Meski akun saya di twitter (@aajap) sudah di-block oleh @ulil, sesekali saya masih suka membuka timeline milik Ulil Abshar Abdalla tersebut. Saya selalu penasaran dengan apa yang hendak ia sampaikan pada khalayak tweeps. Dan pada tanggal 25-26 Januari 2011 saya menemukan tweet @ulil tentang tiger parenting. Saya ikuti tweet demi tweet yang ia sampaikan. “Sekedar info saja: tiger parenting maksudnya adalah mengasuh anak scr keras dan “otoriter” spt dalam keluarga Asia pd umumnya”, terangnya.
Memang pada tweet-tweet tersebut mulanya terkesan akademis dan berwawasan. Dan saya akui, memang wawasan pendiri Jaringan Islam Liberal tersebut boleh jadi cukup baik. Hanya logika yang hendak ditularkan #JIL saja yang saya rasa banyak bermasalah. Saya khawatir, dengan tersebarnya pemikiran-pemikiran #JIL, akan semakin banyak ummat yang semakin jauh dari Islam. Wallahu’alam, boleh jadi salah satu puncaknya seperti kisah ospek di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung pada tahun 2004 silam, yang sangat kontroversial itu. Kalau tiak salah ingat, tepatnya di Fakultas Ushuluddin. [silahkan buka link video berikut : http://www.youtube.com/watch?v=y0WjZLjXiIw]
Bagi saya, hal ini tentu sangat meresahkan. Karena saya memiliki banyak teman, kerabat, sahabat, dan keluarga. Belum lagi suatu saat saya akan menikah dan punya keturunan. Saya akan sangat sedih dan menyesal bila ada di antara mereka yang terasuki pikirannya, sehingga mengarah seperti kejadian di IAIN tersebut. Sebuah kampus Islam yang mahasiswanya berani mengatakan ada area bebas Tuhan, bahkan secara tegas, jelas, dan gamblang berani menghina Tuhan dengan sangat kasarnya. Naudzubillah. Sekali lagi, ini adalah kekhawatiran. Bukan ranah saya untuk melakukan justifikasi.
Saya tak begitu tahu, apakah pemikiran-pemikiran yang disampaikan @ulil memang benar Ulil yakini, ataukah @ulil hanya ingin orang lain meyakini pemikiran tersebut saja. Sedang Ulil sendiri sebenarnya tidak begitu meyakini yang demikian. Atau pemikiran yang @ulil sampaikan memang benar-benar Ulil yakini juga, dan @ulil ingin orang lain berkeyakinan seperti pemikiran-pemikiran yang banyak @ulil dan @syukronamin sampaikan? Wallahu’alam.
Namun kali ini saya tidak hendak membicarakan tentang kekhawatiran saya tersebut, bukan juga hendak mempreteli satu demi satu pemikiran yang ia utarakan. Saya hanya ingin membagi sesuatu yang saya temukan di timeline @ulil. Sesuatu yang cukup menghentak saya tentang suatu hal. Yaitu pengaruh masa kecil terhadap kejiwaan seseorang, yang cepat ataupun lambat akan berpengaruh pada pola pikir orang tersebut.
Ya, Ketua Pusat Pengembangan Strategi Dan Kebijakan DPP Partai Demokrat tersebut seperti ingin didengar pada tweet demi tweet yang ia sampaikan. Ia menyembunyikan curahan hatinya dengan bebauan akademis yang menyeret pencantuman nama-nama penulis, peniliti, dan sebagainya. Bahkan padastatement dari tweet-tweet yang ia lontarkan kali ini, hampir semuanya saya sependapat. Walau memang saya cukup terganggu dengan istilah ‘liberal parenting‘ seperti yang ia twwet-kan, “makin makmur suatu bangsa, akan makin “liberal” cara mereka mengasuh anak. saya kira, itu hukum alam”. Ia ingin memaksakan bahwa segala bentuk yang demokratis harus mau dilabeli liberal. Padahal, tidak begitu menurut saya. Bukankah seharusnya ada juga istilah moderat? Namun, memang sepertinya saya hanya tidak sepakat dengan perbendaharaan istilah yang hanya ada dua itu saja. Lainnya, kurang lebih saya cukup sependapat.
Curahan apa yang @ulil selipkan agar tak begitu nampak dalam tweet demi tweettersebut? Saya menangkap curahan tersebut ialah, ia ingin menyampaikan bahwa ia mengalami masa kecil yang kurang atau mungkin tidak menyenangkan. Seperti salah satu isi tweet-nya : “I’ve been through the pain of tiger-parenting myself” (Saya sudah pernah mengalami sendiri sakitnya tiger parenting). Ia juga sempat membalas tweet dari @Ceuribet seperti ini : “anak manapun akan protes jika diasuh dg cara tiger parenting“. Kita juga dapat merasakan nuansa penolakan terhadap tiger parenting dalam keutuhan tweet-nya tentang tiger parentingtersebut.
Dalam dunia psikologi, begitu banyak penemuan terkait dengan gangguan kejiwaan dan pola pikir yang diakibatkan oleh salahnya pola asuh. Sebagian besar diantaranya juga dikarenakan pola asuh yang setidaknya mirip dengan tiger parenting yang @ulil curahkan dalam tweet-tweet-nya tersebut. Ini sudah bukan merupakan hal yang asing lagi di telinga kita. Bila kita cari di google pun, akan sangat mudah menemukannya, bukan? Kita dapat menemukan arikel tentangMental Disorder, berbagai macam Schizofrenia, dan masih banyak lagi.
Setelah saya mengetahui hal tersebut, saya mulai maklum mengapa @ulil menggunakan istilah liberal parenting sebagai antonim dari tiger parenting. Saya juga baru mengerti mengapa Ulil tega membuat gerakan yang bernama Jaringan Islam Liberal untuk ummat Islam. Saya juga memahami mengapa @ulil seperti hanya mengetahui dua kutub di dunia ini, yaitu radikal dan liberal. Ia seolah tak mengenal kata moderat. Namun memaklumi, mengerti, dan memahami bukanlah berarti membenarkan.
Saya juga mulai berpikir dan menyadari. Cara saya (@aajap) dan juga beberapa orang yang juga begitu suka menanggapi aktivis #JIL dengan adu argumen bisa jadi salah bila ditujukan untuk membenahi pemikiran mereka, namun tetap harus dilakukan untuk mencegah semakin menyebarnya virus #JIL tersebut. Mungkin cara yang lebih tepat untuk memperlakukan para aktivis #JIL adalah dengan mengasihani, menyayangi, dan memberi perhatian lebih pada mereka. Yang sebaiknya memang berasal dari orang-orang terdekat mereka.
Wallahu’alam. Semoga ada hikmah dan manfaatnya. Bila memungkinkan, isnyaALLAH nanti saya (@aajap) tweet-kan juga :)