Mohon tunggu...
A Havizh Martius
A Havizh Martius Mohon Tunggu... Lainnya - Long life education

Mahasiswa Abadi

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadhan Pertama Tanpa Ibu

11 April 2022   21:30 Diperbarui: 11 April 2022   21:32 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS


Ibuku meninggalkan kami 5 orang anaknya sebulan setelah lebaran tahun 2021, tepatnya pada tanggal 15 Juni 2021. Sebelumnya kami sudah ditinggalkan ayah 15 tahun sebelumnya.

Kenangan dan pengaruh didikan keduanya sangat membekas di hatiku namun rasa ditinggalkan ibu meninggalkan pengaruh yang lebih dalam kepada jiwaku.

Satu hal yang patut aku syukuri kepada Allah berhubungan dengan kepergian ibuku ini dimana aku pernah berdoa kepada Allah bahwa meskipun aku sering bertugas di tempat yang cukup jauh dari ibu namun harapanku kepada Allah adalah supaya aku diizinkan mendampingi ibu di saat terakhir hayatnya jika suatu saat Allah menakdirkan ibu lebih dulu menghadap-Nya,  karena bagiku dan bagi ibu ini adalah peristiwa yang sangat penting. Alhamdulillah Allah mengabulkan doaku. Beberapa hari sebelum ibu wafat aku sudah berada di kampung karena sebelumnya dikabari oleh adikku bahwa ibu sakit dan sakitnya lebih berat dari yang biasa. Kemudian kakak-kakakku menyusul dari Bengkulu dan Jakarta. Beberapa hari kemudian ibu meninggalkan kami selamanya.

Berbeda suasana batinku saat kepergian ayah dulu dimana aku lebih tegar dan kuanggap kematian sebagai sunatullah biasa yang waktunya sudah ditetapkan, tidak bisa dimundurkan dan dimajukan. Namun setelah kepergian ibu terasa ada kekosongan. Dalam pertemuan keluarga setelah ibu diselenggarakan aku diminta untuk menyampaikan sambutan. Tak kuasa aku menahan air mata, kusampaikan bahwa ibu adalah jimat bagi kebahagiaan hidup anak-anaknya, kini jimat itu sudah tidak ada lagi, doa tulus itu tak akan ada lagi. Gantian kini giliran doa anak-anaknya yang ditunggu ibu di alam barzah.

Kedudukan ibu di keluarga besar adalah sebagai pusat jala pumpunan Ikan. Tempat kami para anak dan semua cucu pulang dan berkumpul dari berbagai rantau untuk saling melepas rindu  dan bernostalgia dengan ibu dan sesama keluarga besar, terutama di saat lebaran.

Di awal Ramadhan ini anakku berkata bahwa dia rindu untuk buka puasa bersama di rumah ibu dengan sepupunya seperti yang sering kami lakukan pada tahun-tahun yang lalu. Kalau kami buka puasa di rumah ibu, anakku selalu mengajak sepupunya untuk ikut serta.

Sedikit kenangan tentang ibu yang kuingat sampai kini adalah tentang ketegasan ibu dalam masalah KKN (Aku teringat ini karena kemarin dapat tawaran kartu vaksin berbayar  tanpa harus vaksin). Dulu ketika ibu menjabat kepala sekolah di sebuah SD, ibu bercerita kepadaku bahwa ibu ditawari kerja sama untuk menjual buku kepada murid-muridnya dengan imbalan fee untuk ibu. Ibu menolak dengan tegas. Pernah juga suatu kali secara tidak sengaja ibu menyenggol seseorang yang  tiba-tiba melintas di depan sepeda motor yang ibu kendarai. Sebenarnya tidak ada yang cedera di insiden kecil tersebut dan damai saja, apalagi korban itu juga tetangga dekat rumah. Kebetulan ada oknum aparat sedang berada dekat TKP. Lalu ibu di bawa ke posnya dan  di sana ibu ditawari agar mau memberikan uang damai untuk komandannya supaya perkara ibu selesai. Tawaran "baik" itu (karena oknum tersebut masih tetangga sekampung) dibalas ibu dengan kemarahan ala emak-emak ratu jalanan ditambah sedikit tausiyah sehingga oknum tersebut terpaksa membiarkan saja ibu pergi.

Untuk lebaran tahun ini, hanya akan ada silaturahmi dan reuni keluarga secara virtual karena sang legenda keluarga sudah di rumah yang lain. Allahumaghfirlaha warhamha waafiha wa'fuanha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun