Saya senang membaca. Dan saya senang berbagi apa-apa yang saya baca. Oleh karena itu, saya akan mencoba menulis sesi #NR, alias Now Reading, di sini. Dalam sesi #NR, saya akan share buku-buku apa yang sedang saya baca, dan gambaran umum buku-buku tersebut. Juga, kalau bisa, saya akan memberi masukan apakah buku-buku tersebut bagus atau tidak. Saya bukan kritikus tapinya, saya hanya seorang awam yang senang membaca, jadi harap jangan terlalu diambil hati ya.
Jadi, sekarang ini saya sedang membaca buku berjudul Looking For Alaska karangannya John Green. Saya mengenal John Green dari bukunya yang berjudul The Fault in Our Stars, sebuah kisah mengenai perjuangan seorang penderita kanker. Sejak membaca buku tersebut, saya merasa cukup 'jatuh hati' pada gaya penulisan beliau yang halus, komunikatif, dan mengalir. Oleh karena itu, saat saya melihat adanya buku ini di toko beberapa hari yang lalu, saya langsung membelinya.
Singkat cerita, buku ini berkisah mengenai seorang remaja bernama Miles "Pudge" Halter. Pudge, seperti remaja pada umumnya, sedang mengalami masa-masa transisi. Ia menjalaninya dengan agak canggung, kehidupan sosialnya merana, dan temannya hanya sedikit. Ia memiliki beberapa bakat aneh, tapinya. Seperti bakat mengingat kata-kata terakhir orang yang meninggal, dipelajarinya melalui membaca banyak sekali buku-buku biografi. Ingin mengubah hidupnya, ia mencemplungkan dirinya ke dalam sekolah asrama Culver Creek.
“Thomas Edison's last words were 'It's very beautiful over there'. I don't know where there is, but I believe it's somewhere, and I hope it's beautiful.”
Sama seperti The Fault in Our Stars, buku ini sangat enak dan nyaman untuk dibaca. Setiap halaman mengandung kata-kata dan pelajaran-pelajaran yang sangat subtle dan meresap, tidak eksplosif tetapi nyaman. Tidak ada drama besar-besaran, para remaja yang mendadak bisa berbicara dengan bahasa yang sangat super baku sembari mengucapkan kalimat-kalimat super inspiratif, dan tidak ada karakter-karakter yang sangat sempurna, sangat bisa disukai.
Gampangnya, ceritanya sangat natural. Begitu natural hingga, saat membacanya, saya bisa benar-benar membayangkan kisah tersebut terjadi dan terhadirkan di kepala saya, ditampilkan, berlanjut, dan terus bermain dengan alaminya.
“Y'all smoke to enjoy it. I smoke to die.”
Di atas itu semua, buku ini adalah kisah pencarian jati diri. Kisah seorang "Pudge", remaja yang tadinya pemalu, sulit bersosialisasi, dalam mencari dan memperbaiki dirinya sendiri. Ia bertemu dengan teman-teman baru di sekolahnya yang baru, berkenalan dengan mereka dan mencoba bergabung dengan mereka. Di antaranya adalah Kolonel, seorang cowok yang gagah, kuat, perkasa, dan cukup eksotis. Takuma, yang tampak normal tapi rada-rada gawat juga. Beberapa guru yang mengerikan, yang baik, dan yang galak.
Dan yang paling utama adalah Alaska, seorang gadis yang tinggal di ujung koridor asrama. Alaska, dengan segala kemudaannya, kenyentrikannya, dan kegilaannya. Alaska, yang akan mencuri hatinya dan membawanya menuju petualangan yang besar.
Karakterisasi yang bagus, kisah yang alami, mengalir, dan nyaman untuk dibaca. Sekarang sudah mencapai halaman 90. Totally recommended.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI