Mohon tunggu...
Agung
Agung Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Telkom

Dosen, Peneliti Blockchain di Universitas Telkom

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Universitas Telkom Membuat Aplikasi Manajemen SCM Baterai EV Berbasis Blockchain

28 Juni 2024   15:07 Diperbarui: 28 Juni 2024   15:29 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Supply Chain Baterai EV (Sumber: Global Supply Chains of EV Batteries, IEA 2022)

Minyak bumi adalah sumber bahan bakar yang berasal dari fosil yang terbentuk secara alami selama jutaan tahun. Bahan bakar yang berasal dari minyak bumi (BBM) telah digunakan oleh kendaraan bermotor sejak diciptakan sekitar tahun 1885. Sebagai material yang terbentuk secara alami, minyak bumi memiliki kapasitas yang terbatas, dan lokasi minyak bumi sangat tergantung dari muka bumi jutaan tahun yang lalu ketika awal terbentuknya. Penggunaan produk minyak bumi sebagai sumber bahan bakar juga menghasilkan gas buang yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Dengan berkembangnya industri dan teknologi, penggunaan kendaraan bermotor semakin tinggi, dan harganya semakin terjangkau. Hal ini menyebabkan konsumsi minyak bumi dunia lebih besar dari yang dapat diproduksi, dan memperparah pencemaran lingkungan dan bahaya kesehatan.

Saat ini negara-negara di dunia mencanangkan peralihan penggunaan BBM sebagai bahan bakar (Internal Combustion Engine -- ICE) ke kendaraan listrik berbasis battery (Electric Vehicle - EV) yang dapat diperbarukan.

  • Juni 2022, Parlemen Eropa melarang penjualan kendaraan BBM tahun 2035
  • Agustus 2022, kiblat otomotif dunia, California (US), melarang kendaraan
  • BBM tahun 2035.
  • Program pemerintah menghentikan produksi kendaraan BBM tahun 2035

Salah satu komponen utama EV adalah battery, yang dapat dianalogikan dengan tanki BBM pada kendaraan konvensional. Walaupun EV dianggap lebih "bersih" dibandingkan dengan kendaraan,pada kenyataannya battery dibuat dengan berbagai bahan baku yang tergolong berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Untuk itu, proses pembuatan, penggunaan, dan pasca penggunaan battery perlu mendapat perhatian khusus dalam industri EV.

Hingga saat ini, battery adalah satu-satunya media untuk menyimpan listrik yang digunakan untuk EV. Maka itu, untuk menjamin keberhasilan elektrifikasi kendaraan motor listrik, produsen dan negara-negara besar berlomba-lomba mengamankan bahan mentah yang digunakan untuk membuat battery. Sama seperti minyak bumi, bahan mentah berupa material tambang juga tergolong tidak terbarukan dan cenderung mencemari lingkungan dan kesehatan. Untuk itu perlu adanya inovasi untuk mereduksi penggunaan material tersebut, termasuk skenario penggunaan kembali material (recycle/reuse). Untuk itu, traceablility material pembuat battery menjadi sangat penting bagi pemerintah.

Secara garis besar, rantai pasok battery dibagi menjadi enam kegiatan utama, penambangan (material bahan baku), pemrosesan bahan baku, pembuatan cell battery, perakitan cell dan komponen lainnya menjadi suatu battery utuh, integrasi dengan EV, dan daur ulang/penggunaan kembali. Setiap proses memiliki karakteristik dan identifier masingmasing, dan tiap identifier idealnya harus dapat dilacak dari proses pertama sampai akhir. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan material dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga semangat zero emmision yang menjadi dasar peralihan kendaraan ICE ke EV dapat dilaksanakan dengan baik, bukan sekedar "memindahkan" polusi akibat minyak bumi ke polusi akibat penambangan material pembuat battery. Smart contract adalah program komputer yang didesain untuk menyediakan platform negosiasi atau kontrak, melakukan pengecekan kondisi, dan melakukan aksi tertentu berdasarkan kondisi yang telah disepakati sebelumnya. Istilah smart contract pertama kali dicetuskan oleh Nick Szabo pada tahun 1994. Sebelum diluncurkan di blockchain, semua pihak yang berkepentingan mendefinisikan dan menyetujui syarat dan ketentuan yang berlaku. Syarat dan ketentuan tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk program komputer. Ketika pihak yang berkepentingan berhasil menyelesaikan syarat dan ketentuan, smart contract akan otomatis dijalankan sesuai dengan perintah yang telah didefinisikan.

Torsi-EV adalah bengkel konversi kendaraan bermotor yang merupakan Perusahaan rintisan yang beroperasi mulai tahun 2022, yang terdiri dari empat orang masing-masing memiliki kompetensi di bidang elektrik, mekanik, aplikasi dan pendukung. Torsi-EV bergerak di bidang industri kendaraan listrik berbasis baterai, dengan kegiatan utamanya konversi kendaraan bermotor beroda dua. Melalui kegiatan konversi yang telah dilakukan selama ini, Torsi-EV telah mengantongi sertifikasi bengkel konversi yang dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Darat.

Pemaparan Smart Contract Bersama Torsi-EV (Sumber: Penulis)
Pemaparan Smart Contract Bersama Torsi-EV (Sumber: Penulis)

Universitas Telkom kali ini mencoba membuat dan menjalankan prototipe smart contract di Torsi-EV melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari penelitian sebelumnya dan melibatkan dosen serta mahasiswa di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan. Dengan implementasi smart contract tersebut, diharapkan mitra memiliki competitive advantage lebih di ekosistem bengkel konversi motor listrik. Dengan Smart contract ini, setiap langkah dalam SCM Baterai dapat direkam dan ditelusuri, sehingga memastikan proses-proses dalam SCM terlaksana dengan benar. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun