Ke luar negeri adalah impian dari banyak orang, baik untuk jalan-jalan, belajar, bekerja dan yang lainnya. Namun semua itu tidak bisa jauh dari uang. Banyak orang menabung agar bisa ke luar negeri. Namun tidak sedikit juga dari mereka yang beruntung bisa ke luar negeri secara gratis karena mengikuti program beasiswa, volunteer dan program lainnya. Disini, penulis akan menceritakan pengalamannya bisa ke luar negeri dengan beasiswa dan wasilah bahasa Arab.
Bulan Desember 2018, tepatnya ketika program KKM UIN Malang berlangsung, tersebar pamflet ITHLA ABROUD BATCH 3 di instastory teman-teman. ITHLA ABROUD adalah program tahunan organisasi ITHLA (Organisasi bahasa Arab Nasional) untuk mengajar bahasa Arab di luar negeri.Dari sana, saya tertarik dan penasaran dengan program tersebut dan langsung mengonsultasikannya kepada orang tua. Orang tua sangat "welcome" dengan program tersebut dan bersyukur ketika hari pendaftaran akan berakhir, saya berhasil mengirimkan berkas-berkas persyaratan mengikuti program tersebut dengan dibantu oleh beberapa teman. Alhamdulillah, ketika waktu pengumuman tiba, saya diberi tahu salah seorang teman bahwa saya lolos mengikuti program tersebut.
Sekitar satu bulan lebihnya menuju hari pelaksanaan program, waktu tersebut saya gunakan untuk mengurus hal-hal yang dibutuhkan mulai dari pembuatan paspor, mengumpulkan materi-materi dan perlengkapan lain yang harus dibawa. Selain itu, atas arahan salah satu teman saya untuk mengajukan proposal ke fakultas, saya berhasil mendapatkan beasiswa dari fakultas sebesar 2 Juta Rupiah. Sedangkan biaya ITHLA ABROUD BATCH 3 sendiri kurang lebih 3 Juta Rupiah. Jadi, saya hanya membayar 1 Juta Rupiah. Lumayan bukan? Itulah keistimewaan bahasa Arab.
Setelah pembayaran selesai, Panitia program mengumumkan ma'had mana saja yang ditempati para peserta. Hasilnya, Saya diperkenankan mengajar bahasa Arab di Ma'had Tahfidz Sains Darul Muttaqin Kedah, Malaysia bersama 8 teman lainnya yang berasal dari universitas yang berbeda. Kehidupan disana tidak begitu asing, namun terkadang saya sering dibingungkan oleh waktu shalat karena waktu shalat disana selisih 2 jam dengan Indonesia. Yang biasanya maghrib jam 18:00 WIB tapi disana jam 20:00 waktu Malaysia.
Saya mendapatkan banyak kenikmatan selama mengikuti program, mulai dari penjemputan dari bandara oleh pihak Ma'had menggunakan bus eksekutif, diberikan tempat tinggal yang layak seperti halnya perumahan-perumahan, difasilitasi makan 3 kali/hari dan diakhir program, kita diajak jalan-jalan ke beberapa wisata terkenal di Malaysia tidak ketinggalan Pulau Langkawi.
Banyak orang sering menyebutnya  dengan "Balinya Indonesia" Pulau kecil namun menyimpan banyak keindahan yang luar biasa. Itulah berkahnya bahasa Arab. Dua minggu mengajar bahasa Arab di Mahad di Ma'had Tahfidz Sains Darul Muttaqin Kedah, Malaysia. Namun kenangannya tidak bisa dilupakan sampai saat ini, mereka yang selalu semangat belajar bahasa Arab membuat diri ini semakin cinta dan bangga terhadap bahasa Arab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H