Kompasianival adalah hajatnya kompasiana, yang untuk pertama kalinya aku terdaftar jadi peserta di dalamnya. Menarik, karena acara diadakan di Plaza FX Senayan yang juga menjadi kesempatan pertama bisa datang ke tempat ini. Dan, sangat menyenangkan karena tempat pelaksanaan acara diolah dengan bentuk dan tata ruang yang hangat dan santai tapi serius. Suasana keakraban juga terlihat terutama dari peserta yang sebagian besar sudah pernah bertemu (kopdar) di acara kompasiana lainnya.
Hampir seluruh rangkaian acara dan hiburan yang disuguhkan untuk mendukung acara ini juga terbilang sukses mengajak para peserta semakin menikmatinya. Dari peserta yang masih muda belia hingga peserta yang sudah lanjut usia membaur jadi satu menikmati setiap momen yang ada. Yang tak kalah sukses dari kehebohan tersebut adalah semangat peserta yang 'berebut' ingin mendapatkan hadiah-hadiah yang dibagikan di sela acara. Wis, pokoknya sukses untuk acara Kompasianival ini.
[caption id="attachment_155120" align="aligncenter" width="630" caption="Stand Canon di Kompasianival"][/caption]
Namun ada yang terlewat dari sensor kementrian pengadaan acara ini. Kompasiana gagal mengantisipasi akan adanya komentar dari MC Ari Dagink terkait dengan adanya stand Tarot Reading / "TR". Walau dengan gaya bicara dan bahasa yang lucu dan ngecaplak sebagaimana adanya Ari Dagink (hehehe, belaga sok kenal Ari padahal baru liat kali ini), namun ada pesan yang sangat mulia terlontar dari ucapan MC kribo ini.
Di sela kesibukannya menjadi MC acara yang heboh ini, panca inderanya masih tajam menangkap keganjilan yang terjadi di sekitarnya. Di tengah-tengah acara dia sempat mengingatkan pada beberapa peserta yang sedang mengunjungi stand "TR" dan sekaligus tarot reader-nya supaya berhenti sejenak. Karena berdasarkan pengamatannya, sejak acara dimulai hingga detik-detik terakhir Ari Dagink mengingatkan hal itu, antrian tidak ada hentinya dan terus sibuk dengan tarot-tarotnya.
Ari Dagink menyindir mereka yang ada di stand "TR" seakan tidak percaya pada Tuhan. Menurutnya justru ketika meramal dan mengetahui sesuatu yang akan terjadi itu akan semakin membuat pikiran jadi tidak tenang. Dia membuat persamaan dengan kejadian seseorang yang mengetahui adanya makhluk halus di sebuah tempat, tentunya akan membuatnya menjadi takut dan tidak tenang. Berbeda ketika orang tersebut tidak mengetahuinya.
Ari Dagink yang kritis.
Demi sebuah kebenaran yang menurutnya layak disampaikan untuk meluruskan suatu kesalahan, ia tak ragu untuk menyampaikannya.
Aku pikir team Kompasinival harus mengevaluasi apa yang disampaikan oleh Ari Dagink terkait dengan kritik "TR" ini. Karena kritik tersebut juga otomatis menyangkut kualitas dari kementrian penyelenggara acara ini. Jangan sampai ada anggapan bahwa dengan masuknya stand "TR" ke dalam acara ini malah akan memberi penilaian bahwa kementrian penyelenggaraan acara juga seakan tidak percaya pada Tuhan karena telah memberi ruang kepada pihak "TR".
Mohon dikoreksi jika ada kata-kata yang keliru baik secara tulisan maupun secara makna yang terkandung di dalamnya. Terima kasih...
***