Padang Pariaman--Rabu (30/9/2009) petang sekitar pukul 17.16 Wib masyarakat dikejutkan gempa besar berkekuatan 7,6 SR. Ratusan nyawa melayang, dan bahkan terkubur oleh longsor dan tenggelamnya sejumlah perkampungan di Nagari Tandikek, Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman.
Begitu juga rumah masyarakat, sebagian besar rata dengan tanah. Senin (30/9) genap 10 tahun peristiwa itu berlalu. Setiap tahun, Pemkab Padang Pariaman selalu memperingatinya dengan menggelar zikir dan doa bersama. Tempat tenggelamnya kampung itu, dibangun sebuah monumen, sebagai daerah ini pernah mengalami musibah yang paling besar.
Musibah besar itu telah berlalu. Meskipun tak mudah untuk dilupakan, masyarakat telah kembali bangkit membangun rumahnya yang punah akibat gempa. Peringatan gempa yang selalu dilakukan tiap tahun, harus dimaknai dengan memperbanyak introspeksi diri.
Para ulama dalam berbagai kesempatan ceramah dan pengajian, selalu mengatakan, bahwa hadirnya kerusakan di muka bumi ini adalah ulah akibat tangan manusia itu sendiri. Tangan yang dimaksud di sini, adalah terlalu banyak dosa-dosa yang dibuat, sehingga mengundang datangnya bala dan bencana.
Momen 10 tahun gempa 2009 itu beriringan dengan datangnya tahun baru Islam 1441 H. "Hijrahlah. Pindahlah dari yang biasanya malas bekerja, jadi rajin. Kurang melakukan ibadah, perbanyaklah ibadah. Dan jangan sampai meninggalkan kewajiban dalam beragama," kata seorang buya saat Muharram sebulan yang lalu di salah satu masjid di Padang Pariaman.
Kabupaten Padang Pariaman, kata Bupati Ali Mukhni, adalah daerah yang paling rawan musibah. Sering terjadi banjir, longsor, kebakaran dan musibah lainnya. "Kita selalu memberikan peringatan kepada masyarakat, agar selalu berhati-hati. Bila musim hujan lebat, yang tinggal dekat bukit, segera pindah ke rumah dunsanak yang jauh dari jangkauan musibah," ujar dia.
Ali Mukhni yang mengawali kepemimpinannya tahun 2010, setahun setelah gempa dihadapkan oleh persoalan besar, karena daerah ini porak-poranda akibat hantaman gempa. Padang Pariaman bangkit diluncurkannya. Kini, Ali Mukhni telah 10 tahun jadi bupati atau dua periode. Padang Pariaman yang diawal kepemimpinannya penuh dengan kecemasan, berubah menjadi kegembiraan.
Berbagai pembangunan dilakukan bupati yang juga Ketua DPW PAN Sumatera Barat ini. Yang paling trend sekarang, adalah Kawasan Terpadu Tarok City di Nagari Kapalo Hilalang. Ada yang pro, dan tidak sedikit pula yang kontra. Itu biasa dalam dunia perpolitikan. Yang jelas, selaku Kepala Daerah Ali Mukhni telah berhasil membangun kembali semua fasilitas yang rusak dan punah akibat musibah demikian.
Dan bahkan, fasilitas umum baru banyak hadir dan bermunculan di daerah ini setelah gempa. Sebut MAN IC di Sintuak, Sekolah Pelayaran di Tiram, Main Stadion di Sikabu Lubuk Alung. Yang sedang tahap penyelesaian, asrama haji di Sungai BUluah Utara dan bangunan lainnya. "Ali Mukhni boleh kita sebut "Bapak Pembangunan", kata seorang tokoh masyarakat di Parit Malintang.
"Di jajaran Pemda Padang Pariaman, tidak ada istilah pejabat. Yang ada itu hanya pelayan masyarakat," ujarnya. Dan ucapan itu tidak sekedar pencitraan. Dia sendiri yang memulainya, dengan memfungsikan rumah dinasnya sebagai rumah rakyat daerah ini. Dalam 24 jam waktu sehari semalam, sebagian besar habis digunakannya untuk kepentingan masyarakat yang dipimpinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H