Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Romantika Kopi Bajingan: Ancaman Virus Koruptor

2 Oktober 2017   17:09 Diperbarui: 2 Oktober 2017   17:14 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terbebasnya kembali Setya Novanto dari jeratan hukum,membuat Pak Kumis Cs harus berdiskusi kembali.Seperti ada kegeraman yang amat sangat,tersangka yang sudah ada alat buktinya akhirnya bebas gara-gara kasusnya ndompleng tersangka lain.Setali tiga uang dengan kasus maling ayang yang tersangkanya banyak.Jika ada tiga maling ayam,yang satu ketangkap maka yang kedua tidak bisa ditangkap walaupun alat buktinya jelas ada sebab kasus itu masih membahas maling yang satu.Kondisi begini,jelas mengindikasikan bahwa kalau korupsi, berjamaahlah supaya nanti bisa kumpul bareng,syukur-sukur bisa menipu rakyat.Bikin pansus hak angket supaya KPK tambah pusing atau kipas-kipasilah hakim dengan dollar supaya terhipnotis.

Mereka pun berkumpul kembali,

"Ini sungguh-sungguh tak bisa diterima nalar.Bagaimana mungkin maling rakyat yang sudah jelas bukti-buktinya kok malah kini bebas kembali.Kekuatan apa yang dimiliki orang ini ? Hakimnya yang salah atau kita ini yang salah mengangkatnya sebagai wakil kita di lembaga DPR ?" Pak Kumis memulai prolognya malam ini

Slendem langsung mengejar,
"Kalau saya melihat dari sudut pandang akhlak.Papa sudah tidak punya malu bahkan benar-benar bikin geleng-geleng kepala kita semua.Muslihatnya selalu menang dan sebagai rakyat kita selalu dibuat ngelus dada.Kok ada ya,kok tega sekali ya berbuat yang begituan.Apatidak takut hukum karma? Apa tidak takut dengan Tuhan ? apa jangan-jangan sudah tidak mempercayai akherat,sehingga berani berbuat demikian ? .Kita hanya bisa berdo'a semoga negeri ini kelak akan melihat para koruptor menerima adzabnya,entah di dunia atau di akherat.Ya dzal wabal.. semoga koruptor segera dihukum di dunia supaya rakyat tidak kena imbasnya sebab perbuatan mereka."

Pak Dulah juga ikut bersuara,
"Kita juga mendapat pelajaran baru hari ini.Tentang hakim Cepi yang katanya religius itu.Ternyata sholat tepat waktu,sedekah,zakat atau ibadah yang lainnya bisa jadi hanya sebagai tumbalnya dalam berbuat curang di pengadilan.Mungkin dikiranya,jika menerima suap bisa ditutupi dengan ibadah-ibadah yang lain.Hakim ini kurang waspada,dikiranya Tuhan tidak melihatnya.Artinya kita jangan sampai menilai seseorang religius itu hanya lewat casing ibadahnya sebab niatan seseorang mana kita tahu.

Apakah benar-benar niatan karena Allah semata ? atau jangan-jangan demi meyakinkan atau membodohi masyarakat supaya penilaian terhadapnya baik saja padahal dari dalam hatinya sudah amat sangat kotor karena penuh dengan urusan suap dan korupsi.Politikus atau hakim sudah sangat lihai dan busuknya bahkan bisa menggunakan agama sebagai kedok.Isu-isu perpolitikan sebagai kedok artinya jika sesuai dengan agendanya ia masuk atau sok pura-pura berjuang sedangkan jika tidak sesuai agenda,ia maki-maki bahkan bila perlu membuat pansus hak angket."

Amar yang dari tadi memperhatikan,kini mulai urum rembug,

"Kalau dari kacamata hukum,sepertinya pepatah yang mengatakan hukum tumpul ke atas tapi runcing ke bawah kayaknya memang benar.Maling ayam atau maling toa harus dibunuh sedangkan maling elit kelas kakap bisa tamasya ke luar negeri atau jika sangat tertekan ,berpura-pura sakit sedang berobat ke luar negeri supaya tidak bisa dipanggil di pengadilan.Geliatnya memang sudah bisa dibaca kita semua.Kasusyang menimpa Setya Novanto merupakan kemunduran dari hukum di Indonesia.

Sangat lucu dan mengherankan memang kalau alat buktinya ada tetapi masih bisa bebas.Jika dilihat dari ini,kayaknya sudah ada lubang-lubang tikus buat para politikus yang korupsi itu bernaung.Dan kita belum tahu,siapa pihak lain dibalik Setya Novanto.Jelas sekali ada pihak lain yang ikut berperan sedangkan Setya Novanto hanya memerankan diluarnya saja.Jangan percaya amat pada politikus,mereka bisa berpura-pura sok religius.Bisa pura-pura juga sok membela kepentingan rakyat.Kita harus makin jeli membedakan mana politikus yang busuk mana politikus yang bersih.Tetapi cara pandang kita akan kesulitan sebab hampir dipastikan bahwa kebanyakan politikus itu memang busuk."

Pak Kumis mencatat diskusi malam ini sebagai bekal anak cucu kelak supaya jangan ketipu dengan hakim dan politikus busuk.

*Supaya kita jangan mudah menilai kereligiusan dari casing luar semata sebab hanya Tuhan yang pantas menilai kereligiusan seorang,sedangkan manusia bisa saja dipenuhi kepentingan-kepentingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun