Nama Maria (ibu Yesus), Tamar, Betsyeba, Ruth dan Rahab, mereka adalah perempuan-perempuan yang sebenarnya secara Implisit mewakili wajah buramnya sejarah peradaban seluruh umat manusia tentang getirnya realitas keseharian kita (manusia), yang sarat dengan kesalahpahaman, kekhilafan, kekerasan, sampai berupa aib, berikut dengan seabrek kisah-kisah tentang penyimpangan-penyimpangan akibat lemahnya kesadaran dalam menafsirkan kewibawaan dan tujuan mulia dari hukum-hukum Sang Khalik
Sementara dalam tradisi setempat, (daftar) silsilah terutama menyangkut nama-nama besar yang dianggap layak dihormati secara text historis, keputusan, tindakan memasukan nama-nama perempuan dengan riwayat kelam tersebut (kedalam daftar silsilah), bisa menjadi bukti yang tidak umum bahkan bisa memberikan dampak penafsiran yang sangat fatal terhadap pencitraan asal-usul nama besar (baik) seseorang, dalam hal ini menyangkut kebenaran Kristus. Tapi justru disanalah nilai-nilai Spiritualitasnya (pesan-pesan Imanennya) bersemayam, tersembunyi, terpendam dibalik huruf-huruf mati, yang disajikan oleh penulisnya, Matius (Matius 1:1-14). Saat ini seiring dengan kemajuan zaman, sudah semakin jauh dari pengamatan para pemuja hiruk pikuknya gebyar (kalau mau disebut) "Pesona Natal" sebagai sebuah tradisi ritual tahunan.
Tapi lebih dari sekedar membahas masalah tradisi dan ritual tahunannya, sesungguhnya Natal bisa menjadi acuan dasar pemikiran (renungan), bahwa Sang Khalik yang diImani sebagai pemilik Sejarah, setidaknya telah membuktikan, sedemikian besar dan dalamnya perhatian dan kepedulian-Nya terhadap keselamatan Manusia dari malapetaka akibat dosa, dengan demikian kisah tentang kelahiran Sang Juruselamat merupakan buah dari mata rantai sejarah, tentang bagaimana Sang Pencipta pernah menyentuh, menimbulkan kesadaran Individual dipihak Manusia yang tidak lagi memiliki harapan untuk bisa dianggap layak disebut sebagai bagian Integral dari kisah kelahiran Yesus Kristus dengan Misi Penyelamatan-Nya bagi seluruh umat Manusia yang percaya kepada-Nya (Firman-Nya)
Silsilah Kristus sebagai rangkaian kesaksian Sejarah
Matius sebagai penulis Injil Matius tidak sebatas mencatat apa dan bagaimana (ulah) perbuatan manusia dengan segala motiv dibalik kelebihan dan kekurangannya (bahkan dalam ukuran yang paling bejat sekalipun), melainkan merupakan sebuah rangkaian penyataan, kesaksian (Imanen) tentang bagaimana karya Sang Khalik sebagai Kosmos tertinggi (Logos), dalam mewujudkan belas kasihan-Nya kepada Manusia ciptaan-Nya, mengangkat mereka dari derajat yang paling rendah (hina), lembah kelam yang sarat dosa, bahkan secara moral dianggap sudah selayaknya mendapat cibiran dan hinaan dari (sesamanya) mereka yang mengklaim diri sebagai yang paling bermoral sehat, umat yang paling berIman.
Namun oleh dan didalam kebenaran tiba-tiba saja diubah menjadi individu-individu yang dianggap pantas (karena kesadaran Spiritualitasnya) dimasukan kedalam jajaran / daftar silsilah Kristus oleh penulisnya. Semakin mempertegas sifat dari kebenaran tentang bagaimana Cahaya Kebenaran itu bersinar secara adil, dalam memancarkan cahaya Kasih-Nya, tanpa harus meniadakan (memungkiri) realitas yang sesungguhnya yang pernah menimpa, dialami oleh sebagian besar nama-nama yang disebutkan dalam silsilah Yesus Kristus tersebut.
Mengutip yang dikatakan oleh seorang tokoh Gereja Ortodox,Fr. George Calciu:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H