Kepindahan Messi; Sebuah Konspirasi
Gagal kontrak dan hengkangnya Messi dari Barca adalah sebuah konspirasi!
Yaa suatu konspirasi dengan plot yang rapih dan halus, sehingga yang dinyatakan, terbaca oleh publik dan diamini kebenarannya hanyalah karena kondisi keuangan Barca sedang tidak stabil, tidak memungkinkan merekrut dan menggaji, serta Laliga tak mengizinkan. Meskipun manajemen Barca sudah berupaya, walaupun Messi sudah berkeinginan bahkan bersedia mengurangi jauh gajinya.
Padahal jika dirunut sejak musim yang buruk sebelumnya, ketika Messi mulai protes kemudian hendak keluar, namun berhasil ditahan, karena kontrak belum berakhir, sudah terlihat nyata sebetulnya Messi sudah tidak enjoy dan manajemen meskipun rugi tak mau melepaskan saat itu, masih takut kalau dianggap membuang Messi yang pasti kan berimbas pada posisi mereka.
Setelah Presiden klub berganti, seolah Laporta hendak mempertahankan Messi sesuai janjinya ketika hendak maju pemilihan Presiden Klub agar mendapatkan dukungan Socios, demikian pun Messi seolah kan sedia bertahan, walaupun kontrak habis, kan dibuat kontrak baru. Padahal antara Laporta dan Messi seperti sudah terjalin kesefahaman. Inilah saatnya untuk berpisah...
Namun demi kenyamanan bersama, maka terjadilah drama gagal kontrak di detik terakhir sebab tak bisa memenuhi aturan Laliga dan Laliga tak mau mengendurkan syaratnya itu. Untuk membuat supaya plot ini rapih dan halus, Messi memang menolak beberapa tawaran kontrak dari klub yang berminat. Pihak Barca juga seolah kan sukses mempertahankan Messi dengan upayanya, bahkan salah satunya dengan mendatangkan Aguero yang meski free, tapi tetap menambah beban gaji tentunya.
Kemudian, mendatangkan juga beberapa pemain lain untuk menambah komposisi tim, agar mampu kompetitif sebagaimana yang diinginkan Messi. Hadirlah Depay, Emerson, dikembalikan Eric Garcia.
Padahal di sisi lain gagal menjual pemain-pemain yang bernilai tinggi dan dengan gaji tinggi untuk menstabilkan neraca keuangan, seharusnya kam begitu. Griezmann gagal jual, Coutinho gagal juga, dan yang lainnya. Cukup waktu sebetulnya jika dari akhir musim lalu sudah diseriusi untuk dilego.
Di sisi lain, pasca Copa America, ketika sudah habis kontrak, dengan alasan liburan, Messi betul-betul menikmatinya, percaya bahwa kontrak barunya akan rampung, bahkan sampai bertemu dengan para punggawa PSG di Ibizza. Boleh saja dianggap kebetulan semata, namun begitu dekat rentang waktunya dengan gagal kontrak. Apalagi jika akhirnya Messi berlabuh di Paris di musim ini.
Pengamat bahasa tubuh dari Inggris, Darren Stanton bahkan terang-terangan menyatakan bahwa Laporta memang enggan Messi bertahan. Dan, Messi... Pasti sungguh sedih memang, pergi dari "rumah" yang membesarkan. Ia menangis, ia pilu, ia mengenang banyak kenangan di Barca.Â
Namun, dengan kepindahannya tentu saja kan membuat lega, beban berat di pundak sudah berkurang, bermain di klub selain Barca, tentu tak seberat beban harus selalu optimal performa bersama Barca, apalagi jika ditunjang oleh komposisi tim yang kompetitif yang dapat mengurangi beban itu, pun di jelang akhir karir seiring pertambahan usia. Kalau soal pendapatan, mungkin ini bukan utama baginya, tapi jika jadi di PSG, tetap saja kan menerima bayaran tinggi.
Namun, mengapa harus drama seperti ini?
Sebab tak ada yang ingin dipersalahkan, tak ada yang ingin dituding berkhianat.
Laporta sangat mungkin memiliki ambisi untuk memulai Barca baru di masa kepemimpinannya. Jika sukses, maka posisi jabatan untuk periode berikutnya pasti jaminan kan aman. Dan, Messi tak masuk dalam rencana itu, harus berganti dan banyak talenta muda yang mesti didorong promosi, seiring merekrut jika ada yang potensial di masa depan. Ketergantungan pada satu pemain harus lepas.
 Namun menjual Messi, bukan urusannya, sudah lewat. Nah mengontrak ulang ini yang masalah... Maka dibuatlah jalan drama berliku. Walaupun hitung-hitungan, secara keuangan sudah tau dari tahun lalu, Barca tak cukup dana, apalagi kena pandemi.
Messi, juga ndak mau seolah pergi begitu saja, bagai beras lupa jeraminya, seolah ndak mau dikontrak baru atau dengan tegas menolak, atau terbuka menawarkan diri pada klub yang berminat dengan gaji tinggi, di saat ekspektasi para fans Barca masih sangat berharap. Sungguh bagai Malin Kundang kalau begitu caranya. Kan dianggap sebagai pengkhianat dan Luis Figo kedua jika itu terjadi.
Klopnya di sini antara Barcanya Laporta dan Messi. Dengan berpisah baik-baik melalui drama seperti ini, tak ada yang dapat dipersalahkan betul, yang ada hanyalaah para fans yang merutuki diri. Kesalahan bisa dilempar pada Laliga dan musim pandemi serta gaji tinggi para pemain yang membuat Barca kesulitan. Walaupun sudah tau membengkak dan tak stabil, malah tak piawai berjual beli.Â
Boleh jadi juga sudah ada klik antara keduanya, itu terlihat dari apa yang diungkapkan Messi, bahwa ia akan kembali. Siapa tau setelah pensiun nanti, memang sudah disiapkan oleh Laporta dkk, suatu posisi tertentu untuk Messi di jajaran kepengurusan atau kepelatihan klub ini.
Laliga sudah benar adanya, jika mesti kompetitif suatu Liga, ndak mungkin hanya satu dua klub yang diutamakan dan dapat perlakuan khusus, dituruti saja maunya seperti Realmadrid dan Barca di Laliga.
Begitulah... Hengkangnya Messi itu yaa konspirasi!
Jangan terlalu serius, ini tulisan mengada-ada saja... Kita tunggu sekian tahun ke depan, biasanya kan ada fakta dan kisah di balik layarnya terungkapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H