Mohon tunggu...
Aa Fathan
Aa Fathan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengalaman hidup

running after dreams and walking towards adulthood

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi Menghilang atau Pergi Melupakan?

6 April 2022   13:58 Diperbarui: 6 April 2022   14:08 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di keheningan malam, ku memandang sang bintang yang tinggi di atas awan. Merenungkan keadaan, yang tak pernah merasakan ketenangan. pertemanan yang menjadi kisah percintaan. Membuat  hati ini pilu atau rindu oleh suatu kenangan yang pernah kita lakukan.

Mengapa semua ini kau takdirkan tuhan? Aku sudah berusaha melupakan, tapi bayangan itu selalu datang ke benak pikiran yang sedang kacau. Jika ini memang ketentuan atau takdir darimu tuhan, hamba cuma bisa meminta pertanggungjawaban atau jalan dari mu tuhan. Entah itu untuk pergi menghilang atau untuk pergi melupakan.

Di kaki langit ku berseru kencang. "Hai bintang. Jika kamu ingin pergi, ngapain kamu harus kembali dan muncul di malam hari yang sunyi ini?."

Seorang pendaki lain menghampiri ku, dan berkata sambil menepuk bahuku. "Mungkin bintang itu tidak mau kembali untuk menghiasi malam ini, bintang itu tidak akan terlihat kembali jika ada awan hitam yang menyelimuti. Sama dengan kehidupan ini. bayangan yang seharusnya pergi tiba tiba kembali, itu karena tidak ada rasa benci yang menyelimuti.Tapi cinta yang ada di hati memanggil dia untuk kau pikirkan kembali." Ujar pendaki itu, lalu meninggalkan ku. Ku menoleh sebentar, lalu kembali menatap sang bintang. "Hah.... Memang benar, mungkin karena cinta ku yang terlalu dalam." Ujar ku lalu membisu.

Malam berganti pagi, bintang dan rembulan berganti menjadi mentari. Hidup ini penuh ilusi dan imajinasi, yang terkadang membuat hati ini Sedih setiap hari. Padahal tidak ada orang yang menyakiti, cuma candu yang membuat rindu itu menghampiri. Rindu yang berkepanjangan membuat pilu yang mendalam.

Tenda mulai ku buka, melihat pemandangan jingga dan pepohonan hijau yang membuat mata ini terkejut dan terpukau. Memang benar kata orang-orang, tuhan selalu menciptakan keindahan di balik keburukan yang pernah datang. Sehingga, semua itu menjadi suatu kesempurnaan.

Seorang sahabat membangunkan ku, untuk prepare turun ke bawah. Mulai membongkar tenda dan mengumpulkan sampah-sampah. Sungguh hati ini lega, karena sudah ku lepaskan semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun