Mohon tunggu...
A BayuSeptyanandha
A BayuSeptyanandha Mohon Tunggu... Lainnya - bekerja ding,tapi ya gitu

bipolar gue !!!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bersambung

24 Juni 2022   01:35 Diperbarui: 24 Juni 2022   01:37 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepotong harap itu masih menggantung di depan hati...
Menanti Tuhan mengamini apa yang ada di hati, bukan apa yang ada di kepala lalu beriring pergi...
Suara ketukan dan sunggingan senyum di ujung pintu menjadi rindu yang tak pernah hilang karena saat itu adalah saat berakhirnya penantian.


Jangan pergi-pergi, kau bukan matahari yang selalu menjanjikan akan datang lagi esok hari, namun bila kau memaksa aku bisa apa?pergilah menuruti kepala itu, bila rindu pulanglah dan tanyakan pada Tuhan semua ceritaku dalam diam.


Hei harapan,kemarilah ayo kita keluar berjalan jalan sebentar melintasi simpul nyata disana, jangan kau pendam dan tahan nanti tidak ada beda mana nyata mana fana.

Tuhan, aku mau berbagi kopi ini denganMu...

ayo duduk di teras menikmati sepotong senjaMu...ada banyak yang harus kita bicarakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun