Mimpi I Made Wirawan membela tim nasional di pentas Piala AFF 2012 pupus sudah. Pemain Persib Bandung ini tak bisa berbuat banyak karena klubnya melarang ia bergabung dengan tim nasional. Padahal namanya tercantum dalam daftar pemain yang disetorkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ke Panitia Penyelenggara Piala AFF 2012.
“Secara tidak langsung konflik ini membuat kami tidak bisa membela timnas. Padahal kami ingin sekali membela,” kata Wirawan. “saya masih berharap dan menunggu keputusan dari klub. Sebab jika kami melawan salah, tidak melawan juga salah. Jadi saya menunggu saja.”
Konflik yang terjadi antara pengurus PSSI dengan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) memang berimbas ke pemain. KPSI –yang menggulirkan Liga Super Indonesia– melarang para pemainnya membela tim nasional. Alhasil, Firman Utina, Hamka Hamzah, Ahmad Bustomi, Syamsidar, Patrich Wanggai, dan Wirawan pun tak bisa memenuhi panggilan tim nasional. Mereka adalah para pemain liga super.
Hanya Bambang Pamungkas yang nekat membela tim nasional meski klubnya, Persija Jakarta, melarang. Selebihnya mengambil langkah aman: menunggu dan pasrah. “Tim nasional itu Indonesia, bukan timnas PSSI atau timnas KPSI. Tim Nasional itu merah-putih, bukan timnas biru atau timnas kuning,” tulis Bepe –sapaan akrab Bambang– di situs pribadinya.
Sikap nekat Bepe ini mendapat acungan jempol dari Syamsidar. Pemain Mitra Kukar ini sempat beberapa hari mengikuti pelatihan tim nasional di Stadion Gelora Utama Gelora Bung Karno sebelum ditarik lagi oleh klubnya. “Saya salut sama sikap Bambang itu,” katanya.
Namun ia juga mengkritik para pemain liga super lain yang ia anggap terlalu manut pada keputusan klub. Sikap diam tanpa perlawanan menurutnya justru membuat mereka kehilangan daya tawar. “Saya sesali para pemain itu kenapa mereka tidak ngotot, kayak tidak ada perlawanan,” katanya, “kalau mereka bisa melawan, KPSI, kan, takut juga.”
Syamsidar bukan tak mafhum jika keputusan rekan-rekannya itu demi masa depan keuangan mereka. Sebab hampir pasti mereka akan dicoret dari klub jika nekat membela tim nasional. Jika itu terjadi, dapur bisa tak ngebul. “Tapi mereka besar juga kan dari timnas juga,” kata Syamsidar, “mereka harus melihat ke belakang, dong, jangan melihat ke depan aja.”
Telunjuk Syamsidar juga mengarah ke PSSI. Para pemain liga super, menurutnya, akan memenuhi panggilan tim nasional jika PSSI berani memberikan jaminan bahwa mereka tidak akan menganggur –jika dipecat oleh klub asalnya– selepas Piala AFF 2012 nanti. “Mungkin semua pemain mau membela timnas kalau begitu.”
Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin sebelumnya pernah menjamin akan mencarikan klub kepada para pemain liga super yang ingin membela tim nasional. Namun bagi Syamsidar, janji lisan saja tak cukup. “Kalau cuma ngomong, semua orang bisa ngomong,” katanya, “tapi kalau PSSI berani hitam di atas putih, saya berani tinggalkan (Mitra Kukar).”
Sikap “keras” Syamsidar ini segaris dengan pemain bek tim nasional Valentino Telaubun. Membela klub atau tim nasional, menurutnya, adalah sebuah pilihan. “Kalau ingin main di timnas, ya harus ambil resiko,” katanya, “di Indonesia, kan, banyak tim sepak bola. Bukan cuma satu atau dua. Rejeki, kan, di atas yang mengatur.”
Adapun pemain senior Elie Aiboy lebih memaklumi pilihan yang diambil para pemain liga super untuk tak bisa membela tim nasional. Pemain Semen Padang ini mengatakan klub, bagaimana pun, adalah masa depan mereka. Sementara tim nasional adalah jangka pendek. “Jadi keputusan terpulang kepada pemain.”