Desa Hokhok mendadak heboh dan gempar. Desas desus berkembang, katanya muncul Setan Kambing Hitam yang meresahkan. Setan ini muncul tiap malam hari dengan suara embeknya yang tidak biasa ; katanya Kambing Hitam ini bisa berbicara layaknya suara manusia.
Malam hari, Sodrun dan Sapingi sedang asyik ngobrol ngalor ngidul di gardu desa. Suasana yang sunyi, sesekali bunyi hewan semacam belalang bernyanyi, ditambah bunyi radio yang menghangatkan membuat obrolan mereka makin hidup saja. Apalagi ditemani secangkir kopi dan rokok yang menjadi teman gundah gulana para perjaka Desa HokHok ini.
"Drun. Ayo Ronda. Kita ambil jimpitan. Sudah malam nih. Selesai kita main lagi, gaple sampai pagi bro." Sudrun mengajak Sapingi untuk mengambil jimpitan warga.
"Ayo" Jawab Sapingi singkat.
Mereka kemudian bergegas mendatangi rumah warga. Satu per satu rumah disatroni dan diambil jimpitannya juga tidak lupa bunyi kentongan pun ditabuh sebagai tanda ronda sedang berlangsung.
Sampai akhirnya mereka melewati kuburan di pinggiran jalan dekat pertigaan. Kuburan warga disana memang terdengar mistis. Hampir seluruhnya yang dikubur disana adalah korban pembunuhan, pemerkosaan atau korban tragedi berdarah PKI. Bahkan menurut penuturan warga akan muncul sosok Setan Kambing Hitam jika jam dua belas malam tepat. Kambing itu lalu berbicara layaknya manusia ; minta tolong sedekah doa dan taburan bunga. Dan apesnya kini jam menunjukan jam dua belas malam pas.
Kedua pemuda ini celingukan ke arah kuburan dan terlihat sepi saja seperti tidak ada tanda-tanda bahwa setan kambing hitam ini akan muncul. Hanya terlihat makam yang berjejeran dan keranda yang tersimpan di gubug kecil di dalam makam.
"Ah! Itu cuman mitos. Biar warga kalau malam hari takut keluar." Ucap Sapingi
Dan benar saja Setan Kambing Hitam pun tidak nongol di kuburan itu. Mereka melewati kuburan dengan aman. Bunyi kentongan masing dibunyikan. Tong.. Tong.. Tong..
Di bawah pohon beringin yang besar di dekat Rumah Konglomerat Desa, Setan Kambing Hitam muncul tepat dibelakang mobil hitam yang masuk ke Rumah Konglomerat Desa. Mengendus-endus. Berlari pontang panting sepertinya ditarik menggunakan tali yang terkait dengan badan mobil.
Sodrun dan Sapingi sejurus kemudian langsung bersembunyi di semak-semak tumbuhan, mengamati apa yang terjadi disana.