Pada saat heboh tentang sengketa kawasan Mbah Priok tahun lalu, ketika nonton Metro-TV, kebetulan ada dialog tentang Sejarah Tanjung Priok. Salah satu tokoh yang bicara adalah Sejarawan dan Budayawan Betawi Ridwan Saidi.
Nah, bicara tentang penyebaran Islam di Betawi/Batavia ini, Ridwan menyatakan bahwa di antara para tokoh-tokoh penyebar Islam di Betawi ini, selain berasal dari kalangan Habaib dari Hadramaut, yang juga terkenal adalah Ulama-ulama dari Negeri Pattani. Bahkan mungkin kehadiran Ulama-ulama Pattani ini jauh lebih awal sejak pada abad ke-15 sudah hadir dan bermukim di Betawi/Batavia. Kemahiran mereka berdakwah di Betawi/Batavia ini karena selain ilmu ke-Islaman mereka yang tinggi, juga ditunjang karena kemiripan bahasa yang memudahkan syiar dakwah mereka. Karena kedatangan para Habaib dari Hadramaut itu sendiri sebelum abad 18 dan abad 19, belumlah begitu ramai, para Habaib baru datang sendiri-sendiri, belum berkelompok dan belum dalam skala besar.
Coretankun ini tidak mengkaji tentang sejarah itu, karena itu lebih tepatnya menjadi kajian ahli sejarah. Tapi, coretan ini hanya hendak mengingatkan kembali tentang Pattani, tepatnya yang dulu dikenang dengan nama Negeri Pattani Darussalam.
Pattani adalah salah satu Kerajaan Melayu yang terkategori terawal masuk Islam, kemudian berubah menjadi Kesultanan Melayu. Adapun lokasi wilayahnya pada masa sekarang ini umumnya yang dikategorikan Pattani adalah wilayah Pattani, Narathiwat, Yala dan Songhkla (Dalam Bahasa Melayu lebih dikenal dengan nama Senggora) di Thailand Selatan. Namun sejatinya, pada masa jayanya, Kesultanan ini diduga merangkumi pula Kelantan, Kedah dan Terengganu di Utara Semenanjung Malaya yang dikenal dengan nama Pattani Besar, atau dahulunya dikenali sebagai Langkasuka (semasa zaman Hindu).
Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, merupakan masa kemunduran, sehingga wilayah Pattani sekarang menjadi wilayah Thailand Selatan akibat aneksasi Kerajaan Thailand dan akibat traktat perjanjian Inggris dan Thailand. Sehingga sampai saat ini Pattani merupakan wilayah yang terus bergolak memperjuangkan kemerdekaan.
Sebagai Kesultanan Islam terawal, Pattani pada masa itu merupakan wilayah yang banyak melahirkan ulama-ulama besar di Alam Melayu dan Nusantara. Mereka menyebar dan menjadi tokoh-tokoh penyebar Islam, adapula yang sampai menjadi mufti di daerah perantauan mereka, seperti Syeikh Ali bin Faqih al-Fathani yang pernah menjadi mufti di Kerajaan Mempawah, ada pula Syeikh Abdul Jalil al-Fathani, kawan seperantauan Syeikh Ali yang turut menyebarkan Islam di Sambas.
Yang juga sangat terkenal adalah Syeikh Ahmad al-Fathani yang seangkatan dengan Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, kemudian murid-muridnya seperti Syeikh Muhammad Nur al-Fathani yang pernah mengajar di Terengganu, adapula Syeikh Abdur Rahman Gudang al-Fathani yang pernah mengajar di Siak Seri Inderapura. Ada juga Syeikh Ahmad al-Mirshad, yang merupakan keturunan keempat dari Kesultanan Melayu Pattani yang berhijrah ke Betawi/Batavia, beliau adalah ayah dari K.H. Ahmad Marzuki al-Batawi. Dan masih banyak lagi ulama Pattani yang lain, yang tersebar di Borneo, Semenanjung dan Sumatera.
Namun sekarang ini, Pattani adalah Negeri Melayu-Muslim yang hilang. Pattani tidak lagi menjadi sumber cahaya yang melahirkan Ulama-ulama mumpuni seperti dahulu. Pattani sekarang terpinggirkan dan tertindas, bahkan hanya sedikit sekali generasi kita yang mengenal Pattani, kalaupun ada...mungkin melupakan Pattani. Padahal mungkin kita berhutang jasa kepada Pattani, karena dengan menyebarnya zuriat merekalah cahaya Islam turut sampai ke rumah kita.
Sumber :
http://ulama-nusantara.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H