Mohon tunggu...
Alim Mustofa
Alim Mustofa Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Baru - Harapan Baru, Benarkah?

24 Agustus 2014   18:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:42 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum 2013 [kutilas] mulai diterapkan secara serentak di seluruh Indonesia pada semester I tahun ajaran 2014/2015 tahun ini. Berbagai macam muncul respon baik positif maupun negatif dari mulai para pakar pendidikan sampai para guru di sekolah selaku ujung tombak berhasil tidaknya kurikulum 2013 ini diterapkan. Sementara itu untuk kelancaran implementasi Kurikulum ini, pemerintah  melatih para guru melalui diklat kurikulum 2013 baik secara offline seperti yang telah dilaksanakan pada bulan juni lalu dan juga secara online seperti yang dilaksanakan oleh P4TK Matematika mulai tanggal 19 Agustus sampai 8 September tahun 2014 untuk para guru matematika tingkat SMP. Sebagaimana tercantum dalam panduan, Diklat Online ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pendidik matematika dalam menerapkan pembelajaran matematika menggunakan kurikulum 2013 dan mensosialisasikan penggunaan ICT di kalangan pendidik matematika untuk menunjang pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

Bagi mereka yang merespon positif berpandangan bahwa munculnya kurikulum baru ini merupakan 'angin segar' dalam dunia pendidikan. Banyak harapan muncul dari benak mereka bahwa Kurikulum 2013 dapat mampu membawa perubahan yang signifikan atas kemajuan pendidikan di negara ini. Sehingga mereka dengan penuh semangat mengumpulkan banyak informasi terkalit dengan kutilas ini. Mulai dari browsing di internet, diskusi dengan sesama teman sampai pelatihan mereka jalani tanpa kenal lelah. Tentu tidak hanya berhenti sampai disini, mereka secara konsisten berusaha menerapkan kutilas dalam pembelajaran dikelas yang mereka ampu dengan semaksimal mungkin sesuai dengan apa yang sudah mereka pahami. Mereka cukup mempunyai suatu keyakinan bahwa kutilas ini akan berhasil jika dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan profesional.

Namun disisi lain, terdapat juga kelompok yang kurang optimis terhadap perubahan kurikulum ini. Mereka beranggapan bahwa perubahan kurikulum tidak dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap tingkat prestasi belajar siswa. Bahkan sudah beberapa kali dilakukan perubahan kurikulum, bukan memperoleh hasil belajar yang lebih baik, akan tetapi semakin merosot. Mereka berdalih dengan membandingkan tingkat pengetahuan yang diperoleh oleh 'anak-anak tempo dulu' jauh lebih baik dari pada 'anak-anak sekarang'. Mereka sering memberikan contoh-contoh pendidikan yang keras di zaman dahulu, seperti pemberian hukuman cambuk bagi peserta didik yang tidak mengerjakan PR. Mereka meyakini pendidikan yang seperti inilah yang dapat membentuk pribadi-pribadi peserta didik yang disiplin, bertanggung jawab dan mau bekerja keras. Sehingga dengan hadirnya kurikulum baru ini, mereka tidak merasa antusias untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurikulum tersebut. Mereka mengajar di kelas tetap seperti cara-cara 'lama'.

Memperhatikan dua pandangan berbeda di atas, penulis lebih cenderung sependapat dengan pandangan yang pertama, dengan mengatakan bahwa setiap perubahan butuh pengorbanan. Penulis berpendapat bahwa kurikulum 2013 ini adalah kurikulum perubahan yang menyempurnakan segala kekurangan-kekurangan pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Betul memang jika dikatakan bahwa tingkat pengetahuan 'anak-anak tempo dulu' lebih baik dari pada pengetahuan 'generasi baru'. Akan tetapi pengetahuan yang mereka miliki bersifat kering, pengetahuan yang hanya mampu menumbuhkan jiwa-jiwa pecundang bukan pengetahuan yang dapat melahirkan pribadi-pribadi yang santun, jujur, saling menghargai dan bertanggungjawab. Dan pada kurikulum 2013 ini, penulis dapat melihat perubahan-perubahan yang fokus terhadap nilai-nilai sikap tersebut. Dengan demikian, diharapkan dapat lahir putra-putri bangsa yang mempuni dalam bidang keilmuannya dan memiliki sikap yang baik sehingga mampu membangun bangsa yang kuat dan bermartabat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun