Gizi buruk adalah status gizi yang di dasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk). Balita di katakana gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) kurag dari -3 SD (Kemenkes, 2011).Â
Penyebab gizi buruk di pedesaan seringkali terkait dengan kemiskinan, akses yang terbatas ke makanan bergizi, pengetahuan yang rendah tentang nutrisi, dan fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Tanda-tanda termasuk berat badan rendah, tinggi badan tidak sesuai usia, lemas, kehilangan nafsu makan, kulit kering, rambut rontok, dan anak terlihat lesu.
Dampak Gizi Buruk di Pedesaan:
1. Stunting: Kekurangan gizi kronis pada anak-anak yang menyebabkan pertumbuhan tubuh dan otak terhambat.
2. Wasting: Penurunan berat badan drastis karena kurangnya asupan gizi akut.
3. Menurunnya Produktivitas: Orang dewasa dengan gizi buruk memiliki energi yang lebih rendah dan rentan terhadap penyakit, sehingga produktivitas kerja menurun.
4. Tingginya Angka Kematian Anak: Anak-anak dengan gizi buruk lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi yang dapat berujung pada kematian. Â
Contoh Kasus Gizi Buruk:Â
Di beberapa desa di Indonesia bagian timur, misalnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), kasus gizi buruk pada anak-anak masih menjadi masalah serius. Anak-anak di daerah ini sering mengalami kekurangan gizi makro dan mikro akibat akses pangan yang terbatas, kemiskinan, dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya asupan gizi seimbang. Program-program intervensi seperti pemberian makanan tambahan oleh pemerintah sering kali dilakukan untuk mengatasi masalah ini, meskipun tantangannya tetap besar.
Ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah gizi buruk di pedesaan, yang membutuhkan intervensi dari berbagai sektor seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.Â
 Pemerintah di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah gizi buruk yang cukup serius di wilayah tersebut.Pemerintah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan meluncurkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil di NTT. Program ini menyediakan makanan tambahan bergizi untuk anak-anak yang mengalami gizi buruk, serta ibu hamil yang berisiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah. Makanan tambahan ini biasanya berupa biskuit bernutrisi tinggi dan makanan lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan gizi.Melalui posyandu, pemerintah melakukan pemantauan pertumbuhan balita secara berkala. Kegiatan posyandu meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan pemberian vitamin. Selain itu, posyandu juga menjadi tempat untuk memberikan edukasi kepada orang tua tentang pentingnya gizi seimbang untuk anak-anak mereka. Kegiatan ini berfokus pada deteksi dini kasus gizi buruk dan intervensi cepat.