Mohon tunggu...
Rudi Handoko
Rudi Handoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Saya seorang anggota masyarakat biasa di Borneo Barat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Piramida Ketimpangan

27 Agustus 2015   11:37 Diperbarui: 27 Agustus 2015   11:37 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Strata, lapisan atau kelas sosial di dalam masyarakat adalah suatu fenomena yang lazim sejak manusia kenal peradaban. Namun memelihara strata sosial dengan maksud atau tujuan untuk menguasai sumber daya, kekayaan dan kemakmuran secara rakus, serakah dan senjang, itu yang tidak adil dan lalim serta sesungguhnya wajib dihilangkan.


Di negeri ini, keadaan yang tidak adil dan lalim tersebut dimisalkan pada gambar piramida tentang strata/kelas sosial dan piramida terbalik tentang pembagian sumber daya-kekayaan-kue pembangunan.

Mungkin tidak sepenuhnya benar dan tepat, namun secara zahirnya dapat kita asumsikan bahwa kelompok elit di negeri ini tidaklah melebihi 5% sampai 10% dari jumlah keseluruhan populasi, tapi mereka menguasai, mengelola dan menikmati 70% bahkan lebih dari sumber daya-kekayaan-kue pembangunan yang ada. Sedangkan kelas menengah mungkin saja memperebutkan jatah 20%-30%, dan rakyat jelata yang merupakan mayoritas populasi di negeri ini tak kurang hanya memperebutkan dari bahagian 10% sisanya. 


Serakah dan lobanya lagi, biasanya elit yang tidak seberapa itu seringkali merasa tidak puas dengan 70% yang dikuasainya, bahkan jika memungkinkan, maka secara binal akan ikut merampas bahagian yang 20% dan 10% tersisa. 
Demikianlaah akan ceritanya... Keberadaan pemerintahan dalam suatu negara jika melegalkan dan menjamin kenyataan yang timpang seperti itu, maka pemerintah dan negara itu adalah, "(tak lebih dari) sekumpulan bandit yang berkuasa demi kepentingan mulut dan perut (kelompok elitnya) sendiri."

Selain pola pembagian sumber daya-kekayaan-kue pembangunan antar kelas sosial di masyarakat yang timpang, pola-relasi antar wilayah di negara inipun demikian juga adanya, dapat digambarkan seperti itu juga. Sejatinya, negara ini tidak akan mencapai kesejahteraan-kemakmuran bersama jika struktur dan pola-relasi wilayahnya tidak setara. Relasi timpang yang sengaja dibangun itu dibuktikan dengan adanya wilayah yang dikategorikan wilayah pusat dan sekitarnya (penyangga pusat), serta sebagian besarnya lagi disebut wilayah-wilayah pinggiran (kalau tak mau disebut jajahan). Yang mana wilayah pusat adalah segalanya, sedangkan wilayah-wilayah pinggiran (yang sebagian besar memiliki sumber daya yang kaya) mesti dikerjai (bekerja keras), diperah dan dieksploitasi demi kemakmuran wilayah pusat dan sekitarnya.

Cerita seperti itu tentu sudah taulaah semua. Memang aneh tapi nyata, misalnya se-Kalimantan yang kaya raya, seperti Kalimantan Timur saja yang kaya minyak bumi itu, namun tak seberapa bagiannya, bahkan BBMnya sendiri seringkali langka dan mahal juga. Sebab, meskipun itu barang disedot dari dalam tanah air kita, tapi orang seberang punya kuasa (tentu dengan pembenaran sesuai pasal 33 ayat 2 UUD 45 bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara...). Kalimantan dijatah sepersekian saja

.
Syahdan, kalau ada yang bertanya, "belum pernah terkisah dalam hikayat, ada negeri yang kaya sumber daya tapi kemakmurannya tersendat?" Maka inilah fakta tersurat kumpulan negeri-negeri kaya yang dikuasai dan dikerjai oleh suatu negara bernama Neo Hindia Timur.
Jika begini adanya, jangan kita tanya negara apalagi "mempersenda" negara, kerna negara itu harga mati! S
ungguh, struktur dan pola-relasi yang tidak setara serta tidak berkeadilan ini hanyalah bentuk lain dari penindasan dan penjajahan.

smile emotik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun