Mohon tunggu...
Amira Sakinah
Amira Sakinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate program Japanese language and literature at Airlangga University.

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". - Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebudayaan Lokal dalam Dinamika Pendidikan Nasional: Apakah Sudah Cukup?

21 Agustus 2024   19:40 Diperbarui: 21 Agustus 2024   19:43 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebelum era penjajahan, masyarakat Indonesia telah mempunyai sistem pendidikan berdasarkan adat dan tradisi lokal, contohnya pondok pesantren dan pendidikan adat yang tersebar pada berbagai daerah. Akan tetapi, datangnya kolonial Belanda secara tidak langsung mengubah sistem pendidikan menjadi lebih cenderung ke arah Barat, tidak memedulikan kekayaan budaya lokal. Perkara ini membuat pendidikan di Indonesia acap kali menahbiskan  objek tersebut menawan untuk dibahas, termasuk juga membicarakan bagaimana pendidikan nasional dapat melebur dengan keanekaragaman budaya lokal.

Setelah kemerdekaan, tantangan besar muncul untuk menciptakan sistem pendidikan yang merata, berkualitas, dan mencerminkan identitas bangsa yang beragam. Salah satu langkah penting yang diambil adalah memasukkan pelajaran tentang kebudayaan dan sejarah Indonesia ke dalam kurikulum nasional. Namun, meskipun upaya ini patut diapresiasi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar pendidikan kita benar-benar mencerminkan kekayaan budaya lokal.

Satu diantara perkara yang sering mengemuka adalah kebudyaan lokal sering kali hanya dijadikan tambahan dalam pendidikan   nasional Matematika dan ilmu pengetahuan alam merupakan pelajaran yang menjadi primadona bagi para siswa, sebenarnya tidak menjadi masalah jika para siswa mengunggulkan mata Pelajaran tersebut. Namun, jika dibiarkan dan tidak dikendalikan dapat berakibat pada menurunnya minat siswa pada mata pelajaran lainya, terutama yang dianggap sebelah mata seperti Bahasa daerah, dan seni budaya lokal. Sehingga tidak sedikit siswa yang kurang sadar dalam memahami, mengetahui serta menghargai kebudayaan lokal di Indonesia,  

Terdapat juga alasan lain mengapa prosedur pendidikan yang sejenis pada akhirnya sering kali tidak cocok dengan kondisi sosial dan budaya pada beberapa daerah. Misalnya pada daerah yang tradisi adatnya sangatlah kental, kurikulum yang tidak luwes, dan tidak memikirkan baik-baik budaya setempat dapat menjadi penyebab hilangnya jati diri budaya lokal. Kebalikannya, pada wilayah dengan Masyarakat urban yang tinggi, pendidikan juga kurang memperkenalkan budaya lokal dapat menjadi penyebab alienasi budaya, sebuah istilah yang menggambarkan bagaimana generasi muda lebih mengetahui budaya popular asing disbanding budaya mereka sendiri.

Dalam melawan situasi seperti ini, perlu bagi kita untuk merenungkan kembali arah pendidikan nasional. Pendidikan harus bisa menjadi perantara antara kebudayaan lokal dengan nasional, serta cakap dalam mengembangkan potensi siswa dengan tetap memperhitungkan identitas budaya mereka. Contoh Langkah yang bisa diambil yakni lebih memadukan kebudayaan lokal ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Tidak hanya terfokus melalui mata pelajaran seni budaya, namun bisa juga diimplementasikan pada macam mata pelajaran lainnya, seperti bahasa, sejarah, juga ilmu pengetahuan sosial.

Pendidikan bukan hanya alat untuk menyuplai ilmu pengetahuan, namun dapat sebagai wadah untuk mengabadikan dan mendakwahkan kebudayaan. Agar dapat terlaksana, diperlukan peran pemerintah dan stakeholder untuk menggerakkan keikutsertaan masyarakat terhadap berkembangnya pendidikan lokal. Tokoh masyarakat adat serta budaya setempat dapat diminta andilnya dalam menyebarluaskan bahan ajar yang selaras dengan situasi lokal.  

Jika kita memakai strategi yang komperhensif dan memperhitungkan kebudyaan lokal, pendidikan nasional dapat menjadi lebih cepat, tepat dan terarah  dalam  menghasilkan generasi yang intelek, serta memiliki prinsip yang kuat pada budayanya. Sebab pendidikan nasional yang optimal di Indonesia ialah pendidikan yang menyetarakan kebudayaan lokal dan nasional.

Walhasil, pendidikan yang menyetarakan kebudayaan lokal dan nasional, akan membentuk bangsa yang tidak hanya berpendidikan tinggi, namun mempunyai pemahaman budaya yang tangguh, akibatnya mereka ulung ketika berhadapan dengan tantangan global tanpa kehilangan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun