Bicara kemungkinan yang dimaksud diatas, tak pelak saya menilainya dengan parameter subyektifitas.
Yang pertama adalah motivasi.
yang kedua adalah konsistensi.
Yang ketiga adalah sikap dalam berpendapat dan menanggapi perbedaan pendapat.
Namun ada hal lain yang jadi pertimbangan khusus, yaitu sikap beliau dalam debat terakhir.
nb: ada baiknya suatu saat kata 'Debat' ini diganti dengan kata 'Diskusi'.
---
Saya amati, dalam kondisi yang serba spontan dan rawan emosi, beliau mau mengakui kekurangan yang ada didalam timnya.
Padahal daripada mengungkap kekurangan sendiri, yang ujungnya juga bisa mengurangi jumlah perolehan suaranya, sebenarnya bisa saja beliau bersikap lain tanpa mengambil resiko dengan mengakui kekurangannya.
Sekaligus meyakini pemilihnya bila timnya adalah yang terbaik dari yang terbaik.
Selebihnya, saya salut dengan niat beliau mengintropeksi diri.