1. Sebagai rakyat dan juga pengakuan sebagai manusia sosial ( yang butuh manusia lain) maka saya memutuskan untuk berdamai dengan siapapun sebab perbedaan pilihan calon itu hanya bagian sangat kecil dari waktu-waktu kehidupan kita.Â
Takaran pemilu jika dibandingkan dengan keluarga, masyarakat dan juga Negara tidak bisa disamakan sebab takaran memikirkan pemilu layaknya sempilan. Saya memahami ini karena saya harus faham jarak pandang, sudut pandang dan juga jangkauan pandang sehingga bisa mengerti kadar pemilu, kadar politik, kadar keluarga, kadar masyarakat, dll. Pahami ini maka kita akan legowo dengan sempilan pemilu.
2. Jangan sampai pemilu kali ini  berbuntut fitnah, dendam dan permusuhan antar golongan maupun agama sebab terlalu gegabah memandang ini mati-matian sementara hal ini tidak bisa dibawa mati dan jarak pandangpun hanya sekitar 5 tahunan. Artinya hal ini tidak bisa dan tidak boleh menggoyahkan keutuhan dan persatuan Negara kita.
3. Jika melihat keributan atau permusuhan jangan memanasi suasana meskipun kita tahu mana yang benar mana yang salah tetapi perdamaian lebih ditekankan maka jadilah pendamai dan perekat masyarakat. Generasi Garuda adalah generasi yang cinta perdamaian dan persatuan. Saat marah kondisi berdiri maka dudukan, saat marah saling klaim kebenaran maka tawarkan ucapkan sholawat.
4. Mari kita janji pada diri kita masing-masing untuk tidak jadi tukang biang keladi permusuhan, janji untuk tidak jadi durna dan sengkuni pada kegiatan apapun, dan janji setia menjaga keutuhan Tanah Air dengan terus menyalakan semangat persatuan dan perdamaian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI