Kopi luwak merupakan kopi dari dari hasil pragmentasi perut luwak, yang awalnya luwak memilih buah kopi untuk dimakan dan mengalami proses pragmentasi selama didalam perut luwak tersebut, dan kemudian diambil dari sisa kotoran luwak setelah dibersihkan. Cita rasa kopi luwak yang di yakini memiliki rasa yang berbeda. Kopi luwak adalah kopi dengan proses seleksi alam, melalui hewan luwak atau musang. Pada abad XVIII adalah awal dimulainya sejarah kopi luwak Indonesia, ketika Belanda membuka tanaman komersial di Hindia Belanda, terutama di jawa dan Sumattera, salah satunya adalah budidaya biji kopi arabika yang di datangkan langsung dari Pemerintah Yaman, dan sistem pertanian tanam paksa diterapkan Belanda waktu itu (1859-1870) dan melarang para pekerja perkebunan kopi lokal untuk mengkonsumsi buah hasil panen. sampai akhirnya para pekerja perkebunan menemukan buah kopi dari kotoran hewan di areal perkebunan, dan yang mereka temukan adalah kotoran dari hewan musang yang gemar mengkonsumsi kacang-kacangan. Karena adanya larangan memetik hasil panen utk di konsumsi pribadi, maka petani mengumpulkan biji kotoran musang tersebut dan memprosesnya sampai menjadi kopi. Para petani merasakan aroma yang berbeda dari kopi luwak yang dihasilkannya, pada umumnya lebih enak dari pada kopi biasa. Sampai kemudian dengan bantuan berita yang tersebar sampai ke pemilik perkebunan Belanda, akhirnya pemilik perkebunan mencobanya menyajikan secangkir kopi kepada elit Belanda, namun karena kelangkaannya dan proses yang tradisional menjadikan kopi luwak yang termahal di dunia sejak zaman kolonial Belanda. Ada dua jenis kopi luwak yang ada di Indonesia, kopi luwak robusta dan kopi luwak arabika. [caption id="" align="aligncenter" width="601" caption="Kotoran Kopi Luwak"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H