By: dr. Zamzani Sutriyanto
WALAUPUN judul yang saya gunakan seperti mengarah pada seorang tokoh tertentu, namun kali ini saya tidak bermaksud mengritisi tokoh tersebut. Namun begitu, jika pemirsa nantinya lantas menduga artikel ini akan banyak mengulas berkaitan dengan kiprah dari tokoh tersebut, saya pun tidak dapat menyalahkannya. Karena memang rumor itu terlihat sangat nyata. Bahwa di belakang tokoh satu ini terdapat sekumpulan pemilik modal (kapitalisme) yang mem-back upnya.
Kenapa sekumpulan pemilik modal tersebut berani melakukan investasi kepada tokoh satu ini?
Selaku konglomerat, tentu mereka sudah berhitung matang. Tentu ada alasan-alasan yang kuat, kenapa mereka berani menggelontorkan ratusan milyar rupiah uang miliknya untuk menggenjot popularitas dan elektabilitas tokoh tersebut. Tak lain karena adanya kepentingan di dalamnya, yaitu kepentingan untuk meraih keuntungan. Keuntungan bisnis secara riil dan juga keuntungan keamanan bisnisnya di masa yang akan datang. Di era globalisasi ini tentu tidak ada istilah makan siang gratis!
Alasan kuat lainnya, sekumpulan pemilik modal itu melihat tokoh satu ini lebih mudah untuk dikendalikan. Track recordnya menunjukkan demikian. Tokoh satu ini sanggup berkhianat kepada beberapa tokoh nasional yang dulunya ikut membesarkannya namanya, hanya karena ingin mengamankan kepentingan para pemilik modal tersebut.
Tentu asing dan negara-negara Barat akan lebih suka Indonesia dipimpin oleh pemimpin model begitu. Gampang diperalat dan dijadikan boneka. Tidak punya independensi dan juga tidak punya visi ke depan, bagaimana mengelola negara besar seperti Indonesia ini. Juga gagap ketika dihadapkan pada masalah kemandirian bangsa dan tidak punya solusi untuk mengentaskan kemiskinan rakyat Indonesia.
Saya memang seorang Dahlanis. Anggota Relawan Dahlan Iskan yang bertujuan mengantarkan Dahlan Iskan menggapai kursi kepresidenan pada Pilpres 2014. Namun pada artikel ini, saya tidak bermaksud mengagungkan nama Dahlan Iskan. Toh, rakyat Indonesia sudah mengetahui bahwa Dahlan seorang pemimpin yang visioner dan independensinya tidak perlu diragukan lagi.
Dahlan punya konsep jelas bagaimana memajukan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dia juga punya konsep yang disusun secara sistematis agar pada masa lima tahun kepresidenannya, negara Indonesia bisa menjadi negara besar ke-9 di dunia di atas Mexico dan Spanyol. Dahlan juga sudah punya konsep untuk mengatasi kemiskinan yang selama ini melanda rakyat Indonesia.
Selain itu, Dahlan juga sudah memiliki konsep dalam memperjuangkan kemandirian bangsa. Kemandirian ekonomi, politik, dan sosial budaya. Saat ini, selaku Menteri BUMN, dia berjuang untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Kita ketahui bersama, bangsa ini masih sangat bergantung pada komoditas impor. Kekurangan ketersediaan pada suatu komoditas tertentu, solusinya selalu dengan mengimpor barang tersebut. Ke depan, ketergantungan pada impor ini tidak boleh terjadi lagi.
Presiden yang Dibutuhkan Bangsa Indonesia
Menentukan kriteria presiden yang dibutuhkan bangsa Indonesia ke depan memang tidak gampang. Kriteria presiden sering mengemuka adalah seorang presiden harus punya integritas dan kapabilitas tinggi. Merakyat dan punya akseptabilitas tinggi. Visioner dan kharismatik. Juga punya konsep dan program kerja pro rakyat yang jelas dan terukur.
Selain itu, untuk mencegah hegemoni asing dan negara-negara Barat, ajaran Tri Sakti Bung Karno masih sangat relevan diterapkan pada era globalisasi ini. Artinya seorang presiden Indonesia harus bisa meneruskan ajaran Tri Sakti tersebut, yaitu menjalankan tiga paradigma besar yang bisa membangkitkan Indonesia menjadi bangsa yang besar baik secara politik, ekonomi, dan sosial budaya.
Karena itu, pada pesta demokrasi yang akan datang kita tidak boleh salah memilih presiden. Seorang capres jangan dipilih hanya berbasiskan wajah, seolah-olah pro rakyat, kebiasaan pribadi, atau pun karena propaganda media untuk pencitraan capres tersebut. Kita harus memilih berdasarkan track record kinerja, tataran konsep dan program, serta kapasitas dan kompetensinya. Juga yang tidak kalah penting adalah karakter kepemimpinannya.
Akhir kata, kita jangan sampai masuk lubang yang sama. Memilih presiden hanya karena hasil propaganda dan pencitraan yang dilakukan oleh media. Kita harus mendapatkan seorang presiden yang benar-benar visioner dan mendahulukan kepentingan rakyat dan negara di atas kepentingan sendiri dan kelompoknya. Juga presiden yang berani berkata "tidak" kepada asing, jika itu akan mengganggu kepentingan rakyat dan negara.
Sekali lagi, jangan sampai salah pilih, karena kita dan Bangsa Indonesia akan menyesal selama lima tahun lamanya!
Salam Demi Indonesia!
Foto: Ir. Soekarno bersama John F. Kennedy
Sumber Foto: Rayzagreatlife/HOT NEWS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H