Mohon tunggu...
Guntur T Haryaji
Guntur T Haryaji Mohon Tunggu... -

Saya seorang manusia biasa, berasal dari setetes air. Apalah arti ilmu jika tidak bisa mendatangkan manfaat?? Apalah arti jabatan jika tidak bisa memberi maslahat bagi ummat?? Kita berasal dari ketiadaan, dan kelak akan kembali tiada untuk berjumpa dengan-Nya dan mempertanggung-jawabkan semua perbuatan kita, yang baik maupun yang buruk, yang rahasia maupun secara terang-terangan. Dan kelak semua yang kita miliki dan kita bangga-banggakan di dunia, tak kan bermanfaat apa-apa ketika di akhirat, kecuali amal sholeh yang ikhlas.\r\n\r\nAku bukan siapa-siapa. Hanya hamba Allah, yang kebetulan pernah dikasih kesempatan belajar di sebuah Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Depok yang tidak begitu terkenal ( Karena tidak masuk 10 besar rangking dunia ). Apalagi kalau sudah dikubur, juga tidak akan ditanyakan oleh Malaikat Munkar dan Nakir. Terima kasih sudah mampir dan membaca serta berkenan memberikan komentar pada coretan-coretan saya yang "belum" berkualitas ini. Setiap masukan akan mendapatkan apresiasi yang setimpal. ;)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Allah Suka Bau Mulut Orang yang Berpuasa

2 Agustus 2011   05:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 3497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riwayat lain menyebutkan bahwa pembelengguan syaithan ini adalah mutlak, tanpa batasan hanya syaithan-syaithan yang sangat jahat. Dengan demikian, jika yang dimaksud hadits di atas adalah pembatasan hanya pada syaithan-syaithan yang terjahat, terkadang suatu lafazh disebutkan secara mutlak, dan di pihak lain ternyata ada pembatasan, maka ini bukan suatu pertentangan dalam hadits. Sebaliknya, jika yang dimaksud adalah dibelenggunya seluruh syaithan, maka kemaksiatan yang terjadi di bulan Ramadhan bukanlah sesuatu yang aneh, karena walaupun kemaksiatan itu secara umum terjadi karena godaan syaithan, dapat juga terjadi karena pengaruh kuat dari racun dan hawa nafsu manusia yang sudah terbiasa dengan kemaksiatan selama waktu-waktu di luar Ramadhan, yang semakin lama akhirnya menjadi tabiat yang sulit dihilangkan, sehingga ada atau tidak adanya syaithan, hal itu tidak berpengaruh baginya. Demikianlah maksiat itu dilakukan, sehingga menjadi tabiat pada dirinya. Orang yang terbiasa idup dengan hawa nafsunya, maka perbuatan dosa pun terjadi karena hawa nafsunya.

Sebuah hadits menguatkan hal ini, yakni sabda Nabi saw.,” Apabila seseorang berbuat suatu dosa, sebuah titik hitam akan melekat di dalam hatinya. Jika ia bertaubat dengan ikhlas, titik hitam tadi akan terhapus. Jika tidak bertaubat , titik hitam tadi akan tetap melekat. Apabila ia berbuat dosa lagi, maka titik lainnya akan muncul dan seterusnya, sehingga hatinya menjadi hitam semuanya dan tidak ada sesuatu yang baik yang dapat memasuki hatinya.” Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman: “ Sekali-kali tidak! Bahkan hati mereka telah berkarat.”

Oleh sebab itu, dengan sendirinya hati itu akan cenderung pada perbuatan maksiat. Inilah sebabnya, mengapa ada sebagian orang yang tidak peduli terhadap dosa tertentu yang ia lakukan, tetapi jika ia melakukan suatu dosa yang lain, hati mereka akan menolak. Misalnya, jika orang-orang yang biasa minum khamr disuruh makan babi, ia tentu akan menolak, padahal keduanya merupakan makanan yang diharamkan. Demikian juga, apabila suatu perbuatan dosa dilakukan terus menerus dilakukan di luar Ramadhan, maka hati akan menyatu dengan dosa-dosa itu, sehingga meskipun di bulan Ramadhan, tetap saja dosa-dosa tersebut akan dilakukan, meskipun tanpa digoda oleh Syaithan. Jika yang dimaksud adalah seluruh syaithan dirantai d bulan Ramadhan, maka kita dapat memahaminya dengan keterangan di atas. Dan jika yang dimaksud hanya syaithan-syaithan jahat yang diranta, itu pun dapat dipahami.

Maulana Zakariyya berpendapat bahwa penjelasan inilah yang lebih tepat. Semua orang dapat berpikir dan membuktikan, bahwa untuk berbuat baik atau menghindari perbuatan maksiat pada bulan Ramadhan tidaklah begitu sulit sebagaimana ketika di luar bulan Ramadhan. Dengan sedikit kesungguhan dan ketawajjuhan sudah cukup untuk dapat terhindar dari godaan-godaan tersebut. Syaikh Mohammad Ishaq berpendapat bahwa kedua hadits tersebut ditujukan bagi orang yang berbeda. Bagi orang-orang fasik, yang dirantai hanya syaithan-syaithan yang sombong. Sedangkan bagi orang-orang shalih, yang dirantai adalah seluruh syaithan.

Keistimewaan 5: Pengampunan diberikan kepada seluruh orang yang berpuasa pada akhir malam bulan Ramadhan. Hal ini telah diterangkan dalam riwayat yang pertama. Karena malam yang paling utama di antara malam-malam Ramadhan adalah malam Lailatul Qadr, para shahabat r.hum. mengira bahwa keutamaan tersebut diperuntukkan bagi malam Lailatul Qadr saja. Nabi saw. Menjawab,” Keutamaan Lailatul Qadar lain lagi, sedangkan nikmat ini adalah ganjaran untuk akhir Ramadhan.”

Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat dan selamat berpuasa.

Aa Gun

Dari : http://fadhilahramadhan.blogspot.com/2009/08/bab-i-keutamaan-ramadhan_9924.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun