Mohon tunggu...
markhumairah
markhumairah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Mulawarman/S1 Farmasi

Membaca adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bahasa Gaul Era Digital: Perbandingan Antara Gen Z dan Gen Alpha

6 Desember 2024   12:15 Diperbarui: 6 Desember 2024   13:16 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Apa itu bahasa?

Bahasa adalah cermin dari perkembangan zaman dan budaya masyarakat. Pada era digital yang serba cepat, bahasa gaul mengalami perubahan yang signifikan, terutama di kalangan Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Alpha (Gen Alpha). Kedua generasi ini tidak hanya tumbuh bersama dengan teknologi yang sangat berkembang, tetapi juga membentuk identitas mereka melalui cara berkomunikasi yang khas. Bahasa gaul, yang dulu sering dianggap sebagai bagian dari subkultur tertentu, kini telah menjadi fenomena global yang berkembang pesat, didorong oleh internet dan media sosial. Bahasa gaul tidak lagi terbatas pada interaksi langsung, tetapi juga menyebar melalui berbagai platform digital. Kata-kata, frasa, dan ekspresi baru dengan cepat tersebar dan menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari.

Gen Z, yang tumbuh bersama dengan perkembangan awal media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram, terbiasa dengan format teks panjang, penggunaan hashtag, dan filter di media sosial. Banyak bahasa gaul mereka dipengaruhi oleh budaya pop, seperti musik dan film, yang diperkuat oleh platform seperti Vine dan YouTube. Istilah seperti "lit" (seru), "FOMO" (Fear of Missing Out), dan "yeet" (lempar sesuatu dengan penuh semangat atau ekspresi kegembiraan) adalah contoh yang populer. Gen Z juga menggunakan bahasa gaul untuk mengekspresikan identitas budaya mereka dan terlibat dalam percakapan sosial yang lebih besar melalui platform seperti TikTok dan Instagram Stories.

Selain akronim, bahasa gaul Gen Z juga dipengaruhi oleh budaya pop dan konten viral. Video viral di TikTok atau meme yang tersebar di Instagram sering kali melahirkan bahasa gaul baru yang langsung diadopsi oleh komunitas online. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa gaul tidak lagi bersifat lokal atau terbatas pada kelompok tertentu, tetapi bisa menyebar dengan cepat di seluruh dunia berkat kekuatan media sosial. Gen Z juga lebih cenderung menggunakan bahasa yang mencerminkan kesadaran sosial mereka, seperti istilah "woke", yang mencerminkan kepekaan terhadap isu-isu sosial seperti keadilan dan kesetaraan.

Di sisi lain, Gen Alpha sepenuhnya berada dalam era platform seperti TikTok, YouTube Shorts, dan Instagram Reels. Konten yang mereka konsumsi dan bagikan cenderung lebih singkat, sering kali hanya beberapa detik, yang memengaruhi cara mereka berkomunikasi. Bahasa gaul mereka lebih ringkas dan visual, sering menggunakan emoji, GIF, dan efek video yang intens. Misalnya, istilah "skibidi" menjadi populer karena tren video komedi dan musik di TikTok, sementara "rizz" menggambarkan kemampuan seseorang untuk menarik perhatian atau merayu orang lain. Penggunaan emoji dan alat visual lainnya membuat komunikasi Gen Alpha lebih ekspresif dan dinamis. Stiker dan GIF juga menjadi bagian penting dari cara mereka berinteraksi di platform chat seperti WhatsApp dan Telegram. Selain itu, Gen Alpha tumbuh di era asisten suara seperti Siri dan Google Assistant, yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan teknologi dan bahasa. Mereka terbiasa dengan interaksi verbal yang memungkinkan mereka memberikan perintah suara, mencari informasi, atau bahkan melakukan percakapan dengan AI. Hal ini memperkaya cara mereka berkomunikasi dan memberikan elemen interaktif yang lebih kuat dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam cara Gen Z dan Gen Alpha menggunakan bahasa gaul, ada beberapa persamaan yang mencolok. Kedua generasi ini sangat dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial dalam cara mereka berkomunikasi. Penggunaan singkatan, emoji, dan visualisasi adalah contoh dari adaptasi bahasa terhadap kebutuhan komunikasi yang cepat dan efisien di era digital. Bahasa gaul yang mereka gunakan berkembang sesuai dengan platform yang mereka gunakan, di mana kecepatan dan visualisasi menjadi elemen penting dalam interaksi sosial mereka.

Kedua generasi ini juga menghadapi fenomena perubahan bahasa yang cepat. Kata-kata atau istilah yang populer di kalangan Gen Z atau Gen Alpha dapat dengan cepat menjadi usang dan digantikan oleh istilah baru. Kecepatan perubahan ini didorong oleh sifat viral dari konten digital, di mana tren dan bahasa baru dapat menyebar ke seluruh dunia hanya dalam hitungan jam. Hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya, yang cenderung mengalami perubahan bahasa yang lebih lambat dan bersifat lokal.

Bahasa gaul di kalangan Gen Z dan Gen Alpha juga mencerminkan nilai-nilai sosial dan budaya mereka. Istilah-istilah seperti "cancel culture", yang merujuk pada fenomena memboikot individu atau kelompok karena tindakan atau pernyataan yang kontroversial, dan "stan", yang menggambarkan penggemar fanatik yang sangat loyal terhadap seorang artis, mencerminkan kesadaran yang lebih besar terhadap dinamika sosial di era digital. Selain itu, cara mereka menggunakan bahasa gaul menunjukkan cara mereka berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka, baik itu melalui dukungan terhadap isu sosial maupun dalam mengekspresikan diri secara kreatif. Dalam hal ini, bahasa gaul menjadi alat penting bagi kedua generasi ini untuk membentuk identitas mereka di era digital yang semakin kompleks.

Penggunaan bahasa gaul di kalangan generasi muda juga menciptakan jarak linguistik antara mereka dengan generasi sebelumnya. Orang tua, guru, atau generasi yang lebih tua mungkin kesulitan memahami bahasa gaul yang digunakan oleh Gen Z dan Gen Alpha. Hal ini menciptakan tantangan dalam komunikasi antargenerasi, terutama di lingkungan keluarga dan pendidikan. Namun, fenomena ini juga menawarkan peluang bagi generasi sebelumnya untuk memahami cara berpikir dan nilai-nilai yang dipegang oleh generasi muda.

Bahasa gaul di era digital juga membawa dampak sosial yang lebih luas. Di satu sisi, bahasa ini memungkinkan generasi muda untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang lebih bebas dan kreatif. Namun di sisi lain, fenomena ini juga dapat memicu kekhawatiran tentang bagaimana perubahan bahasa dapat memengaruhi kemampuan komunikasi formal dan tertulis. Sebagai contoh, penggunaan singkatan dan emoji yang berlebihan bisa berdampak pada kemampuan generasi muda untuk menulis dan berbicara secara formal.

Kesimpulannya, bahasa gaul di era digital mencerminkan dinamika yang kompleks antara teknologi, budaya, dan identitas generasi muda. Gen Z dan Gen Alpha, meskipun sama-sama tumbuh dalam dunia yang didominasi teknologi, menunjukkan perbedaan yang menarik dalam cara mereka menggunakan bahasa. Gen Z lebih fokus pada komunikasi teks dengan singkatan dan akronim, sementara Gen Alpha lebih mengandalkan komunikasi visual melalui emoji dan alat bantu teknologi. Kedua generasi ini, melalui penggunaan bahasa gaul, menunjukkan bagaimana bahasa terus berkembang dan beradaptasi dengan kebutuhan dan nilai-nilai mereka di era digital yang semakin dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun