Mohon tunggu...
Mahrus Shalah
Mahrus Shalah Mohon Tunggu... Stap Ahli -

Pengamen di PP. Babul Ulum Sadang Cibaliung Pandeglang. pemilik langkah yang masih terseok-seok.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Belajar dari KH.Mustofa Bisri di Panggung Gus Mus Mata Najwa

14 April 2016   05:16 Diperbarui: 14 April 2016   06:51 5311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Twitter @Matanajwa"][/caption]Dua minggu yang lalu seorang teman di akun jejaring sosial facebook mengunggah foto KH. Mustofa Bisri (GusMus) duduk satu meja dengan Najwa Sihab tuan rumah MataNajwa, dengan Caption "Insya Allah akan tayang tgl 13 April 2016". ketika melihat foto itu saya sangat gembira sekali, dalam benak saya berkata; dua minggu lagi bangsa Indonesia akan sinau (belajar) bareng dari Gus Mus. Dan saat itu juga saya langsung menyeting alarem hp agar berbunyi 15 menit sebelum acara itu nantinya akan tayang. Tadi malam setelah alarem hp berbunyi, saya langsung menuju ruang tv, sesaat sebelumnya telah saya siapkan secangkir kopi, agar lebih khusyu ketika menyaksikan MataNajwa yang menghadirkan sosok Ulama kebanggaan banggsa, ulama yang sangat saya cintai sejak dulu. Hehe

Dan inilah catatan kecil hasil sinau semalam...

KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) adalah Ulama, Seniman, Budayawan yang sangat arif dan bijaksana. Ia merupakan seorang alim yang cerdas, rendah hati, sabar dan multi talenta. Sebagai seorang seniman, Gus Mus banyak sekali melahirkan karya-karya yang mengagumkan, pusi-puisi yang menyentuh, buku-buku yang bagus dan lukisan yang menyejukkan. Seluruh karya Gus Mus menggambarkan siapa sebenarnya dia, siapa sebenarnya Gus Mus, orang yang begitu ramah dan mengesankan, ia tidak pernah bersitegang dengan siapapun di negeri ini. Walaupun demikian, Gus Mus tidak pernah luput terhadap ketidak adilan dan kejanggalan yang ada di sekelilingnya, tak jarang ia melontarkan kritikan baik melalu sajak ataupun lukisannya. kritik-kritik yang ia tujukan untuk pemerintah, politik, sosial agama, dan moderenisasi yang global selalu dilahirkan dengan sangat menyentuh dan menggetarkan seluruh rongga hati,  Beliau adalah orang yang sangat sangat sangat patut dan harus kita teladani. 

Diawal-awal acara MataNajwa Gus Mus menjawab satu pertanyaan Najwa dengan singkat tetapi membuat semua penonton termenung dan kagum. Ketika Najwa bertanya, "apa yang orang lain tidak tahu dari gus Mus?"  ia menjawab, "yang orang lain tidak tahu dari saya adalah kebodohan saya" 

Hati saya bergetar mendengar jawaban Gus Mus. Bagai mana tidak, sebagai sorang ulama yang masyhur, tidak adak orang yang meragukan kepintarannya, ia tidak malu-malu berkata masih merasa bodoh. Secara tidak langsung ini adalah tamparan untuk kita semua, orang-orang yang selalu merasa pintar, merasa paling benar diantara yang lain. Istilah dari gus Mus untuk orang-orang seperti itu adalah OPB (orang pintar baru) orang yang selalu bangga dengan ilmu dan kepintarannya.

