Ketika berita tentang kenaikan gaji menteri baru dibawah presiden SBY marak di surat kabar dan televisi, serta media masa lainnya, dua pendapat bertolak arah saling melukis warna pelangi.
Tidak sedikit pihak yang menyayangkan wacana kenaikan gaji tersebut. Mereka meminta para pejabat tinggi negeri ini menunjukkan kinerja yang baik terlebih dahulu. Rencana kenaikan gaji dirasa kurang pantas karena para menteri baru saja dilantik dan belum menunjukkan kinerjanya.
Sebagian lagi ada yang marah karena belum apa-apa mereka sudah akan dapat durian runtuh. Tentu akan lain ceritanya kalau durian runtuh itu menerpa kepala mereka. Harga durian yang “tidak seberapa” menjadi tekor untuk membiayai operasi kepala mereka yang bocor.
Golongan ini kurang lebih, berpendapat, “ Belum tentu mereka becus bekerja, sudah dikasih rejeki nomplok. Itu namanya pupulur memeh mantun!.”
Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mengungkapkan pendapatnya dengan sewot, “Tidak punya muka saja kalau mengusulkan kenaikan gaji. Ini sangat melukai hati rakyat.”
Untuk pendapat ini para menteri wajib tersinggung atau merasa difitnah oleh Tulus Abadi karena sudah jelas kok muka mereka menclok di sana. Bahkan tidak tertutup kemungkinan mereka memiliki lebih dari satu muka. Untuk pendapat yang satu ini, bagi saya Tulus Abadi memang sudah keterlaluan.
Lebih ekstrim dia melanjutkan bahwa semua gaji dan tunjangan pejabat tinggi negara seharusnya diturunkan sebagai bentuk empati kepada masyarakat yang kini sedang hidup susah. “Apapun alasannya saya tidak setuju,” cetusnya.
Ini juga pendapat yang tidak masuk akal. Kalau orang-orang pada susah, memang para menteri tidak ada yang susah? Masa orang-orang pada naik, ini kok malah diturunkan. Tidak ada dalilnya kalau gaji menteri itu boleh diturunkan. Memang bendera, bisa di naikan dan diturunkan?
***
Kelompok yang berseberangan pendapat, dengankepala tegak dan dada membusung, mengkonter argumen-argumen kampungan di atas, “kita ini bangsa besar dengan penghuni negeri terbesar kelima di dunia. Kalau data belum berubah.
Masa gaji pembantu istana negara besar lebih kecil dari sebuah negara kecil dengan jumlah penduduk beberapa gelintir saja! Akan di kemanakan harga diri bangsa besar ini kalau kita kalah dari negeri kecil itu. Mari kita tegakan harga diri kita dengan menaikan gaji para menteri kita.