(Air Sumber Kehidupan Sekarang dan Masa Depan : Dokumentasi Pribadi)
Kualitas Air Menentukan Kualitas Hidup
Dewasa ini, krisis air bersih menjadi isu sentral yang marak diberitakan. Di beberapa kota di dunia, krisis air bersih membuat warganya harus rela membeli air bersih dengan harga cukup mahal. Menjamurnya air minum isi ulang seakan menegaskan bahwa pernyataan tersebut bukanlah asumsi belaka. Hal tersebut adalah sebuah fakta bahwa air bersih bukanlah lagi barang gratis yang bisa didapatkan bebas di alam. Mungkin kita sering mendengar cerita dari kakek atau nenek kita bahwa di era tahun 70-80 an, produk air minum Aqua banyak mendapat cibiran dari masyarakat bahwa produk tersebut tidak akan laku dipasaran karena saat itu air bersih untuk minum dapat kita peroleh dengan mudah. Namun, sekarang produk air minum banyak digandrungi masyarakat kita. Bukan hanya karena terjadi perubahan gaya hidup, namun terlebih karena memperoleh sumber air baku bersih semakin sulit. Contohnya seperti yang terjadi di kota tempat saya tinggal, Surabaya.
Selama kurang lebih 4 tahun tinggal di Surabaya, saya belum pernah menemui warga Surabaya yang meminum air PDAM apalagi air sumur atau air tanah. Hal ini karena air sumur dan air PDAM Surabaya memang sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Air PDAM hanya digunakan sekedar untuk mandi dan cuci baju. Kandungan zat kaporit di dalam air PDAM menjadi momok menakutkan untuk kesehatan. Selain itu, kekeringan yang melanda sungai-sunagi sumber PDAM saat musim kemarau menjadi pemicu krisis air baku bersih semakin tak terkendali.
Berdasarkan penelitian yang sudah cukup lama dilakukan menemukan bahwa sekitar dua pertiga dari wilayah bumi berisi air atau perairan. Namun, hanya 3% dari bagian itu yang merupakan air tawar dan sisanya (97%) adalah air laut atau air asin. Itu artinya hanya 3% dari air dibumi yang layak untuk digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Belum lagi ditambah dengan kenyataan bahwa dari 3% air tawar yang ada tersebut, 68% berupa es gleyser dan es kutub. Sisanya berupa air tanah, air permukaan, dan air yang tersimpan di udara berupa awan hujan.
Arab Saudi adalah salah satu negara yang memanfaatkan air laut sebagai air baku melalui teknologi desalinasi yang canggih. Teknologi ini mengolah air laut menjadi air tawar yang didistribuskan ke seluruh pelosok Negara Arab Saudi. Namun, teknologi desalinasi bukan teknologi yang murah. Butuh anggaran puluhan triliun rupiah untuk merealisasikan teknologi ini. Kenyataan demikian tentu membuat implementasi teknologi desalinasi  di Indonesia harus dipikir dengan matang mengingat besarnya anggaran yang dibutuhkan. Saat ini, Jakarta dan Surabaya merupakan kota yang sudah merasakan dampak krisis air bersih karena terbatasnya sumber air baku di kedua kota tersebut. Maraknya bangunan tinggi seperti hotel dan rumah susun serta kawasan industri yang menggunakan sumur bor (jet pump) dalam jumlah besar membuat sumber air baku semakin terbatas. Kondisi ini pula yang membuat krisis air bersih dari waktu ke waktu semakin genting.
Solusi yang Ditawarkan
Bangunan Penampung Air Hujan (PAH) adalah solusi yang bisa ditawarkan untuk menyelesaikan masalah krisis air bersih yang melanda kebanyakan kota besar di Indonesia. Sebenarnya cara ini bukanlah solusi baru yang pernah ditawarkan pada waktu sebelumnya. Cara ini banyak digunakan pada daerah pedesaan yang belum memiliki teknologi mesin pompa air untuk mengambil air tanah dan masih menggunakan sumur sebagai sumber penyedia air bersih. Pada dasarnya, PAH menampung air hujan yang turun sehingga air yang terkumpul ditampung dalam satu wadah. Air yang sudah ditampung ini dikelola sedemikian rupa sehingga bisa digunakan untuk keperluan mandi, cuci baju, atau air baku minum oleh kebanyakan masyrakat pedesaan. Wadah penampungan biasanya terletak tidak jauh dari rumah karena air hujan yang ditampung sebenarnya merupakan air yang dikumpulkan dari genteng rumah. Dari genteng rumah, air hujan dialirkan menuju tempat penampungan melalui pipa seperti gambar dibawah ini.
(Sistem Penampung Air Hujan : http://litbang.pu.go.id)
Namun, sistem PAH memiliki 3 jenis yakni PAH tradisional, PAH Semi Rasional, dan PAH Rasional. PAH tradisional dibangun secara sederhana dan murah biaya. PAH jenis ini memiliki volem air yang kecil bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air skala rumah tangga dalam setahu. Hal ini karena pada sistem PAH tradisional talang air tidak dipasang di seluruh atap rumah. Sementara PAH Semi Rasioanal memiliki volume yang lebih besar daripada PAH tradisional. PAH Rasional memiliki volume terbesar dibandingkan dengan jenis PAH lainnya. PAH jenisini pun memiliki desain yang optimal dalam menampung volume air.
Sistem PAH Rasional merupakan jenis PAH yang paling cocok untuk diimplementasikan di daerah perkotaan. PAH bisa menjadi sumber cadangan air bagi perumahan, perkantoran, industri bahkan perhotelan di saat musim kemarau melanda dan air PDAM mulai mengalami pengurangan kapasitas akibat mengeringnya sumber air PDAM. Dengan sistem PAH, air hujan yang turun tidak akan hilang dan terbuang begitu saja. Bahkan sektor komersil dan industri yang menggunakan sistem PAH bisa melakukan penghematan biaya operasioanl pump jet saat musim hujan tiba.
Pada umumnya PAH memiliki 4 bagian utama yakni bak pemasukan air dari talang, bak akuifer buatan , bak penampungan air, dan bak pengambilan air.
1.Bak Pemasukan Air dari Talang
Atap merupakan media untuk menangkap air hujan yang turun. Air hujan ini lalu dialirkan melalui talang atau pipa pvc atau sejenisnya menuju bangunan PAH. Pada tahap ini, air hujan akan ditampung pada bak pemasukan air. Bak pemasukan ini dibagi menjadi beberapa partisi yang berisi berbagai macam media sebagai filter atau pembersih dan penjernih air hujan dari berbagai macam kotoran. Partisi ini disebut sebagai bak akuifer buatan.
2.Bak Akuifer Buatan
Pada bak ini, terdapat 7 partisi yang berisi media berbeda-beda yakni ijuk, pasir, kerikil, arang, batubata merah, kerikil yang dicampur dengan batu gamping dan pasir. Partisi pertama berisi ijuk atau serabut kelapa. Air hujan dari talang pertama kali akan masuk ke partisi ini. Pada partisi ini kotoran yang berukuran cukup besar akan disaring melalui ijuk. Sementara itu, air akan mengalir menuju partisi selanjutnya yang berisi pasir. Pasir berfungsi untuk menyaring kotoran yang lebih kecil. Begitupun selanjutnya aliran air hingga air sampai pada partisi ke tujuh yang berisi pasir. Setelah melewati partisi terakhir, air akan ditampung di bak penampungan.
3.Bak Penampungan Air
Bak ini memiliki ukuran paling besar dibandingkan dengan bak-bak lainnya padasistem PAH. Bak ini berisi air hujan yang sebelumnya telah disaring pada partisi bak akuifer buatan. Air hujan yang ditampung pada bak ini telah bersih dari segala macam kotoran yang terbawa. Besar-kecilnya kapasitas atau volume PAH tergantung dari ukuran dari bak penampungan.
4.Bak Pengambilan Air
Bak ini merupakan tempat untuk pengambilan air. Untuk bak pemasukan air dari talang dan bak akuifer buatan semua bagian tertutup rapat untuk menghindari adanya kotoran yang masuk. Namun pada bak penampungan air dan bak pengambilan air terdapat lubang. Untuk bak penampungan air, lubang digunakan sebagai sirkulasi udara yang masuk ke dalam bak  saat air di dalam bak dipompa menuju keluar. Jika lubang ini tidak ada, maka air tidak akan bisa di pompa. Pada bak pengambilan air,lubang berfungsi sebagai pipa pompa air.
Pada operasinya, PAH terutama pada bak pemasukan air harus dibersihkan secara periodic, minimal 1 tahun sekali. Hal ini karena air hujan yang mengandung kotoran paling banyak pertama kali menuju bak pemasukan air sehingga kotoran paling banyak terdapat pada bak penampungan air. Untuk bak lainnya, cukup dibersihakn minimal 10 tahun sekali.
Biaya pembangunan yang tidak mahal dan perawatan yang mudah menjadi daya tarik tersendiri yang ditawarkan sistem ini untuk mengatasi krisis air bersih di perkotaan maupun pedesaan terutama di saat musim kemarau berlangsung. Selain itu, bahan filter seperti ijuk dan pasir juga sangat mudah ditemukan sehingga bukan merupakan kendala dalam pembuatan PAH. Namun, untuk skala besar, pembuatan PAH di perkotaan yang padat pemukiman, ketersediaan lahan bebas menjadi kendala imlpementasi PAH. Namun, pada dasarnya PAH tidak harus selalu di buat di dasar tanah. PAH juga bisa di buat di atas tanah atau lantai bertingkat. Untuk pembuatan PAH pada lantai bertingkat, kekuatan pondasi lantai menjadi factor terpenting yang harus diperhatikan agar tidak terjadi peristiwa amblas karena beban air PAH melebihi beban yang mampu ditahan oleh pondasi tingkat.
Cara Terbaik
Sejatinya, pemanfaatan PAH untuk sektor komersial seperti perhotelan dan industri adalah tindakan yang bijak. Selain untuk menghindari krisis air tanah akibat pengambilan air secara besar-besaran melalui sumur bor, pemanfaatan PAH pada sektor ini juga untuk mengoptimalkan pemanfaatan air hujan yang selama ini terbuang sia-sia. Sektor ini tentu membutuhkan air dengan kualitas terbaik. Untuk memperoleh itu, ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan PAH di antaranya :
1.Seluruh bangunan PAH harus tertutup dengan baik.untuk itu, bagian bangunan yang meliputi dinding dan dasar PAH sebaiknya dibangun menggunakan beton kualitas terbaik. Hal ini agar air air di dalam PAH tidak bocor atau zat-zat di dalam tanah tidak dapat menembus dinding PAH. Dengan demikian, kualitas air dapat benar-benar dijaga dari zat-zat berbahaya yang terdapat di dalam tanah.
2.Untuk mengurang terbentuknya lumut di dinding bangunan PAH, dinding sebaiknya beton sebaiknya dilapisi dengan pelapis anti lumut. Waktu pembersihan yang relatif lama dan penggunaan yang besar memungkinkan pembentukan lumut pada dinding bangunan PAH sehingga hal ini bisa menyebabkan penurunan kualitas air hasil PAH.
Sterilisasi media penangkap air hujan yakni atap dan talang, juga merupakan salah  faktor penting dalam menjaga kualitas air hasil PAH. Atap yang digunakan sebaiknya adalah berupa genteng bukan atap seng. Penggunaan atap seng dalam jangka waktu lama akan menyebabkan terjadinya korosi atau karat pada permukaan atap sehingga kotoran karat juga akan mencemarai air hujan yang masuk menuju PAH. Penggunaan genting kualitas baik atau atap beton merupakan cara agar air hujan yang ditampung tidak tercemar oleh zat karat atau zat lain yang menempel pada atap rumah. Talang besi juga diperkirakan akan mengalami korosi jika digunakan dalam waktu lama. Maka penggunaan talang dari PVC atau sejenisnya yang berkualitas baik juga sangat dianjurkan dalami implementasi PAH.
PAH merupakan salah satu solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi ancaman krisis air baku bersih yang semakin lama semakin jelas kenyataannya. Sistem ini adalah solusi efektif dan sederhana yang bisa dihadirkan mengingat solusi lainnya seperti teknologi desalinasi air laut yang menelan dana yang sangat besar. Oleh karena itu, untuk sektor yang memerlukan cdangan air bersih yang memadai, sistem PAH bisa dicoba sebagai solusi atas permasalahan krisis air baku bersih
Oleh : Mohammad Sholehuddin Hambali
(Mahasiswa Tekknik Elektro ITS Surabaya)
Sumber referensi :
1. http://123.231.252.9/index.php/hasil-litbang/329-bangunan-penampung-air-hujan-pah
2. www. wikipedia.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H