Gus Mus adalah tokoh bangsa yang tidak haus jabatan seperti kebanyakan orang saat ini. Tahun lalu, pada muktamar NU di Jombang Gus Mus dipilih secara aklamasi oleh peserta muktamar untuk menjadi Rais 'Aam PBNU. Gus Mus terpilih menjadi pemimpin tertinggi Nahdlatul Ulama, oraganisasi masyarakat terbesar di Indonesia, tetapi ia menolak dan memilih untuk mundur dari jabatannya. Menurut Gus Mus, "ada dua pemimpin yang akan masuk neraka. yang pertama; adalah orang yang mengetahui bahwa di sekilingnya tidak ada yang layak untuk menjadi pemimpin, dan orang itu layak untuk mempimpin tetapi tidak dia lakukan. Yang kedua; adalah orang yang mengetahui bahwa di sekelilingnya banyak orang yang layak ntuk menjadi pemimpin, tetapi orang itu tetap ingin memimpin padahal dia belum tentu mampu dan layak untuk menjadi pemimpin" Dengan tenang gus Mus melanjutkan perkataannya "saya takut menjadi yang kedua", dengan demikan Gus Mus lebih memilih untuk menolak. Banyak orang yang nyinyir atas sikap Gus Mus yang menolak jabatan tersebut, karena dianggap sebagai sikap abnormal, sikap yang merusak pasaran. Menolak jabatan yang prestisius yang bisa menghasilkan banyak keuntungan untuk dirinya, sedikit sekali orang yang mampu melakukan hal itu, Gus Mus adalah salah satunya. Karena sejatinya, seperti itulah selayaknya manusia berpikir dan bertindak, jabatan bukan anugerah Tuhan bukan pula sesuatu yang harus kita perjuangkan dalam kehidupan.

Dalam menyikapi persolan bangsa, kepada Najwa Gus Mus berkata; "sebagai orang islam, saya berpendapat bahwa orang islamlah yang paling bertanggung jawab, karena orang islam adalah mayoritas, baik buruknya Indonesia ini tergantung pada mayoritas, tetapi kita kidak memperlihatkan kegagahan mayoritas yang mengayomi yang melindungi, yang kita perlihatkan tidak mencerminkan orang islam yang memiliki tatanan, Al-Qur'an, Sunnah dan Rosul sebagai panutan" Sudut pandang Gus Mus sangat perlu kita renungkan bersama, karena orang islam di negeri ini belum banyak berbuat apa-apa dengan ke-islamannya, tidak mengetahui bagaimana semestinya harus bersikap. Bagaimana bisa memeprbaiki bangsa dan negara ini, jika berpolitiknya saja sama sekali tidak mencerminkan politik keislaman. 

Hal lain yang membuat saya termenung adalah ketika Gus Mus berbicara tentang Krisis Komunikasi, "kita sudah jarang melihat manusia, kita krisis komunikasi, krisis silaturahmi" kata Gus Mus. Dalam kenyataannya kita memang sudah hampir kehilangan kepedulian terhadap lain orang. Ketika kita serawung-pun kita lebih fokus kepada gadget masing-masing, kebanyakan dari kita lebih berfokus pada diri sendiri, kita jarang melihat manusia sebagai sesama ciptaan Allah yang harus dihormati.

Dalam hal cinta, Gus Mus adalah orang yang sangat Romantis, meskipun ia tidak pernah berkata "I love you" kepada istrinya. Itu karena saya adalah orang jawa, kata Gus Mus. Hehe.. Banyak sekali sajak cinta yang Gus Mus Tulis untuk istrinya, dan untuk Tuhan Yang Maha Kuasa. Salah satu puisi cinta yang paling romantis adalah "sajak cinta". Gus Mus romantis bukan hanya kepada anak istrinya, tetapi juga romantis Kepada Allah SWT.

Gus Mus juga dikenal sangat dekat dengan anak-anaknya, anak bungsunya mengatakan bahwa abahnya adalah sosok yang sangat gaul (dekat dan berteman dengan banyak hal) Gus Mus bergaul dengan kitab-kitab klasik, dengan buku-buku moderen, akrab dengan tradisi tetapi tidak gaptek dengan teknologi. 

Soal toleransi, tidak perlu kita ragukan lagi, Gus Mus berkawan dengan siapa saja. Artis, seniman, menteri dan tokoh lintas agama sekalipun Gus Mus berkawan dengan baik. Bahkan ada romo katolik yang selalu cium tangan pada Gus Mus ketika mareka saling bertemu. "Kita boleh berbeda tetapi jangan asal beda" KH.Mustofa Bisri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun