Dimulai dari kata "Anak" Abraham (Ishak, Yakub) dan Anak Daud
4 pribadi di generasinya masing-masing, tapi satu Spirit dalam hal merefleksikan "janji Allah" menyangkut kehadiran Kristus kelak sebagai Raja yang hadir di Bumi, dalam tugas memerangi "dosa" (bukan pertarungan melawan sesama Manusia), oleh penulis Injil Matius telah dipilih sebagai nama-nama pembuka dalam bahasan soal silsilah Kristus.
Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. Kejadian 17:6
Sebagai perbandingan, Injil Matius secara text menyangkut sebutan Anak adalah berbeda dengan sebutan Anak yang dipakai oleh Lukas dalam Injil Lukas 3:23-38 yang lebih kearah garis Yusuf sebagai "legal father" (hukum pencatatan genealogy), untuk alasan yang sama juga, Injil Matius 1:25 lebih mempertegas maksud dari tulisannya seputar silsilah Kristus, adalah berbeda nilai dengan Silsilah yang ditulis oleh Lukas, "tetapi (Yusuf) tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus".
Artinya, sekalipun Injil Matius juga menempatkan nama Yusuf sebagai Legal Father terhadap kelahiran Kristus, tapi peranan Maria secara Biologikal-lah yang dipilih untuk melahirkan Yesus, lebih dominan dalam menyaksikan siapa sesungguhnya yang menghendaki dan bagaimana kelahiran-Nya ke bumi.
Dengan demikian Injil Matius tidak lebih dan tidak kurang semata-mata mengajak para pembaca untuk melihat, menemukan benang merah dari sebuah perjalanan panjang, bagaimana sejak kehendak Allah itu pertama kali DIA janjikan kepada Abraham, sudah teruji melalui (respon/sikap) Iman Abraham, hal mana demi keyakinannya terhadap Eksistensi janji Allah, telah dia buktikan melalui ketaatannya dalam mengorbankan anak-nya Ishak, sekalipun hanya sebatas ujian Iman.
Kemudian bergulir semakin matang melalui kesetiaan seorang Ishak sebagai suami dari satu-satunya istrinya, Ribka, hingga berbuah-buah melalui pergulatan Spiritual Yakub yang tetap "kekeh" dalam permohonan dramatisnya, supaya "ridho" berkat yang pernah diterimanya dari Ishak, lebih diperjelas lagi oleh Sang Khalik, melalui sebuah pergulatan fisik dengan seorang laki-laki yang dia yakini sebagai pertarungan Spiritual untuk memenangi seluruh konsep ke Tuhanan dan Manusia yang sudah lebih dulu menguasai alam pemikirannya (berupa janji), sebagai Anak Ishak dan Cucu Abraham,
Kejadian 32:38, Lalu kata orang itu:"Namamu tidak akan disebut lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang."
Pilihan Allah atas Daud sebagai Raja Israel
sangat berbeda sekali dengan pilihan (selera) bangsa Israel terhadap kebutuhan hadirnya figur raja (Saul) semasa Israel mulai memasuki akan berakhirnya masa kepemimpinan hakim-hakim, bisa dijadikan gambaran jelas, bagaimana janji Allah kepada Abraham mulai menampakkan wujud (akurasi) kebenaran-Nya.