Mohon tunggu...
Aa Fathan
Aa Fathan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengalaman hidup

running after dreams and walking towards adulthood

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Peran Pemuda dan Mahasiswa di Desa

13 Maret 2022   13:03 Diperbarui: 13 Maret 2022   13:05 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hari minggu tanggal 13 Maret 2022, di mana aku mengikuti gotong royong membangun mushollah. Waktu pukul 07.00 WIB di mana aku masih terlelap tidur di rumah dan para bapak-bapak dusun sudah siap untuk bekerja, di situ saya di bangunin ayah untuk ikut kerja bersama bapak-bapak "a' bangun ayo ikut gotong royong! Tidur mulu heran ayah" ujar ayah "iya, iya bentar atuh" jawab ku dengan mata masih ngantuk. Aku mulai bangun sambil melihat bapak-bapak di luar yang sedang memegang cangkul, sekrop, dan celurit. Terlihat seperti gengster yang mau tauran, wkwkwkwk. Habis itu aku cuci muka dan mulai ikut kerja, di situ aku lihat dan berpikir "kok Cuma aku anak mudanya yang lain kemana?" aku mulai memegang sekrop dan siap dan siap untuk bekerja.

Gotong royong adalah suatu budaya yang harus terus di kembangkan oleh pemuda di zaman sekarang ini, apalagi sebagai mahasiswa aktivis. Bukan hanya mahasiswa aktivis tapi seluruh mahasiswa semuanya di mana mahasiswa adalah agen off cange (agen off perubahan). Jadi seorang mahasiswa itu seharusnya ikut serta dalam suatu kegiatan yang ada di kampung. Bukan hanya bisa bersuara di atas pick up dan memegangi toa dan berbicara tentang negara tapi gotong Royong di kampungnya tidak ikut serta. Patut di tanyakan tanggung jawab sosialnya.

Aku berpikir aku adalah mahasiswa aku harus ikut kerja bakti di desa, agar aku jadi mahasiswa yang benar-benar melakukan tanggung jawab sosial seorang mahasiswa. Aku melihat bapak-bapak yang sedang bekerja sambil bercanda dengan kata-kata yang membuat ketawa, Sungguh indah budaya Indonesia.

Waktu dzuhur sudah tiba waktunya untuk istirahat dan sholat di rumah, setelah itu duduk sambil menyandarkan punggung di tembok karena terasa lelah. Dan mulai berfikir tentang budaya yang harus terus di pertahankan agar tidak hilang karena berkembangnya zaman. Gotong royong adalah suatu budaya yang dari nenek moyang kita rakyat Indonesia, tapi aku bertanya-tanya "Di para pemuda yang lain  dusun saya? Padahal hari ini adalah hari libur untuk sekolah atau kuliah, apa mereka lebih memilih jalan keluar dari pada bantu-bantu bapak-bapak yang sedang membutuhkan tenaga lebih dari pemuda".

Jujur saja saya sangat senang dengan budaya gotong royong ini, karena banyak pembelajaran yang dapat di ambil dan di serap untuk mengembangkan pola pikir manusia. Aku dapat pembelajaran dari gotong royong ini, di mana semua tugas sudah terorganisir semua mendapatkan tugasnya masing-masing. Ada yang bagian memaculi tanah untuk fondasi mushollah, ada yang bagian mengayak pasir untuk melengkapi bahan material yang ada. Seperti pembelajaran yang ada di organisasi semua ada tugasnya masing-masing dan saya mempelajari paradigma seorang kuli bangunan. Di mana paradigma seorang kuli bangunan adalah membangun fondasi untuk menegakkan suatu bangunan dan ini bisa kita bisa sangkut pautkan dengan realitas kehidupan.

Di mana sebelum kita mau merubah dunia kita harus ngerubah diri kita terlebih dahulu karena diri kita seperti fondasi yang harus di bangun terlebih dahulu sebelum menegakkan suatu bangunan baru habis itu dunia yang kita rubah. Kalau kita mau ngerubah dunia tapi kita belum bisa merubah diri kita sendiri, mana bisa dunia kau rubah bisa-bisa kau roboh karena fondasi dalam diri kalian sendiri belum kita bangun. Mangkannya dari itu pondasi perlu kita bangun terlebih dahulu agar kita bisa membangun suatu bangunan yang kokoh dan bagus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun