding father kita justru memberi contoh persaudaraan ( sumpah pemuda, piagam jakarta, dan Perlawanan Surabaya contohnya ), apakah kita tega menghancurkan bangsa kita dengan perilaku tercela kita misalnya menghujat dan memfitnah, sesama saudara sebangsa setanah air.

Ingatlah Bangsa yang hancur adalah bangsa yang bertikai sesama bangsa sendiri. Apakah kita mau hal ini terjadi ? Tentu tidak bukan? Oleh karenanya mari kita hindari menghujat, memfitnah, mencaci maki dan mengadudomba. Kita tunjukan gotongroyong, persaudaraan, persatuan dan kesatuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun